logo

Li Jing XLI

Ru Xing

  1. Rajamuda Ai dari negeri Lu bertanya kepada Nabi Kongzi, “Pakaian yang guru pakai, adakah itu pakaian umat Ru?” Nabi Kongzi menjawab,”Ketika Qiu masih muda berdiam di negeri Lu dan mengenakan pakaian yang berlengan lebar; setelah dewasa aku berdiam di negeri Song, dan mengenakan topi Zhang-fu. Apa yang Qiu dengar, seorang junzi (Susilawan) di dalam belajar berusaha seluas-luasnya; akan hal pakaiannya, ia mengenakan pakaian asal kampung halamannya. Qiu tidak mengerti adanya pakaian umat Ru.”

  2. Rajamuda Ai bertanya, memberanikan bertanya tentang perilaku umat Ru?” Nabi Kongzi menjawab,”Kalau harus menghitung butir-butirnya aku tidak dapat mengungkapkan semuanya; bila aku harus menyampaikan perinciannya, akan banyak menyita waktu. Baginda harus mengganti pengawal-pengawal sebelum saya selesai menyampaikan semuanya.” Rajamuda Ai menitahkan disiapkan tikar untuk Nabi di sampingnya.

  3. Nabi bersabda, “Seorang umat Ru menyiapkan permata yang berharga di atas tikarnya sambil menanti undangan; pagi dan malam ia belajar sambil menanti pertanyaan. Di dalam dadanya menyimpan kesatyaan dan sikap dapat dipercaya sambil menanti angkatan; ia penuh semangat dalam perilakunya sambil menanti untuk dipilih: --- demikianlah ia menegakkan diri dan bersiap menanti apa yang akan datang.

  4. “Seorang umat Ru mengenakan pakaian dan topi yang tepat; hati-hati dalam perilaku dan perbuatan; di dalam menolak pujian besar ia nampak kasar; di dalam menolak pujian kecil ia nampak seperti berpura-pura; di dalam perkara besar ia penuh wibawa; di dalam perkara kecil ia rendah hati (malu-malu); ia sulit untuk diminta tampil / maju, tetapi mudah untuk diminta mundur, ia nampak takut-takut seperti tidak memiliki kemampuan: --- demikianlah ia dalam penampilan luarnya.

  5. “Seorang umat Ru dimanapun berada, biasanya atau sementara, ia serius seolah menanggung kesulitan; duduk maupun berdirinya penuh hormat dan sungguh-sungguh (Gong Jing); di dalam berbicara mendahulukan sikap dapat dipercaya; di dalam perilakunya mengutamakan kelurusan (Zhong Zheng); diperjalanan ia tidak berebut bahaya atau mencari yang mudah; pada musim dingin atau musim panas ia tidak berebut cuaca, tentang yang teguh atau yang terang (Yin Yang); ia memilih / menyukai kematian kalau ada yang harus dinanti (untuk dikorbani); ia merawat dirinya karena menanti kalau ada tugas yang harus dikerjakan: --- inilah persiapan dan kehati-hatian menghadapi masa depannya.

  6. “Seorang umat Ru tidak mememstikakan emas atau batu kumala, melainkan kesatyaan dan dapat dipercaya (Zhong Xin) itulah mestikanya. Ia tidak mendambakan tanah atau daerah, melainkan menegakkan kebenaran (Li Yi) menjadi tanah dan daerahnya; ia tidak mendambakan banyaknya kekayaan; banyaknya kepandaian-pengetahuan itulah kekayaannya; ia sukar didapat, tetapi mudah perihal gajinya; mudah perihal gajinya, tetapi tidak mudah untuk menahannya. Bila bukan waktunya, ia tidak menampakkan diri; betapa tidak sukar mendapatkannya? Bila tidak di dalam kebenaran, ia tidak dapat menyatu; betapa tidak sulit menahannya? Ia mendahulukan pengabdian dan membelakangkan perihal gaji; tidakkan itu mudah perihal gajinya? --- demikianlah caranya bergaul dekat dengan orang lain.

  7. “Seorang umat Ru, sekalipun mendapat tawaran berupa barang berharga dan kekayaan – biarpun dimanjakan dengan kegembiraan dan kesenangan – melihat keuntungan itu, ia tidak mau melakukan hal yang merusak kebenaran; biar orang banyak memaksanya, biar tajam senjata mengancam, ia melihat kematian tanpa berubah pendirian yang dijaganya; ia menghadapi burung dan hewan pemangsa dengan cakar dan sayapnya, tanpa memandang keganasannya; ia akan mengangkat tripot (DING, bejana untuk peralatan sembahyang yang berkaki tiga) yang terberat tanpa memperdulikan tenaganya; ia tidak menyesal apa yang telah terjadi pada masa lalu; ia tidak berpraduga terhadap apa yang akan terjadi; ia tidak mengulangi kesalahan di dalam berbicara; terhadap berita angin yang mendesas-desuskan dirinya tidak dikejar darimana sumbernya; ia tidak membiarkan kewibawaannya dipatahkan; ia tidak takut terang-terang melakukan teguran: --- inilah cara ia menegakkan dirinya, dan membedakan dari orang lain.

  8. “Seorang umat Ru dapat berjalin akrab, tetapi tidak dapat ditahan; ia dapat didekati, tetapi tidak dapat dipaksa; dapat dibunuh, tetapi tidak dapat dipermalukan; bertempat tinggal, ia tidak mau bermewah-marak; minum dan makan tidak mau bermewah ruah; ia bersedia menerima teguran lembut atas kesalahan dan kegagalannya, tetapi tak sudi ditunjuk muka: --- inilah kekerasan dan ketegarannya.

  9. “Seorang umat Ru memandang kesatyaan dan dapat dipercaya (Zhong Xin) sebagai baju zirah, dan topi-logamnya; kesusilaan dan kebenaran (Li Yi) sebagai perisai dan dayungnya; ia berjalan sambil menjunjung tinggi cinta kasih; ia berdiam sambil mendekap kebenaran; biarpun ada pemerintahan yang sewenang-wenang, ia tidak berubah pendirian: --- demikianlah ia menegakkan diri.

  10. “Seorang umat Ru, mungkin hanya mempunyai rumah yang halamannya tidak lebih satu mou, - sebuah kamar yang kelilingnya tidak lebih sepuluh langkah, dengan pintu depan yang dibuat dari duri dan bambu, temboknya rekah terbuka panjang dan runcing, di dalamnya, pintu dalam hanya ditutup dengan kayu belukar dan jendela kecil bulat seperti mulut tempayan; penghuninya mungkin harus berganti baju kalau akan keluar rumah; mereka mungkin harus menjadikan makanan jatah satu hari untuk dua hari; bila orang yang di atasnya, yang berkuasa berkenan kepadanya, ia tidak berani tergesa-gesa menerimanya. Bila yang di atas tidak berkenan kepadanya, ia tidak berani membujuk-menjilat:--- demikianlah ia di dalam hal memangku jabatan.

  11. Seorang umat Ru, hidup bergaul dengan orang zaman kini, tetapi kepada yang kuno itulah ia belajar untuk diterapkan dalam perilakunya di zaman sekarang, dan menjadi suri teladan di zaman kemudian. Kalau zamannya tidak dapat menerima dan menyambutnya, orang atasan tidak menerimanya, dan orang bawahan tidak mendukungnya, bahkan orang-orang yang khianat dan penjilat berkomplot mencelakakannya; dirinya bisa dicelakakan, tetapi cita dan semangatnya tidak dapat dirampas. Sekalipun bahaya mengancam dirinya dalam berusaha, dimana pun ia senantiasa memacu diri mewujudkan citanya dan tidak melupakan tuntutan adanya penderitaan rakyat: --- demikianlah senantiasa keprihatinan dalam pikirannya.

  12. Seorang umat Ru, banyak-banyak belajar dan tiada habis-habisnya; ia sebulat hati melaksanakan dengan tiada lelah-lelahnya; pada waktu berdiam seorang diri, ia tidak terseret oleh hal yang bersifat maksiat; bila lancar berjalin dengan atasan, ia tidak akan terganggu oleh hal itu; di dalam melaksanakan tata susila (Li), ia mengutamakan keharmonisan; ia memuliakan keindahan di dalam memegang kesatyaan dan dapat dipercaya; ia memegang peraturan dengan lembut dan bijak; ia menyukai orang yang bajik dan mampu, di samping sabar dan menyukai banyak orang; ia (seperti tukang pembuat periuk) memecah cetakan untuk menghasilkan periuk : --- demikianlah keluasan dan kemurahan hatinya.

  13. Seorang umat Ru, memuliakan seseorang dari keluarganya tanpa berkecil hati karena pertimbangannya bukan alasan keluarga; dan mengangkat orang lain, tanpa memandang apakah mereka memusuhinya; menilai seseorang berlandas kecakapannya dan mempertimbangkan segenap pengabdiannya; ia memilih berdasar kebajikan dan kemampuannya, lalu memajukan / mempromosikannya, tanpa mengharap suatu balasan dari mereka; yang diharapkan dari pemerintah ialah mampu membawakan keberuntungan bagi negara, ia tidak mencari kekayaan dan kemuliaan bagi diri sendiri: --- demikianlah ia mengangkat yang bajik dan bijak, dan memajukan yang memiliki kemampuan.

  14. “Seorang umat Ru, bila mendengar apa yang baik, mereka saling memberi tahu; dan melihat apa yang baik mereka saling menunjukkan tentang pangkat dan kedudukan, mereka saling mendahulukan; menjumpai bencana dan kesulitan, mereka saling bersiap menghadapi kematian; bila lama menunggu, mereka saling menanti, dalam berjauhan, mereka saling berjalin: --- demikianlah pertimbangannya dalam mengajukan orang memangku jabatan.

  15. “Seorang umat Ru, mandi membersihkan badan, juga bermandikan kebajikan, ia memajukan nasihat tetapi dirinya tetap di belakang; di dalam diam, berusaha meluruskan; bila atasan tidak mengerti, ia lebih keras dan lebih jelas mengungkapkan pandangannya, tetapi tidak tergesa-gesa menekannya; ia tidak mendudukkan dirinya di antara yang rendah sehingga dirinya nampak tinggi, tidak mendudukkan dirinya di antara yang sedikit, sehingga nampak dirinya banyak; pada zaman yang teratur beres (aman) ia tidak meremehkan; pada zaman yang kalut, ia tidak menjadi gentar; kepada yang sepaham, ia tidak begitu saja menyetujui; kepada yang berbeda paham ia tidak begitu saja menolak: --- demikianlah ia tegak mandiri dan teguh perilakunya.

  16. Seorang umat Ru, kadang ia tidak memangku kedudukan tinggi sebagai menteri kaisar (Tianzi), juga tidak memangku jabatan rendah sebagai abdi para rajamuda; ia mawas diri dengan tenang dan menjunjung keluasan hati, sekaligus kuat dan teguh dalam bergaul dengan orang lain; ia banyak-banyak belajar sehingga mengerti apa yang harus dilakukan; ia menjadi dikenal karena kehalusan dan kesempurnaan pengetahuannya, sehingga semuanya nampak halus dan mengkilat sampai segala sudut dan sendinya; meski mendapat tawaran pembagian negeri, itu hanya suatu pertimbangan yang tidak memberatkan, dan tidak bersedia begitu saja menjadi menteri atau memangku jabatan: --- demikianlah ia menampilkan kepribadiannya.

  17. “Seorang umat Ru, dengan orang yang bersatu cita ia bersama mencapai tujuan; dengan orang yang menempuh jalan suci ia bersama menerapkan ilmu; berdiri bersama orang yang setingkat kedudukan ia merasa bahagia; terhadap bawahan tidak merendahkan; bila lama tidak saling berjumpa dan mendengar kabar angin tentang mereka, ia tidak percaya; perilakunya berakar-landaskan menegakkan kebenaran; ia maju bersama orang yang setujuan dan mundur dari yang tidak setujuan: --- demikianlah cara bergaul dengan sahabat.

  18. “Ramah tamah dan baik hati (Wen Liang) itulah pokok cinta kasih; sungguh-sungguh dan hati-hati (Jing Shen) itulah buminya cinta kasih; luas hati dan dan murah hati (Kuan Yu) itulah yang menjadikan cinta kasih; kerendahan hati dan halus budi Bahasa (Sun Jie) itulah kemampuan cinta kasih; berbagai batas dan aturan (Li Jie) itulah watak cinta kasih; ungkapan dalam Bahasa (Yan Tan) itulah perhiasan cinta kasih; nyanyian dan musik (Ge Yue) itulah harmoninya cinta kasih; membagi dan menebarkan (Fen San) itulah pemberitaan cinta kasih. Umat Ru memiliki semuanya itu, meski memilikinya, ia tidak berani mengatakan dirinya sudah berperi cinta kasih : --- demikianlah betapa ia suka mengalah.

  19. “Seorang umat Ru tidak bersedih dan tidak dapat dipatahkan dari akarnya oleh kemiskinan dan rendahnya kedudukan; ia tidak bangga dan lupa diri karena kekayaan dan kemuliaan; ia tidak merasa hina di hadapan penguasa atau raja; ia tidak merasa terikat oleh tua-tua atau atasan; orang-orang yang berkedudukan tinggi tidak dapat membuatnya sedih: --- demikianlah maka disebut umat Ru secara keliru, sehingga sering mempermalukan umat Ru.

  20. Sepulang Nabi Kongzi dari pengembaraannya, rajamuda Ai memberinya sebuah penginapan. Mendengar kata-kata beliau itu, pangeran menjadi kian dapat dipercaya di dalam berbicara, dan kian benar dalam perilaku. Ia berkata, “Sampai akhir hayat, aku tidak berani bermain-main dengan sebutan Ru.”