logo

Li Jing VIII

Wen Wang Shi Zi

  1. Demikianlah raja Wen sebagai putera pewaris: --- tiga kali tiap hari menjenguk Wang Ji, ayahnya. Ketika ayam jantan berkokok pertama kali, ia segera mengenakan pakaian, berjalan keluar pintu kamar tidur dan bertanya kepada salah seorang pelayan-dalam yang bertugas melayani raja, “Hari ini baginda baik-baik atau tidak?’ Bila pelayan – dalam itu berkata, “Beliau dalam keadaan baik”, Wen Wang menjadi gembira. Pada tengah hari beliau mengulangi lagi seperti itu; dan demikian pula saat menjelang tidur. Bila baginda dalam keadaan kurang baik sebagai lazimnya, begitu pelayan – dalam itu melaporkan kepada Wen Wang, segera Wen Wang berubah wajahnya menjadi cemas, jalannya menjadi tidak lurus dan nampak terganggu. Bila baginda Wang Ji sudah makan lagi, wajah Wen Wang kembali seperti semula. Pada saat makanan akan disajikan (kepada raja), beliau memeriksanya dan melihat apakah dingin atau panasnya sudah sesuai ketentuan. Saat makanan diturunkan, dia bertanya,”Hidangan apa yang telah disantap?” Dan beliau memberi amanat, “Jangan ada hidangan yang kembali disajikan.” Setelah ada jawaban yang meyakinkan, baru beliau mundur atau meninggalkan tempat.

  2. Raja Wu mengikuti perilaku ayahnya (Wen Wang) dan tidak berani menambah-nambahi. Ketika Wen Wang sakit, Wu Wang merawatnya dengan tidak pernah menanggalkan topi dan sabuknya. Bila Wen Wang mengambil nasi satu piring, ia pun mengambil nasi satu piring; bila Wen Wang mengambil nasi dua kalinya, ia pun melakukan hal yang sama. Sampai 12 hari lamanya ia melakukan hal yang sama tanpa berjeda. Wen Wang berkata kepada Wu Wang.

  3. “Apa yang sudah engkau mimpikan?” Wu Wang menjawab, “Saya bermimpi bahwa Di (Tuhan Yang Maha Kuasa) mengaruniaiku Sembilan Ling.” Wen Wang bertanya, “Apa maknanya menurutmu?” Wu Wang menjawab, Ada Sembilan Negara di wilayah barat; tidakkah itu bermakna bahwa semuanya akan berada di bawah kedaulatan anda?” Wen Wang berkata, “Bukan demikian. Pada zaman kuno, orang menyebut 1 tahun dengan kata Ling. Umur juga dinamai Ling. Aku seharusnya berumur sampai 100 tahun dan engkau berumur sampai 90 tahun. Kuberikan kepadamu yang tiga thun.” Wen Wang meninggal dunia dalam usia 97 tahun dan Wu wang meninggal dunia dalam usia 93 tahun.

  4. Chen Wang (Putera raja Wu) karena masih sangat muda, belum dapat naik tahta. Pangeran Zhou Gong sebagai walinya, duduk di atas tahta dan mengatur pemerintahan. Ia mendukung raja pewaris itu bersama Bo Qin (puteranya) dengan keinginan membimbing Cheng Wang memahami betapa jalan suci hubungan antara orang tua dan anak, pemimpin dengan bawahannya, dan yang lebih tua dengan yang lebih muda. Bila Cheng Wang berbuat kesalahan, maka hukuman dikenakan kepada Bo Qin. Dengan demikian ditujukan kepada Cheng Wang bagaimana Jalan Suci seorang putera pewaris. Demikian inilah Wen Wang berperilaku bagaimana wajib bagi seorang putera pewaris.

  5. Di dalam mengajar para putera pewaris (raja atau rajamuda), dan kepada para siswa yang sedang belajar, bimbingan diberikan berbeda sesuai musimnya. Pada musim semi dan musim panas, mereka diajarkan bagaimana menggunakan perisai dan tombak; pada musim rontok dan musim dingin, mereka diajarkan bagaimana menggunakan tongkat yang ujungnya diberi bulu-bulu (untuk tarian) dan seruling; semuanya dilakukan di sekolah timur (Dong Xu). Guru Musik muda (Xiao Yue Zheng) mengajarkan cara mempergunakan perisai yang benar dengan dibantu oleh para Da Xu (pembantu besar). Guru seruling mengajarkan cara menggunakan tombak dengan dibantu para bawahannya. Para pembantu itu mengiringinya dengan genderang (Nan Gu) yang disertai lagu-lagu selatan (lagu Nan). Pada musim semi mereka menghafalkan (sanjak-sanjak) dan pada musim panas, mereka memainkan Xian (sejenis gitar), ---semuanya diajarkan oleh guru besar musik di Balai Buta (Gu Zong). Pada musim rontok, mereka belajar kesusilaan, yang diajarkan oleh para guru Upacara. Pada musim dingin, mereka membaca kitab-kitab sejarah dan hukum yang diajarkan oleh para pengawal atau penjaga. Kesusilaan diajarkan di Gu Zong, dan pelajaran kitab sejarah di sekolah tinggi (Shang Xiang).

  6. Semua peraturan tentang upacara sembahyang dan cara merawat para sesepuh untuk dimintai kata-kata nasihatnya dan percakapan dalam pertemuan bersama diajarkan oleh Xiao Yue Zheng di Dong Xu. Guru besar musik (Da Yue Zheng) mengajarkan bagaimana menarikan perisai dan kapak. Da Yue Zheng juga mengajarkan kepada yang telah lulus, bagaimana menyampaikan kata amanat dan bagaimana mohon kata-kata amanat (para sesepuh). Petugas penyempurnaan Agung (Da Si Cheng) membahas sesuatunya itu di Dong Xu. Bila seluruh siswanya telah duduk bersama Da Si Cheng, mereka yang datang dari dekat maupun jauh memerlukan tiga tikar untuk dapat mengajukan pertanyaan. Orang yang usai bertanya duduk kembali didekat tembok. Bila persoalan yang ditanyakan belum benar-benar usai dijawab, tidak boleh bertanya hal lain.

  7. Di semua sekolah, Petugas Jawatan Musim Semi (Chun Guan Shi) maju kehadapan guru pertama yang telah mendahulu (Xianshi) yang akan mengajarkan (materi bahasan) demikian pula dilakukan pada musim rontok dan musim dingin). Di dalam segala acara menaikkan sajian sembahyang kehadapan para Nabi yang telah mendahulu dan para guru yang telah mendahulu; untuk melakukan hal itu wajib digunakan bungkusan sutera. Pada semua penyelenggaraan musik besar yang terpadu, wajib dilanjutkan dengan memberi perawatan kepada para sesepuh.

  8. Pada semua ujian yang diselenggarakan di sekolah yang dibangun di Jiao (pinggiran kota), hal ini mesti untuk memilih yang paling pandai atau bijak, dan menandai yang paling berbakat. Murid mungkin ada yang maju di dalam kebajikan, mampu dalam membangun pekerjaan dan ada yang fasih dalam bicara. Mereka yang telah mempelajari ilmu umum dipacu dan diberitahu untuk mengikuti ujian peringkat berikutnya. Bila mereka telah menguasai yang satu di antara tiga hal tersebut, mereka boleh maju keperingkat lebih atas sesuai dengan kemampuannya, dan mereka dinamai ‘orang yang sudah berpendidikan’. Betapapun, mereka masih di luar perguruan tinggi kerajaan (Chen Jun) untuk boleh mengambil piala jabatan yang paling atas dimuliakan.

  9. Syarat paling mula dalam menegakkan sekolah (di seluruh negeri), setelah peralatan musik lengkap, persembahan sutera dilakukan, dan selanjutnya disusul dengan berbagai sayur-sayuran. Tetapi tidak ada tari dan (dengan sendirinya) tidak dikeluarkan pula tombak dan peralatan lain untuk itu. Mereka lalu mundur dan menerima tamu di sekolah timur (Dong Xu). Hanya sebuah cawan yang dipersembahkan keliling. Upacara itu boleh dilakukan tanpa pawai pembantu dan acara percakapan. (Semuanya itu) menyangkut pendidikan untuk para putera pewaris.

  10. Dalam mendidik para putera pewaris ketiga raja (pembangun dinasti) itu, pokok pendidikannya selalu mengacu kepada aturan kesusilaan dan musik (Li Yue). Musik perlu untuk membina kedalam; dan kesusilaan untuk membina keluar. Berpadunya kesusilaan dan musik dari dalam berkembang meraga di luar; dengan demikian sempurnalah (pendidikan): --- ada rasa hormat dan sungguh-sungguh (di dalam) dan ramah, sopan dalam prilaku. Para Guru Besar (Da Fu) dan Guru Besar Muda (Xiao Fu) itu diangkat, adalah untuk memberi perawatan (pelatihan), untuk menjadikan mereka memahami bagaimana jalan suci seorang ayah dan anak, penguasa dan menteri. Guru besar menjadikan dirinya sempurna sebagai suri teladan tentang jalan suci ayah dan anak, penguasa dan menteri. Guru muda membimbing para putera pewaris, bagaimana melihat perilaku kebajikan Guru Besar itu sebagai suri teladan untuk mendidik mereka. Guru besar berada di depan dan guru muda berada di belakang. Dengan di dalam (istana) ada pelindung dan di luar ada guru; dan dengan adanya pelatihan dan pendidikan itu, kebajikan disempurnakan. Guru itu mengajar mereka atau mendidik mereka bagaimana melayani atau mengelola sesuatu dan menjadikan mereka memahami kebajikan. Pelindung dengan hati-hati menilik kepribadian mereka, yang berperan sebagai tali kekang dan sayap bagi mereka, dan menjadikan mereka pulang kepada jalan suci. Di dalam kitab catatan tersurat, pada zaman dinasti Yu (Shun), Xia, Shang dan Zhou, semuanya memiliki Shi (guru), Bao (pelindung), Yi (pengingat) dan Cheng (penyempurna) dan ditunjuk empat penolong (Si Fu) dan tiga pangeran (San Gong) untuk mengurusi semuanya itu. Jabatan-jabatan itu tidak harus seluruhnya ada orangnya; yang penting mereka harus memiliki kemampuan.

  11. Membicarakan seorang Junzi ialah membicarakan kebajikan. Kebajikan yang sempurna akan memuliakan pendidikan; pendidikan yang mulia akan menjadikan jawatan lurus; jawatan lurus akan menjadikan negeri teratur. Demikianlah hal-hal yang dinamai berkait dengan seorang Junzi.

  12. Zhong Ni bersabda, “Dahulu ketika pangeran Zhou Gong menjadi wali dalam pemerintahan, ia mengerjakan semuanya dengan selalu tetap naik lewat pintu timur. Ia mengerjakan semuanya untuk putera pewaris yang didampingi Bo Qin; demikianlah ia berlaku benar-benar baik kepada (Zhou) Cheng Wang (putera pewaris itu). Aku mendengar, ‘Menjadi menteri seseorang wajib mengorbankan diri demi keberkahan penguasanya, dan betapa wajib ia membelakangi diri demi pengabdian yang benar-benar baik.” Demikianlah pangeran Zhou Gong telah mengerjakan semuanya itu dengan sangat baik tanpa pamrih.” “Maka, yang mengerti bagaimana menjadi anak orang, kemudian ia akan boleh bagaimana menjadi ayah orang; yang mengerti bagaimana menjadi menteri orang, ia akan boleh menjadi pemimpin orang; yang mengerti bagaimana melayani orang, kemudian ia akan boleh bagaimana menyuruh orang. Zhou Cheng Wang waktu muda tidak mampu bagaimana mengatur pemerintahan. Ia tidak pernah belajar bagaimana menjadi seorang putera pewaris. Karena itu untuk menunjukkan bagaimana wajib seorang putera pewaris, diambilkan Bo Qin (putera Zhou Gong) untuk diam bersama Zhou Cheng Wang dengan keinginan agar menjadi amanat bagi Zhou Cheng Wang, mengerti bagaimana kebenaran yang wajib dilakukan ayah dan anak, penguasa dan menteri, yang tua dan yang muda.”

  13. Seorang penguasa kepada putera pewarisnya; dari sudut kasih ia adalah ayah; dan dari sudut pemuliaan ia adalah penguasanya. Bila ada rasa kasih seperti pada seorang ayah dan bila ada pemuliaan seperti pada penguasanya, kemudian ia akan memenuhi syarat sebagai seorang yang memiliki bawah langit ini. Maka merawat (memberi pelatihan) kepada seorang putera pewaris tidak boleh tidak hati-hati. Melakukan satu hal dan membuahkan tiga kebaikan, semuanya itu hanya dapat dilakukan oleh seorang putera pewaris. Menimbulkan rasa hormat kepada yang lanjut usia, itulah yang dibicarakan di sekolah. Bila putera pewaris belajar menghormati orang yang telah lanjut usia, maka orang senegeri akan berkata, “ia adalah penguasa kita, mengapa ia menghormati kita karena lanjut usia?” dan akan dijawab, “Bila ayah masih hidup. Kesusilaan inilah yang mesti dilakukan.” Maka orang banyak akan memahami bagaimana jalan suci hubungan seorang ayah dan anak. Yang kedua akan diucapkan, “ia adalah penguasa kita, mengapa ia menghormati kita karena lanjut usia?” dan akan dijawab, “Bila ayah masih hidup, itulah kesusilaan yang akan dilakukan.” Maka orang banyak akan memahami bagaimana kebenaran wajib dijalankan antara penguasa dan menterinya. Yang ketiga akan berkata, “ia adalah penguasa kita, mengapa ia menghormati kita karena lanjut usia?” dan akan dijawab, “Ia telah memberikan kepada yang lebih tua sebagaimana wajib menghormati usianya.” Maka orang banyak akan memahami bagaimana batas-batas yang harus dilakukan dalam hubungan antara yang tua dan yang muda. Maka, bila ayah masih hidup, ia adalah seorang putera; dan bila pemimpin masih hidup, ia kiranya hanya disebut sebagai seorang menteri. Mendiami kedudukan sebagai anak dan menteri, memberi petunjuk bagaimana menghormati seorang penguasa dan mencintai seorang ayah. Maka demikianlah ia belajar bagaimana kewajiban antara seorang ayah dan anak. Seorang pemimpin dan menteri, dan seorang yang lebih tua dan yang lebih muda. Bila jalan suci hubungan ayah dan anak, pemimpin dan menteri, yang tua dan yang muda berhasil terbentuk, maka negeripun akan teratur baik. Ada kata-kata, “Pemimpin musik meletakkan dasar. Guru menggenapkan. Satu yang wajib dimiliki ialah yang sempurna baik. Berlaksa Negara akan menjadi benar dan kokoh. Hal itu menyangkut diri seorang putera pewaris.” Demikian banyak pangeran Zhou Gong telah naik lewat tangga timur.

  14. Shuzi (pejabat yang termasuk bagian department pertahanan atau Si Ma yang berjumlah dua orang, dan mempunyai 30 pembantu) bertugas memberi arahan kepada keluarga pangeran, memberi mereka pendidikan tentang laku bakti dan rendah hati (mencintai saudara), menjaga keharmonisan dan persaudaraan, dan menjelaskan perlunya saling mencinta; menjelaskan bagaimana kebenaran yang wajib antara ayah dan anak; dan bagaimana wajib diatur hubungan antara yang tua dan yang muda.

  15. Bila mereka berada di istana, di ruang penerimaan yang paling dalam (dari halaman istana) wajahnya menghadap ke timur, dan orang yang paling mulia kedudukannya, seperti para menteri ada di bagian utara; tetapi mereka diurutkan berdasar usianya. Bila mereka di ruang penerimaan paling luar (halaman kedua) mereka diurutkan berdasar kedudukan jawatannya; semuanya diatur oleh petugas yang menjadi penilik.

  16. Ketika mereka ada di Zong Miao, mereka mengambil tempat seperti ketika ada di ruang penerimaan paling luar; dan petugas Zong Miao itu mengatur berbagai tugas, diurutkan berdasar kedudukan dan jawatannya. Saat mereka naik (ke ruangan) untuk membenahi apa-apa yang ditinggalkan (oleh pemeran mendiang) untuk menyampaikan persembahan dan menerimanya kembali. Hal itu dilakukan oleh putera pewaris tertua. Semuanya itu diatur oleh Shuzi. Meskipun seseorang yang telah menerima tiga kali pemberian atau amanat, ia tidak boleh berlaku sebagai seorang paman atau saudara tua ayah.

  17. Di dalam upacara besar (perkabungan) untuk penguasa, mereka diatur sesuai dengan halus kasarnya pakaian berkabung yang dikenakan. Bila hal itu terjadi di antara mereka sendiri, peraturan yang sama diberlakukan. Orang yang menjadi tuan rumah dalam upacara berkabung senantiasa mengambil tempat terdepan di antara yang lain.

  18. Bila pangeran mengadakan perjamuan dengan kawannya, maka semua kaum yang berlainan marga diterima sebagai tamu. Kepala tukang masak berperan sebagai pemimpin upacara. Para pangeran mengambil tempat di antara paman dan saudara-saudaranya, diurutkan berdasarkan usia. Tiap generasi kaum yang lebih rendah satu tingkat, bergeser turun urutannya.

  19. Di dalam lingkungan tentara, para kaum menjaga Ni masing-masing, yang diambil dari altarnya. Bila pangeran mempunyai tugas yang mengharuskannya keluar batas negeri, Shuzi yang mengatur para kaum pangeran itu menunjukkan mereka yang belum mempunyai tugas untuk menjaga istana pangeran, dan para tetua menjaga Da Miao, para paman menjaga altar mulia istana dan altar mulia ruangan-ruangan; dan para anak-anak dan cucu-cucu yang lain, menjaga altar istana dan altar ruangan yang lebih bawah kedudukannya.

  20. Para cucu-cucu dari kelima Miao yang Zong Miaonya belum dimusnahkan, biarpun mereka hanya rakyat jelata, wajib melapor untuk peristiwa upacara mengenakan topi dan pernikahannya. Kematiannya pun wajib dilaporkan beserta upacara sembahyang yang diselenggarakan pada masa berkabung. Dalam hubungan antara kaum itu, yang mengabaikan kewajiban berbela sungkawa dengan tidak berbelasungkawa, seharusnya mengenakan topi tetapi tidak mengenakan topi, dijatuhi hukuman. Ada peraturan yang lurus untuk berbagai penyampaian sumbangan alat-alat perkabungan, uang, jubah, dan batu kumala (yang dimasukkan ke dalam mulut).

  21. Bila salah seorang dari kaum bangsawan itu dikenai hukuman mati, ia digantung oleh seorang petugas dari jawatan kehutanan. Bila hukuman karena kejahatannya itu berupa hukuman badan atau dipotong anggota badannya, hal itu juga dilaksanakan oleh petugas jawatan kehutanan (Dian Ren). Bagi kaum bangsawan tidak ada hukuman kebiri. Bila hukuman telah ditetapkan, petugas yang berwenang melaporkan hal itu kepada pangeran. Untuk yang dikenai hukuman mati, laporannya berbunyi, “Si anu yang telah berbuat kesalahan telah dijatuhi hukuman besar.” Bila hukuman itu lebih ringan, laporan itu berbunyi, “Si anu yang telah berbuat kesalahan telah dijatuhi hukuman ringan.” Pangeran akan menanggapi dengan berkata, “Baiklah diampuni saja.” petugas itu akan berkata, “itu telah menjadi keputusan.” Dan pangeran itu berkata pula, “Berilah pengampunan.” Petugas itu akan berkata lagi, ”Itu sudah menjadi keputusan.” Dan untuk ketiga kalinya , pangeran itu akan berkata, “Baiklah diampuni.” Bila petugas yang berwenang itu tidak setuju, ia segera pergi dan menugaskan pelaksanaan hukuman kepada petugas dari jawatan kehutanan. Pangeran akan menyuruh orang mengejarnya dan berkata, “Betapapun harus diberi pengampunan.” Dan petugas yang berwenang itu akan berkata, “ Sudah terlambat.” Bila pelaksanaan hukuman itu dilaporkan kepada pangeran, ia akan mengenakan pakaian putih, dan tidak makan kenyang atau memperdengarkan musik sebagai perubahan perilaku sehari-harinya. Meskipun terpidana itu termasuk keluarga yang semestinya menerima upacara perkabungan, pangeran tidak mengenakan pakaian berkabung, menangisinya seorang diri (di tempat luar kaum).

  22. Kaum kerabat pangeran diterima menghadap di ruang istana terdalam. Ini menunjukkan adanya kekerabatan semarga. Biarpun di antara mereka berbeda kemuliaan dan kedudukan, mereka diatur berdasarkan umurnya. Ini untuk menjelaskan seperti hubungan ayah dan anak. Pejabat-pejabat lain diterima di ruang bagian luar istana untuk menunjukkan mereka dari marga yang berbeda-beda.

  23. Di dalam Zong Miao mereka diatur berdasar kemuliaan kedudukannya. Ini untuk menjunjung kebajikannya. Pengawas Miao menugaskan mereka melakukan tugas sesuai jawatannya, ini untuk memuliakan kebijaksanaannya. Putera tertua yang menjadi pewaris bertugas naik untuk lebih dahulu mengambil barang-barang sajian yang tinggal, dan menerima piala. Demikianlah jalan suci memuliakan leluhur.

  24. Khusus di dalam upacara perkabungan yang diatur berdasarkan halus kasarnya pakaian kabungnya, adalah agar mereka tidak melepaskan peringkat kekerabatannya.

  25. Bila pangeran bersama kaum kerabatnya, mengambil tempat berdasar umur. Demikianlah jalan suci membangun semangat bakti dan rendah hati. Tiap-tiap generasi mengambil tempat turun satu peringkat dari orang tuanya untuk menunjukkan peringkat kekerabatannya.

  26. Kewaspadaan di dalam menjaga Ni leluhur di dalam peperangan adalah menunjukkan betapa dalamnya rasa bakti dan cintanya. Bila putera pewaris lurus menjaga Da Miao, penghormatan ditujukan terutama kepada yang paling dihormati, demikianlah jalan suci hubungan antara pemimpin dan menterinya ditunjukkan. Para paman dan para kakak menjaga ruang yang paling dimuliakan, dan para anak dan adik menjaga ruang yang lebih bawah, inilah jalan suci untuk membangun sikap rendah hati.

  27. Para keturunan tokoh yang dihormati di kelima Miao, selama Miao leluhurnya belum dihilangkan, biarpun mereka sudah menjadi rakyat jelata, upacara pengenaan topi dan pernikahan wajib dilaporkan. Bila meninggal dunia juga dilaporkan, untuk tidak melupakan hubungan kekerabatan. Bila hubungan kekerabatan itu belum diputuskan, biarpun mereka tergolong menjadi rakyat jelata yang rendah kedudukannya, dan tidak berkemampuan, tetap memiliki jalinan. Penghormatan dengan kunjungan berbela sungkawa dan memberi bantuan untuk upacara pemakaman dalam bentuk peralatan dan uang, itulah jalan suci untuk menjaga keharmonisan dan persahabatan.

  28. Pada zaman kuno, para kerabat yang menjadi pembantu dalam mengatur berbagai jawatan; bila terselenggara baik, wilayah dan negeri akan memiliki dasar peraturan; dan bila negeri mempunyai dasar peraturan, masyarakat akan tahu bagaimana mereka harus menunjukkan arah pandangannya.

  29. Terhadap kesalahan para kerabat pangeran, biarpun begitu dekat jalinan kekerabatannya; petugas yang berwenang mempunyai cara untuk menangani mereka: --- ini menunjukkan adanya kepedulian terhadap rakyat. Pelanggar itu akan dihukum di tempat yang rahasia, tidak dimuka umum, tidak diperlakukan seperti rakyat jelata: --- untuk menunjukkan keprihatinan penguasa untuk kakak dan adiknya. Dan untuknya tidak diadakan bela sungkawa, tidak mengenakan pakaian berkabung. Dan tangisan dilakukan di Miao kaum yang bermarga lain, untuk menunjukkan betapa ia dikucilkan dan tidak menghinakan martabat leluhurnya. Tentang diberi pakaian putih, dan ditempatkan di luar ruang dan tidak diperdengarkan musik, adalah untuk menunjukkan perkabungan pribadi untuknya. Dan kekerabatan karena tulang dan daging tidak diputuskan. Kaum kerabat pangeran tidak dihukum kebiri, untuk menghindari terpotongnya kurun keluarga.

  30. Saat Tianzi mengunjungi sekolah, tambur besar diperdengarkan pagi-pagi sekali untuk membangunkan (para murid). Bila semuanya telah datang berhimpun, saat itu Tianzi tiba dan memberi amanat kepada para petugas yang melakukan pekerjaannya; dilakukan acara seperti biasa dengan melakukan sembahyang kepada Xianshi dan Xiansheng (pada guru dan para nabi yang telah mendahulu). Bila mereka melaporkan bahwa semuanya telah dikerjakan, ia mulai memberi perawatan (kepada yang lanjut usia).

    Acara dilanjutkan di bagian timur sekolah. Ia membuka dan menyampaikan sajian kepada para sesepuh yang telah mendahulu (Xianlao) dan selanjutnya segera mengatur tikar dan tempat untuk Sanlao (tiga kelompok sesepuh) dan Wu geng (lima kelompok pakar). Semua tempat duduk itu untuk tempat berkumpul para sesepuh.

    Selanjutnya ia pergi melihat makanan dan memeriksa minuman, Bila kelezatan makanan itu memenuhi selera bagi orang tua, ia memimpin pelantunan nyanyian (Sebagai tanda untuk para sesepuh datang). Setelah itu, ia mundur; demikianlah ia melakukan perawatan dengan semangat bakti. Bila (para sesepuh) telah kembali (ke tempat duduk) para pemusik melanjutkan dan dinyanyikan lagu puja Ching Miao (Miao Suci); setelah selesai nyanyian itu, lalu dilanjutkan dengan diskusi atau pembicaraan untuk menggenapkan maksud pertemuan itu. Dibahas bagaimana jalan suci tentang hubungan orang tua dan anak, pemimpin dan menteri, yang tua dan yang muda. Berpadu dengan sempurnya suara kebajikan, dan keagungan kesusilaan. Di teras bawah, para pemain seruling memainkan lagu Xiang, untuk mengiri tarian Da Wu (perwira Agung, untuk mengenang raja Wen Wang dan Wu Wang), yang menjadi paduan agung untuk karya besar itu, membangunkan semangat dan memiliki kebajikan. Setelah para petugas melaporkan bahwa acara musik telah usai, raja memberikan amanat kepada para Gong (Duke), Hou (Marquise), Bo (Earl), Zi (Count) dan Nan (Baron) beserta segenap pejabat dengan berkata, “Kembali dan berilah perawatan untuk para sesepuh dan para muda di sekolah timurmu.” Demikianlah diakhiri seluruh acara dengan semangat Cinta kasih.

  31. Maka, demikianlah dicatat karya para Nabi (raja Suci) itu. Ia senantiasa prihatin memikirkan pengabdian besarnya; rasa cintanya disertai rasa hormat; perilakunya di dalam susila; membina semangat baktinya dalam memberi perawatan. Senantiasa menjalinkan dengan kebenaran dan menggenapi dengan cinta kasih. Maka orang kuno itu dengan sekali mengangkat karyanya menjadikan orang banyak semuanya mengerti betapa siap kebajikannya. Junzi zaman kuno itu, dalam mengangkat karya agungnya senantiasa berlaku hati-hati dari awal sampai akhir, sehingga masyarakat banyak tidak terkecuali merasakan damai. Di dalam kitab Yue Ming (Shu Jing IV. VIII. C. 5) tersurat &dquo;Ingatan dari awal sampai akhir hendaknya bertaut kepada belajar’).

  32. Di dalam catatan (Wen Wang) Shizi ini, (Li Ji VI. I. 1) tersurat, "Pagi dan sore menjenguk di luar pintu ruang besar dan bertanya kepada pelayan dalam, 'Hari ini baginda baik-baik atau tidak?' Bila pelayan dalam itu berkata, 'Beliau dalam keadaan baik', Raja Wen Wang menjadi gembira. Bila keadaannya kurang baik, begitu dilaporkan oleh pelayan dalam itu, putera pewaris itu nampak prihatin dan tidak cerah wajahnya. Bila pelayan dalam itu mengatakan pula bahwa keadaan baginda telah pulih, maka wajahnya kembali seperti semula. Bila pagi dan sore dinaikkan sajian makanan, putera pewaris akan memeriksa dan melihat apakah panas atau dinginnya telah sesuai ketentuan. Saat makanan diturunkan dia bertanya, ‘Hidangan apa yang telah disantap?" Ia mesti berupaya untuk mengetahui lauk apa yang telah disajikan dan memberi amanat hal-hal yang perlu kepada juru masak; dan baru kemudian mengundurkan diri. Bila pelayan dalam itu mengatakan bahwa ayahnya sakit, putera pewaris itu segera berpuasa dan menjaga untuk merawatnya dengan mengenakan pakaian berwarna hitam. Apa saja yang disajikan oleh tukang masak selalu diperiksa dengan penuh kesungguhan, obat yang akan diberikan pasti dicicipi sendiri. Bila ayahnya telah dapat baik-baik menyantap makanannya, putera pewaris baru dapat makan. Bila ayahnya hanya makan sedikit, putera pewaris tidak dapat makan kenyang-kenyang. Bila ayahnya telah pulih sebagai semula, barulah kemudian ia berani berlaku seperti semula.