logo

Li Jing XI

Jiao Te Sheng

  1. Pada upacara sembahyang di Jiao (kepada Tian) disajikan hewan korban tunggal dan di atas altar untuk She Ji (malaikat Bumi dan Gandum); disajikan Da Lao (hewan korban yang berjumlah tiga ekor). Bila Tianzi melakukan perjalanan pemeriksaan ke tempat para rajamuda, para rajamuda itu menjamunya dengan masakan yang dibuat dari seekor anak lembu; bila para rajamuda menghadap kepada Tianzi, Tianzi akan mengaruniai mereka sesuai kesusilaan dengan Da Lao; hal ini untuk memuliakan ketulusan iman dalam kebenaran. Karena itu, bila ada hewan yang mengandung, Tianzi tidak memakannya, juga tidak menggunakannya sebagai hewan korban untuk melakukan sembahyang kepada Di.

  2. Kuda yang digunakan untuk menarik kereta agung, hanya diberi satu perhiasan berjumbai di dadanya. Untuk kereta yang ada di depannya, diberi perhiasan tiga buah. Untuk kereta yang ada di belakangnya, diberi perhiasan lima buah. Ada korban berupa darah dalam upacara sembahyang di Jiao; daging mentah di dalam upacara sembahyang besar di Miao leluhur; daging setengah matang dinaikkan tiga kali; daging panggang dinaikkan satu kali: --- semuanya itu untuk menunjukkan puncak rasa hormat. Tetapi akan rasanya tidak diutamakan; yang penting ialah semangatnya. Bila para rajamuda menghadap sebagai tamu, disajikan daun-daunan yang beraroma anggur, yang dipertimbangkan ialah keharumannya; dalam jamuan besar untuk mereka, yang dinilai ialah penyiapan daging beserta kayu manisnya, hanya itu.

  3. Di dalam jamuan besar (yang disiapkan untuk penguasa negeri lain), penguasa yang menjadi tuan rumah menerima piala dengan duduk di atas tiga tikarnya. Bila piala itu dipersembahkan tiga kali (waktu penguasa itu mengunjungi menteri besarnya) penguasa itu menerimanya di atas tikar tunggal; --- demikian ia turun dari hak istimewanya yang memiliki kedudukan lebih terhormat dan mengambil tempat yang lebih rendah peringkatnya.

  4. Di dalam jamuan (untuk anak yatim muda yang sedang berkembang) dan sembahyang Di (sembahyang di Miao leluhur saat musim semi) disertai iringan musik; di dalam memberi makan (orang yang telah tua) dan di dalam upacara sembahyang Chang (sembahyang musim gugur) tidak ada musik: --- ini didasarkan adanya kebenaran tentang sifat Yin dan Yang. Segala minuman mempunyai pengaruh merawat hawa Yang; segala makanan mempunyai pengaruh merawat hawa Yin. Demikianlah menjadikan sifat perbedaan dalam upacara sembahyang Di pada musim semi dan Chang pada musim gugur; memberi jamuan untuk para yatim muda dilakukan pada musim semi dan memberi makan kepada yang lanjut usia dilakukan pada musim rontok: --- kebenaran yang dikadungnya adalah satu. Demikianlah maka dalam memberi makan (kepada yang tua) dan melakukan sembahyang chang, tidak ada musik. Minum berpengaruh untuk merawat hawa Yang, maka ada musik. Makan berpengaruh untuk merawat hawa Yin, maka tidak ada suara. Berbagai suara adalah bersifat Yang.

  5. Bilangan untuk Ding (bejana berkaki tiga) dan Zu (kuda-kuda untuk menempatkan daging sembahyang) adalah gasal; untuk Bian (mangkok tinggi dari kayu) dan Dou (mangkok dari bambu) adalah genap; ini berdasar kebenaran adanya sifat Yin dan Yang. Bian dan Dou diisi hasil yang berasal dari air dan tanah; tidak berani mengisinya dengan benda yang beraroma keras atau yang sangat berharga dari pada benda-benda biasa. Ini adalah berdasar kebenaran yang menyangkut jalinan kepada yang bersifat Shen Ming (bersifat spiritual).

  6. Bila tamu yang telah masuk gerbang besar, ditabuh musik Si Xia untuk memudahkan terciptanya suasana sungguh-sungguh hormat. Tiap usai direguk (anggur) dari piala, musik berhenti sejenak. Hal ini, nabi Kongzi sering memujinya. Saat piala terakhir diletakkan, para pemain musik naik ke ruangan sambil menyanyi; --- demi mengembangkan kebajikan (tuan rumah dan tamu). Para penyanyi di tempat atas dan pemain musik di tempat bawah; --- ini untuk memuliakan suara manusia. Musik datang dari sifat Yang (positif) sedangkan kesusilaan tercipta dari sifat Yin. Bila Yin dan Yang itu harmonis, maka berlaksa benda akan mendapatkan (sepenuh sifatnya).

  7. Barang-barang upeti tidak ada batas peraturannya. Hal itu karena perbedaan hasil buminya dan jarak jauh dekatnya tempat. Kura-kura diberi tempat paling depan; --- karena (batok kura-kura) memberi kemampuan untuk lebih dahulu mengetahui tentang sesuatu (Xian Zhi). Lonceng diberi tempat berikutnya; --- itu karena kemampuannya memberi harmoni; menjadi lambang berpadunya perasaan yang perlu dimunculkan. Selanjutnya kulit harimau dan macan tutul; --- melambangkan kegarangan yang menundukkan, dan selanjutnya gulungan sutera yang di atasnya diletakkan batu kumala bulat (Bi); --- melambangkan kebajikan.

  8. Halaman rumah diberi 100 obor, itu dimulai dari rajamuda Qi Huan Gong. Dimainkan alat musik Si Xia (pada jamuan) di kediaman para pembesar, itu bermula dari pangeran Wen dari negeri Zhao (Zhao Wenzi).

  9. Seorang pembesar yang menghadapi istana penguasa lain, itu adalah acara menghadap yang bersifat pribadi, itu melanggar Li. Bila pembesar itu mengemban tugas sebagai utusan, ia membawa tongkat tanda peringkat pangeran yang mengutusnya, itu menunjukkan ia mendapatkan kepercayaan. Tidak berani melakukan acara menghadap yang bersifat pribadi, menunjukkan ia benar-benar menghormati (jiwa satya). Apa maksud orang melakukan acara menghadap yang bersifat pribadi dan memberi upeti kepada rajamuda lain yang bukan tuannya? Menjadi menteri orang tidak akan melakukan hubungan keluar negerinya. Itu menunjukkan tidak berani menduakan junjungan.

  10. Seorang pembesar menjamu penguasanya, itu tidak sesuai kesusilaan. Seorang penguasa yang menghukum mati pembesarnya yang unjuk kekuatan itu, itu sesuai dengan kebenaran. Ini pertama Nampak pada peristiwa San Huan (ket hal 279). Bagi seorang Tianzi, tidak ada Li atau tata kesusilaan untuknya menjadi tamu; --- tidak ada orang yang berani berperan sebagai tuan rumah (terhadap Tianzi). Bila seorang penguasa mengunjungi menterinya, ia naik ruangan lewat tangga untuk tuan rumah; --- menteri itu tidak berani menganggap rumah itu sebagai miliknya. Sesuai dengan Li untuk acara menghadap, seorang Tianzi tidak turun dari ruangan untuk menemui para rajamuda itu adalah kesalahan sang Tianzi. Itu terjadi mulai zaman raja Yi dari dinasti Zhou (Zhou Yi Wang memerintah tahun 894 s.M – 879 s.M).

  11. Seorang rajamuda yang menggantung (gendering dan lonceng) di empat deretan tembok istananya (seperti istana raja) dan menggunakan sapi jantan putih untuk hewan korban; membunyikan batu kumala yang dapat bersuara nyaring; menggunakan perisai merah dengan permukaan dari logam dan mengenakan topi dengan untaian manik-manik di dalam acara tari Da Wu (perwira agung) dan mengendarai kereta agung: --- itu adalah perwujudan rajamuda yang berbuat makar, melecehkan Li. Membangun gerbang bermenara dengan layar melintasi jalan; menyediakan tempat untuk menerima piala; mengenakan pakaian dalam berwarna merah tua dan bersulam gambar kapak: --- itulah perilaku makar, melecehkan Li seorang pembesar (da Fu). Maka bila Tianzi lemah rajamuda itu akan melakukan pemberontakan; dan bilamana para pembesar itu kuat maka para rajamuda itu akan ditekan oleh mereka. Dalam keadaan ini, para pejabat itu akan saling memberikan penghormatan seolah mereka sudah berkedudukan tinggi; saling berwawancara dan tawar menawarkan; dan saling menyuap untuk keuntungan pribadi, dan dengan demikian, tata kesusilaan di bawah langit ini menjadi kacau. Seorang rajamuda tidak berani menyembahyangi leluhur raja sebagai moyangnya. Seorang pembesar tidak berani menyembahyangi leluhur rajamuda sebagai moyangnya atau menjadikan miao kerajaan seolah rumah pribadi, karena itu tidak susila. Hal itu bermula dari peristiwa San Huan.

  12. Seorang Tianzi menjaga kelestarian keturunan kedua dinasti (Xia dan Shang) dan memuliakan para bijaksana (yang menjadi bapak pendirinya), tetapi pemuliaan kepada para bijaksana itu tidak di luar kedua dinasti.

  13. Para rajamuda tidak mempekerjakan Yu Gong (para menteri penguasa yang menjadi buronan) sebagai menteri-menterinya, maka Yu Gong zaman kuno itu tidak menurunkan anak laki-laki menjadi penerus generasinya.

  14. Seorang penguasa berdiri menghadap ke selatan. Ini adalah berdasarkan kebenaran atau prinsip agar ia mendapatkan pengaruh cahaya dan panas alam. Para menterinya menghadap ke utara untuk dapat menanggapi penguasa itu.

  15. Pembantu seorang pembesar tidak menundukkan kepala sampai tanah (Qi Sou); bukan untuk memuliakan pembantu rumah tangga itu, tetapi untuk menghormati penguasanya.

  16. Bila seorang pembesar mempersembahkan sesuatu kepada penguasanya, ia tidak melakukan sendiri; bila penguasa itu memberikan sesuatu, ia tidak menghadap sendiri memberikan bai (hormatnya): hal ini agar tidak merepotkan penguasa itu.

  17. Tatkala orang-orang kampung melakukan upacara tolak bala (Shang), Nabi Kongzi dengan mengenakan jubah istananya, berdiri di atas tangga timur kediaman untuk menjaga Shi Shen (Arwah atau para suci yang dihormati di keluarga.

  18. Nabi Kongzi bersabda, “Memanah sambil menyelaraskan dengan musik (itu sukar), bagaimana harus mendengarkan dan bagaimana harus memanah (serta keduanya menjadi harmonis)?”

  19. Nabi Kongzi bersabda, “Seorang siswa (pejabat atau cendikia) bila diminta untuk memanah dan ia tidak mampu, ia menolak dengan dasar kebenaran sakit yang dideritanya, dengan menunjuk busur yang digantungkan di bagian kiri pintu (tempat kediamannya).”

  20. Nabi Kongzi bersabda, di dalam melaksanakan kewajiban puasa tiga hari, bila pada hari pertama orang itu masih harus khawatir kalau tidak sungguh-sungguh hormat; pada hari kedua ia menabuh tambur, apa jadinya?”

  21. Nabi Kongzi bersabda pengulangan penaikkan sajian sembahyang di dalam bagian gerbang Ku Men; mencari arwah yang dihormati dilakukan dipojok timur dan pagi hari ke pasar yang ada di pojok barat: semuanya itu salah.”

  22. Altar She adalah untuk melakukan sembahyang kepada Malaikat Bumi dan di situ yang menjadi pemegang peranan adalah hawa negatif (Yin). Penguasa (dalam sembahyang) wajahnya menghadap ke selatan, dan berdiri dikaki tembok utara menunjukkan dasar kebenaran tentang adanya pengaruh sifat negatif (Yin). Hari Jia dijadikan (sebagai pijakan melaksanakan sembahyang), --- yakni untuk menggunakan hitungan hari yang pertama. Altar Agung She yang dibangun seorang Tianzi pasti terbuka untuk menerima embun beku, embun, angin dan hujan, serta untuk menerima hawa oleh pengaruh langit dan bumi. Karena itulah, altar She suatu Negara yang telah hancur, lalu diberi atap, agar dengan demikian tidak menerima lagi Tian Yang (pengaruh Yang dari Tian). Altar She (dinasti Yin atau Shang) di Bo terbuka tembok utaranya, dimaksudkan agar pengaruh Yin memancar ke dalamnya. Altar She, karenanya menjadi jalan suci Malaikat Bumi (Shen Di). Bumi itu mendukung berlaksa benda, sedang langit menjadi tempat bergantung cemerlang berbagai peta. Segala sesuatu yang bersifat benda diperoleh dari bumi. Berbagai hukum diperoleh dari Tian. Demikianlah maka dimuliakan Tian dan dikasihi bumi. Maka memberi bimbingan kepada rakyat dengan semangat yang indah, mengembalikan segala sesuatu (kepada bumi). Kepala keluarga menaikkan sembahyang di altar yang dibangun di ruang terbuka rumahnya. Kepala suatu Negara juga membangun altar She; itu menunjukkan betapa (bumi) menjadi pokok (yang membawakan kesejahteraan). Bila ada upacara di altar She suatu kampung orang-orang semua keluar dari rumahnya datang kesana. Bila dibangun altar She untuk persiapan berburu, orang-orang senegeri ikut semua menggenapkan pekerjaan. Bila dibangun altar She suatu kota, kecil atau besar, orang-orang memberikan sumbangan berupa beras dalam mangkok --- semuanya itu menunjukkan adanya semangat membalas budi kepada yang pokok dan kembali kepada yang mula (Bao Ben Fan Shi).

  23. Pada bulan akhir musim semi (Ji Chun), bintang api (huo Xing) mulai menampakkan diri dan dibakar (rumput dan semak-semak). Ketika terjadi hal ini, dilakukan pemeriksaaan ulang atas kereta dan orang-orangnya. Dihitung kelompok yang seratus dan yang lima. Selanjutnya penguasa itu langsung mengucapkan amanat dari hadapan altar She dan melatih pasukan, agar maju ke kiri dan maju ke kanan, untuk duduk dan untuk berdiri. Dan memperhatikan bagaimana mereka mengerjakan berbagai perubahan dalam latihan itu. Bila perburuan sudah berlangsung dan keinginan menangkap sudah bergerak, penguasa itu) memperhatikan apakah mereka di dalam mencari keuntungan tidak melanggar amanat. Demikianlah dibimbing mereka bagaimana menggenapkan cita dan tidak serakah untuk mendapatkan. Dengan cara ini di dalam peperangan akan menang dan upacara itu akan menerima berkah.

  24. Tianzi di dalam perjalanan keliling untuk pemeriksaan ke empat penjuru Negara, yang pertama-tama dilakukan ialah mengumpulkan dan menumpuk kayu (untuk selanjutnya dibakar). Pada upacara sembahyang besar di Jiao disambut tibanya hari yang terpanjang. Itulah saat puja syukur kehadirat Tian, dan menjadikan matahari sebagai kiblat. Tempat dibangun altar Jiao ialah di pinggiran kota atau alun-alun selatan; di situlah tempat yang paling banyak menerima pengaruh Yang (matahari, cahaya atau kehangatan). Sembahyang digelar di tanah yang telah disapu untuk maksud itu; --- untuk menandai diutamakannya yang hakikat. Peralatan yang digunakan adalah yang dibuat dari periuk dan sejenis labu; itu untuk memetakan sifat sejati langit dan bumi, tempatnya di Jiao (pinggiran kota). Maka upacara itu dinamai sembahyang besar Jiao. Hewan korbannya digunakan yang berwarna merah, yaitu warna yang paling disukai dinasti Zhou: yaitu seekor anak lembu; --- itu untuk menunjukkan pemuliaan kepada ketulusan iman. Upacara sembahyang di Jiao dilaksanakan pada hari Xin; karena pada hari itu Dinasti Zhou pertama kali melaksanakan sembahyang besar Jiao pada saat hari mulai kembali (Dong Zhi). Untuk upacara sembahyang Jiao ini, setelah dilakukan kajian (Bo) di kuil leluhur (Zu Miao), dan menerima amanat (baik), lalu dilakukan kajian dengan batok kura-kura di hadapan altar di ruang Ni orangtuanya; --- demikianlah kebenaran dijunjung tingginya para leluhur, dan ditunjukkan rasa kasih kepada orang tua. Pada hari dilakukan kajian, raja berdiri di pinggir kolam (sekolah di istana) dan langsung mendengarkan pernyataan dan menerima bimbingan atau sanggahan. Amanat itu disampaikan padanya di bagian dalam gerbang Ku Men, digunakan untuk memberikan pesan pada beratus jawatan, dan amanat yang diterima di Da Miao digunakan untuk memberi pesan kepada beratus marga. Pada hari sembahyang diselenggarakan, raja dengan mengenakan topi dari kulit menanti berita tentang kesiapan upacara, --- untuk menunjukkan kepada rakyat bagaimana mereka wajib menghormati atasannya. Mereka yang sedang berkabung tidak menangis dan tidak berani mengenakan pakaian berkabung. Orang-orang memercikkan air, menyapu jalanan dan membalikkannya agar segar dengan sekop; dan di batas-batas sawah kampung, dinyalakan obor atau lilin, demikianlah tanpa perintah khusus, rakyat mendengar kata-kata atasannya. Pada hari diselenggarakan upacara sembahyang, raja mengenakan jubah yang bergambar naga, yang menunjukkan peta langit. Dikenakan topi dengan untaian-untaian yang berujung batu kumala sejumlah duabelas, yang melambangkan jumlah bilangan tentang langit. Ia mengendarai kereta yang berwarna polos, yang menunjukkan pemuliaan terhadap hal yang bersifat hakikat. Dari pucuk tiang bendera tergantung dua belas untaian. Bendera itu bergambar naga, matahari dan bulan, yang memberi peta tentang langit. Dari langit bergantung peta-peta dan para Nabi menirunya. Demikianlah maka upacara sembahyang di Jiao itu membawakan ungkapan yang terang tentang jalan suci Tian (Tian Dao). Bila lembu korban untuk Di (Tuhan Yang Maha Kuasa) menunjukkan tanda-tanda tidak akan membawakan berkah, maka lembu itu harus digunakan untuk malaikat gandum. Lembu korban untuk Di itu harus ditempatkan dikandang yang bersih selama tiga bulan. Lembu korban untuk malaikat gandum, cukup asal memenuhi syarat. Demikianlah untuk membedakan bagaimana melakukan pelayanan kepada Tian yang bersifat Rokh (Shen) dan kepada manusia yang bersifat Gui (nyawa manusia). Berlaksa benda berpokok kepada leluhur. Inilah alasan mengapa penghormatan kepada Ji (Malaikat Gandum, nenek moyang dinasti Zhou) dikaitkan dengan upacara sembahyang kepada Shang Di (Tuhan Yang Maha Kuasa). Upacara sembahyang di Jiao merupakan pernyataan syukur besar kepada yang menjadi pokok dan berpulang kepada yang mula (Bao Ben Fan Shi).

  25. Upacara sembahyang besar Zha (upacara sembahyang tutup tahun yang wajib dilakukan Tianzi ada delapan macam. Yin Qi (sesepuh dinasti Yin) lah yang memulai menyelenggarakan upacara sembahyang Zha itu. Zha bermakna ‘mencari untuk menemukan’. Tiap tahun yang dua belas bulan itu, dibawa semua hasil yang berlaksa wujud untuk disajikan (kepada mereka yang pertama kali mengajarkan). Di dalam upacara sembahyang Zha, yang terutama diberi sajian ialah orang yang pertama menemukan cara bertani. Juga disajikan kepada penilik pertanian, dan disajikan pula sebagai pernyataan terimakasih kepada mereka yang menemukan beratus biji-bijian, dengan hasil panennya. Juga disajikan kepada penilik pertanian dan yang mengajarkan membuat batas-batas sawah, burung dan hewan. Upacara itu sungguh-sungguh mengungkapkan rasa cinta kasih dan kebenaran yang sangat. Para Junzi zaman kuno mengamanatkan agar orang menyambut kepada yang akan diberi pernyataan terima kasih itu. Mereka menyambut kucing-kucing yang memangsa tikus-tikus sawah, dan menyambut harimau yang memangsa babi-babi liar. Mereka juga melakukan upacara sembahyang untuk orang-orang yang telah menemukan cara membuat tanggul dan saluran-saluran air; --- semuanya itu menyangkut pertanian. Mereka berkata, “Biarlah tanah kembali kepada tempatnya (tidak longsor), air pulang kepada saluran-salurannya, serangga-serangga menjadi diam tidak berulah; menjadikan rumput dan pohon pulang di tanah yang berpaya-paya!” Mereka mempersembahkan sajian dengan mengenakan topi kulit dan jubah putih polos; --- mengenakan jubah putih polos untuk mengantar berakhirnya tahun. Mereka mengenakan sabuk dari rami dan membawa tongkat dari rotan, --- agar menyerupai acara perkabungan. Di dalam upacara sembahyang Zha, ditunjukkan perasaan cinta kasih dan kebenaran yang sangat. (Setelah itu) mereka melakukan sembahyang dengan mengenakan jubah kuning dan topi kuning, --- dan membebaskan para petani untuk beristirahat. Orang-orang kampung mengenakan topi kuning yang dibuat dari jerami.

  26. Kaum Da Lou (Penjaring Besar) menjadi pejabat Tianzi yang mengurus burung-burung dan hewan-hewan yang dipersembahkan para rajamuda. Mereka mengenakan topi yang dianyam dari jerami atau serpihan bambu; kehadirannya yang demikian itu untuk menghormati adat pakaian orang kampung. Para penjaring itu menolak pemberian berupa kijang dan perempuan, dan menyampaikan kepada tamu itu pesan (raja) untuk memperingatkan kepada para rajamuda itu dengan berkata, “Gemar berburu dan gemar akan perempuan akan membawa negeri hancur.” Tianzi menanam waluh (melon) dan tanam-tanaman yang berbunga (menghasilkan buah); bukan tanaman yang dapat dipanen dan disimpan.

  27. Upacara Zha yang delapan jenis itu untuk melestarikan catatan keadaan keempat penjuru negeri. Bila di antara keempat penjuru negeri, tahun itu kondisinya tidak bagus, dari tempat itu tidak mengirimkan persembahan untuk sembahyang Zha yang delapan jenis itu, --- hal ini untuk menunjukkan kehati-hatian terhadap sumber penghasilan rakyat. Ditempat yang bagus hasilnya, dari tempat itu dipersembahkan persembahan untuk sajian sembahyang Zha --- hal ini untuk memberikan kesukaan dan kepuasan kepada rakyat.  Setelah diselenggarakan upacara sembahyang Zha, (penguasa) yang bersifat Junzi tidak membuat pekerjaan tambahan.

  28. Asinan yang lazim digunakan untuk isi manguk sembahyang (Dou) dibuat dari rumput-rumputan air hasil bumi yang didukung kekuatan alam yang harmonis (He Qi); air garam yang digunakan adalah yang berasal dari daratan. Pada mangkok yang ditambahkan, diisi benda-benda hasil daratan dengan air asinnya yang disebutkan di atas. Barang sajian yang ditempatkan pada Bian (mangkok tinggi dari kayu) dan Dou (mangkok dari bambu) berasal dari air dan tanah. Tidak berani menggunakan barang-barang beraroma yang sudah lazim di tempat itu. Dimuliakan banyak jenisnya barang. Dengan demikian diambil dasar kebenaran untuk memberi jalinan kepada yang bersifat Shen Ming (cahaya rokh); itu jalan suci untuk mendapatkan aroma yang bukan tiruan aroma makanan.

  29. Barang sajian yang disajikan untuk raja yang telah mendahulu itu adalah barang yang dapat dimakan, tapi bukan untuk menuruti keinginan mulut. Jubah bersulam naga, topi berjumbai dan kereta besar adalah untuk dipertunjukkan, tetapi tidak membangkitkan keinginan untuk menggunakannya. Beragam tarian menampilkan kewibawaan dan keperkasaan, tetapi tidak membangkitkan perasaan untuk mendapatkan kesenangan. Zong Miao membangkitkan rasa Khidmat, tetapi tidak menjadikan seseorang ingin mendapatkan kenyamanan disana. Peralatan di Zong Miao memang dapat dipakai, tetapi tidak boleh untuk dimanfaatkan sembarangan. Dengan demikian, membangun jalinan kepada Shen Ming berdasar kebenaran, tidak boleh sama sekadar mendapatkan kenyamanan dan kesenangan.

  30. Sungguh indah mengagumkan anggur dan anggur manis, tetapi nilai yang lebih dimuliakan ialah anggur hitam dan air jernih, --- untuk dapat memahami pokok daripada kelima rasa. Sungguh indah jubah yang bersulam halus, tetapi nilai yang lebih tinggi ada pada kain polos dan baju kasar, --- ini mengenai hal yang berkait dengan mula kebaikan karya perempuan. Sungguh menyenangkan duduk ditikar dari rumpun gelagah dan bambu, tetapi yang menjadi pilihan adalah tikar dari buluh dan jerami kasar, --- karena dapat membedakan kemuliaan kedudukan. Gulai agung adalah yang tidak lazim rasanya, --- itu untuk memuliakan kesederhanaan yang hakiki. Sungguh indah kereta yang berwarna merah dan berukir sampingnya, tetapi (raja) lebih mengindahkan kereta yang polos; --- ini untuk memuliakan kesederhanaan. Semuanya hanya memuliakan yang sederhana hakikatnya. Oleh karena itu, di dalam membangun jalinan kepada shen Ming tidak boleh dipersamakan dengan mendapatkan kenyamanan dan kenikmatan. Demikianlah maka yang diutamakan ialah apa yang seharusnya.

  31. Bilangan untuk Ding (bejana berkaki tiga) dan Zu (kuda-kuda untuk daging sembahyang) ialah yang gasal. Tetapi untuk Bian (mangkok tinggi dari kayu) dan Dou (mangkok dari bambu), bilangannya ialah genap. Ini berdasarkan kebenaran asas Yin dan Yang. Pot yang bergambar mata kuning dan berisi anggur yang dicampur tumbuh-tumbuhan wangi dipandang sebagai barang yang paling berharga. Kuning adalah warna tanah yang menduduki tempat di tengah. Di dalam mata nampak semangat yang jernih dan cemerlang (Qing Ming). Anggur yang dituangkan kedalam cawan yang melambangkan kedudukan di tengah apa yang jernih dan cemerlang, itu memancar keluar daripadanya

  32. Di dalam sembahyang kepada Tian, tanah disapu dan sajian persembahyangan disajikan di tanah, --- itu mewujudkan altar yang benar-benar hakiki, bukan buatan. Pengindahan terhadap cuka dan acar dan pengutamaan garam yang dihasilkan dengan cara direbus, adalah untuk memuliakan hal yang bersifat alami (Tian Chan). Pisau biasa dapat digunakan untuk memotong (hewan korban), tetapi lebih dimuliakan penggunaan pisau yang berkerincing (Luan Dao), --- ini berdasarkan kebenaran yang terkandung dalam: harmonisnya suara dan kemudian terjadi pemotongan.

  33. Perihal kebenaran upacara mengenakan topi ialah: --- topi yang dikenakan lebih dahulu berkain hitam, yaitu model topi yang paling kuno, itu aslinya polos (putih), tetapi ketika digunakan untuk melakukan puasa, dicelup menjadi hitam. Tentang talinya. Nabi Khongzi bersabda, “Aku belum pernah mendengar tentangnya.” Topi itu setelah satu kali digunakan (untuk seorang anak laki-laki) boleh tidak digunakan lagi.

    Untuk putera pewaris, upacara pengenaan topi yang benar dilaksanakan di tangga timur (tangga untuk tuan rumah), untuk menunjukkan bahwa ia adalah garis penerus keturunannya. Sang ayah menyerahkan kepadanya sebuah topi di ruang tamu. Upacara itu menunjukkan bahwa anak itu telah dewasa. Penggunaan tiga buah topi untuk menunjukkan betapa penting upacara itu, dan menjelaskan maksud yang terkandung. Setelah dikenakan topi, lalu diberi nama dewasa atau alias, untuk sungguh-sungguh memberi penghormatan atas nama itu.

    Digunakan topi yang dinamai Wei Mao, itulah jalan suci Zhou; digunakan topi yang dinamai Zhang Fu, itulah jalan suci dinasti Yin; digunakan topi yang dinamai Mou Zhui, itulah Jalan Suci dinasti Xia. Topi (dari kulit) yang digunakan pada zaman dinasti Zhou dinamai Bian; yang digunakan pada zaman dinasti Yin dinamai Xu; dan yang digunakan pada zaman dinasti Xia dinamai Shou. Ketiga dinasti itu menggunakan topi dari kulit dengan kain bawah putih yang diikatkan kepada pinggang.

    Tidak ada upacara pengenaan topi secara khusus di keluarga pembesar, tetapi ada upacara pernikahan khusus untuknya. Pada zaman kuno, setelah berusia lima puluh tahun, orang dapat memangku jabatan sebagai pembesar; bagaimana ada upacara pengenaan topi khusus untuknya? Upacara pengenaan topi secara khusus untuk para rajamuda mulai terjadi pada akhir zaman dinasti Xia.

    Putera mahkota seorang Tianzi menerima upacara pengenaan topi seperti pejabat atau siswa biasa; tidak ada orang yang baru lahir sudah memiliki kedudukan mulia. Para pangeran menerima pelantikan berdasar pelanjutan keturunan, dengan maksud dapat bersuri tauladan kebijaksanaan pendahulunya. Orang menerima jabatan dan peringkat kedudukan berdasar kebajikannya. Setelah orang mati diberi gelar (Shi), itu kebiasaan zaman sekarang; pada zaman kuno tidak ada jabatan untuk yang baru lahir dan tidak ada nama gelar untuk yang telah meninggal dunia.

  34. Yang dimuliakan Li ialah di dalam kebenaran makna yang dikansungnya. Bila sudah kehilangan makna kebenaran, itu hanya menjadi pameran perhitungan saja, seperti yang dikerjakan oleh petugas doa dan pencatat sejarah. Maka, segala hitung berhitung itu dapat dipamerkan, tetapi makna kebenarannya sulit dipahami. Pemahaman tentang kebenaran itu, dan penuhnya kesungguhan di dalam menjaganya, itulah yang menjadikan seorang Tianzi mampu mengatur dunia bawah langit ini.

  35. Dengan berpadunya langit dan bumi, barulah kemudian berlaksa benda bangkit. Maka upacara pernikahan menjadi mula dari pada (peradaban) berlaksa zaman. Pasangan dari dua marga yang berbeda; di sini ditekankan adanya pemilahan atau (marga). Hadiah perkawinan (Bi) harus dipenuhi ketulusan (Cheng) dan semua jalinan itu tidak boleh tidak baik. (pengantin perempuan) harus dipenuhi kelurusan dan dapat dipercaya. Sikap dapat dipercaya diperlukan dalam segala pelayanan kepada orang lain; dapat dipercaya adalah kebajikan seorang istri. Sekali menikah dengan suami sepanjang hidup tidak berubah; maka bila sang suami meninggal dunia, ia tidak menikah lagi.

    Seorang laki-laki wajib langsung menjemput (calon istrinya), laki-lakilah yang bertindak lebih dahulu, bukan perempuan, --- ini berlandas kebenaran adanya yang kuat dan yang lemah. Hal ini dalam kebenaran yang satu, dikaitkan dengan hal bahwa langit mendahului bumi dan penguasa mendahului menterinya.

    Tukar hadiah mendahului pertemuan satu terhadap yang lain, ini menggambarkan untuk sungguh-sungguh menghormati adanya pemilahan itu. Bila antara laki-laki dan perempuan ada pemilahan, barulah kemudian antara orang tua dan anak ada kasih. Bila antara orang tua dan anak ada kasih, barulah kemudian tumbuh rasa kebenaran. Bila kebenaran itu telah tumbuh, barulah kemudian berlaksa benda dalam kesentosaan. Tidak ada pemilahan dan tidak ada kebenaran, itulah cara yang berlaku di dunia hewan.

    Mempelai laki-laki wajib langsung berdiri (di samping kereta pernikahan) dan menyerahkan tali kereta (untuk membantu mempelai puteri naik), --- ini menunjukkan betapa kasihnya. Setelah ada kasih itu, ia mendekatkan (mempelai puteri) ke dirinya. Dengan rasa hormat dan kasih itulah, Raja yang telah mendahulu itu mendapatkan dunia bawah langit ini (ini menunjuk tentang raja Wen). Ketika melewati gerbang besar, yang laki-laki di depan dan yang perempuan mengikuti. Perempuan mengikuti yang laki-laki itulah kebenaran makna hubungan suami dan istri (Fu Yi). Dari hal inilah semuanya itu bermula. Seorang perempuan mengikuti orang lain adalah demikian: --- waktu muda mengikuti ayah dan kakak laki-laki; setelah menikah mengikuti suami; dan bila suami itu meninggal dunia, ia mengikuti anak. Seorang suami adalah seorang pendukung. Seorang suami yang bijaksana mampu membimbing orang lain.

    Dengan mengenakan topi berwarna hitam (Xuan Mian), berpuasa dan berjaga atau tidak tidur, (mempelai laki-laki) menyiapkan diri menjumpai mempelai perempuan, menjadikan upacara itu (seolah) pelayanan kepada yang Maha Rokh dan mengikuti hukum Yin dan Yang. Seperti akan melakukan sesuatu kehadapan She Ji (Malaikat Bumi dan Gandum) dan menyiapkan adanya penerus bagi para leluhur yang telah mendahulu; bolehkah semuanya itu tidak benar-benar penuh hormat? Suami dan istri makan hewan korban yang sama, --- menunjukkan mereka memiliki peringkat kedudukan yang sama. Maka bila istri tidak memiliki peringkat kedudukan, ia mngikuti peringkat kedudukan suaminya, dan mengambil tempat duduk yang sesuai dengan kedudukan suaminya.

    Peralatan sembahyang yang digunakan untuk sajian sembahyang, dibuat dari tanah dan waluh, itu untuk memuliakan kewajaran di dalam Li. Raja ketiga dinasti, untuk hewan korbannya, menggunakan bejana dari tanah dan waluh. Pada hari setelah menikah, sang istri membasuh tangan, bersiap menyajikan (Babi kecil) kepada kedua mertuanya; dan setelah mereka memakannya, ia makan yang masih tinggal, ini menunjukkan perhatiannya yang pribadi. Sang mertua turun ruangan dari tangga di sebelah barat, sedangkan menantu perempuan itu turun lewat tangga timur, demikianlah ia memantapkan kedudukannya sebagai istri.

    Di dalam upacara pernikahan tidak digunakan musik, --- ini berdasar kebenaran yang disuasanai kesendirian, gelap dan bersifat Yin (Suasana akan berpisah dengan orang tua). Musik mengungkapkan semangat yang bersifat Yang. Tidak ada ucapan selamat untuk suatu upacara pernikahan; itu menunjukkan betapa (satu) generasi manusia harus dilanjutkan generasi yang lain.

  36. Upacara sembahyang pada zaman kaum You Yu (raja suci Shun), sangat diutamakan hal yang menyangkut penggunaan bau-bauan, dilakukan persembahan darah, daging mentah, daging bantat; semuanya demi menciptakan adanya bau-bauan.

    Orang-orang dinasti Yin, memuliakan suara. Sebelum digenapkan dengan bau dan rasa; suara musik ditabuh bertalu-talu, setelah hampir genap tiga kali dibunyikan musik, mereka keluar menjemput hewan korban. Ramainya suara musik menjadi penyampaian warta kepada semua di antara langit dan bumi.

    Orang dinasti Zhou, memuliakan bau-bauan yang tajam. Pada saat menuangkan anggur mereka memanfaatkan keharuman bau anggur yang dibuat dari gandum yang diberi ramuan. Bau-bauan itu yang bersifat Yin, menembus dalam kepada air mata di bawah. Penuangan itu dilakukan dengan piala dari batu kumala yang bertangkai panjang, seolah juga telah memanfaatkan bau dari batu kumala itu. Setelah anggur dituang, mereka menjemput dan membawa hewan korban kedalam. Demikianlah bau-bauan yang telah berpadu dengan beras dan gandum itu dibakar (dengan lemak hewan korban); dengan demikian bau wangi yang bersifat Yang menembus ke seluruh dinding rumah. Demikianlah mengapa di tempat altar, setelah piala diletakkan lalu lemak hewan korban itu dibakar dengan kayu wangi bersama gandum dan beras.

    Segala hal di dalam upacara sembahyang harus serba hati-hati. Hal itu karena Rokh yang bersifat semangat (Hun Qi) pulang kepada Tian; sedang badan dan nyawa yang bersifat hewani (Xing Po) pulang kepada tanah; maka di dalam upacara sembahyang timbul gagasan yang berdasarkan sifat Yin dan Yang. Orang-orang dinasti Yin, lebih dahulu mencari kepada yang bersifat Yang, sedang orang dinasti Zhou lebih dahulu mencari kepada yang bersifat Yin.

  37. Mereka memberi keterangan (tentang hal-hal yang perlu) kepada petugas doa di kamar, dan mendudukkan orang yang berperan sebagai mendiang di pendapa; dan memotong hewan korban di halaman. Kepala hewan korban itu dibawa naik ke kamar. Inilah tata persembahyangan yang lurus atau lazim. Ketika petugas penaikkan doa itu menghadap ke papan nama sang mendiang, bila itu hanya berkait dengan upacara sembahyang mencari sang mendiang, petugas penaikkan doa itu mengambil tempat di bagian dalam pintu (miao). Mereka tidak tau apakah rokh itu ada di situ atau disana atau di tempat yang jauh dari semua orang. Melakukan sembahyang dari bagian dalam pintu dapat dikatakan mencari yang ada di tempat jauh.

  38. Upacara sembahyang yang dilaksanakan di pintu mengungkapkan kemauan yang sangat untuk mencarinya. Ditempatkannya hati dan lidah hewan korban dikuda-kudanya adalah mengungkapkan tentang pernyataan hormatnya. Harapan tentang kekayaan menunjukkan harapan untuk kebahagiaan. Disajikannya kepala (hewan korban) mengungkapkan hal menjalin hubungan langsung (dengan sang mendiang). Kehadiran (petugas penaikkan doa) adalah agar sang rokh itu berkenan (menerima sajian). Ungkapan harapan adanya berkah adalah mengungkapkan harapan agar dapat panjang berkesinambungan dan besar lengkap. Pemeran sang mendiang mencitrakan kehadiran sang mendiang itu.

  39. Adanya rambut dan darah untuk menyatakan bahwa semuanya telah lengkap. Ungkapan pernyataan bahwa semuanya sudah lengkap itu bermakna memuliakan jalan suci yang murni. Sajian berupa darah, mengungkapkan berkembang penuhnya semangat (Qi). Sajian berupa paru, hati dan jantung bermakna memuliakan tuan daripada semangat itu.

  40. Upacara sembahyang dengan menyajikan jawawut dan gandum adalah untuk menyertai sajian berupa paru-paru itu. Sembahyang dengan penyajian anggur jernih adalah untuk menyertai sajian berupa air jernih : --- semuanya untuk memenuhi tuntutan sifat Yin. Diambilnya lemak yang ada di dalam dan dibakar, dan menaikkan kepala (hewan korban) adalah untuk memenuhi tuntutan sifat Yang.

  41. Digunakannya air jernih dan anggur jernih bermakna memuliakan semangat kebaharuan. Semuanya mengungkapkan membangun kebaharuan. Air itu dinamai air jernih karena tuan rumah telah menyucikan air itu.

  42. Tentang penguasa yang melakukan dua kali bai dan menundukkan kepala sampai ke tanah dengan dada telanjang, dan langsung menyiapkan pisau untuk memotong, itu mengungkapkan puncaknya rasa hormat. Puncaknya rasa hormat itu menunjukkan kepatuhan atau kepatuhan. Menaikkan hormat dengan dua kali bai menunjukkan kepatuhan; menundukkan kepala sampai ke tanah (Qi Shou) itu mengungkapkan pernyataan sangat patuh; dan bertelanjang dada mengungkapkan keluar perasaan kepatuhan yang sangat itu.

  43. Di dalam upacara sembahyang, menyebut diri sebagai cucu berbakti atau anak berbakti (Xiao Sun Xiao Zi) adalah sebutan yang berpegang kepada kebenaran makna. Bila menyebut diri sebagai “si Anu, keturunan yang jauh’, itu digunakan oleh penguasa suatu Negara atau (kepala) suatu keluarga. Biarpun dalam upacara sembahyang itu ada pembantu yang melayani, tuan rumah itu sendiri yang wajib menunjukkan kesungguhan hormatnya dan seluruh pelayanan yang terpuji tanpa perlu mengalah kepada siapapun.

  44. Daging hewan korban boleh disajikan mentah dan utuh atau dipotong-potong atau direbus atau sepenuhnya dimasak. Tetapi, betapa dapat diketahui bahwa Yang Maha Rokh itu berkenan? Tuan rumah itu cukup asal mampu menunjukkan rasa hormatnya yang sungguh-sungguh.

  45. Setelah dilakukan penuangan (anggur) dengan piala dari tanduk, lalu dilakukan penghormatan kepada pemeran mendiang (shi) dan menjadikannya tenang. Pada zaman kuno, pemeran mendiang itu berdiri bila tidak ada sesuatu yang dikerjakan; dan duduk bila ada sesuatu yang dikerjakan. Pemeran mendiang itu memerankan gambar rokh yang dihormati, dan petugas doa menjadi perantara menerima firman.

  46. Menyaring anggur yang baru untuk mengisi piala, digunakan rumput putih (Mao) sehingga piala itu menjadi terang. Anggur itu menjadi jernih dengan sendirinya dan dinyatakan sebagai anggur jernih. Cairan yang diperoleh dengan merebus bahan wangi-wangian (dari sari gandum) dan mencampurnya dengan anggur, itulah yang menjadi jernih sendiri: --- demikian pula anggur yang tua dan keras menjadi sesuai dengan anggur yang terang jernih atau yang menjadi jernih sendiri.

  47. Upacara sembahyang adalah dimaksudkan untuk dapat melakukan doa. Untuk mengucapkan syukur atau untuk menyampaikan keluhan.

  48. Baju hitam yang dikenakan waktu menjalankan upacara berjaga dan bersuci adalah dengan penempatan cita atau pikiran di dalam suasana yang bersifat Yin. Maka seorang Junzi setelah tiga hari melakukan jaga dan bersuci pasti beroleh penampakan kepada yang akan disembahyangi.