logo

Li Jing XXI

Za Ji II

  1. Saat sebelum selesai menunaikan perkabungan untuk ayah, bila ibu meninggal dunia, orang melepaskan perkabungan untuk ayah (dan menunaikan apa yang semestinya untuk ibunya). Tetapi ia mengenakan pakaian yang semestinya bila ada upacara-upacara yang mengharuskan (untuk ayahnya); tetapi setelah upacara itu usai, ia kembali mengenakan pakaian berkabung (untuk ibunya).

  2. Bila keadaan mewajibkannya mengenakan pakaian kabung untuk kakak atau adik ayahnya, bila hal itu bersamaan waktu perkabungan untuk ayah bunda, maka upacara perkabungan yang terdahulu itu di tanggalkan atau diabaikan, upacara itu tetap dijaga bila diperlukan, dan bila telah usai upacara berkabung untuk orang tua, dilanjutkan.

  3. Bila sedang melakukan perkabungan tiga tahun, (terjadi lagi perkabungan tiga tahun lain bagi putera tertua), maka sabuk dari rami kasar yang dikenakan boleh diganti sesuai dengan kejadian yang kemudian itu, yaitu upacara akhir perkabungan satu tahun (Lian) atau upacara akhir perkabungan dua tahun (Xiang). Maka upacara perkabungan Lian untuk orang tua dapat diselenggarakan.

  4. Bila seorang kakek meninggal dunia dan cucunya meninggal dunia juga, sebelum akhir perkabungan Lian atau Xiang, maka papan nama untuk cucu itu boleh ditempatkan di samping kakeknya.

  5. Orang yang sedang berkabung, bila peti matinya di rumah, mendengar ada keluarga meninggal dunia di tempat yang jauh, orang itu pergi ke ruang lain dan menangis untuknya. (Esoknya) ia masuk ke ruang tempat peti mati itu dan menaikkan sajian, setelah itu ia pergi berganti pakaian, lalu pergi ke ruangan lain dan mengulangi upacara seperti hari sebelumnya.

  6. Bila seorang pembesar atau pejabat biasa yang lain akan turut mengambil bagian dalam upacara sembahyang untuk penguasanya, setelah memeriksa jambangan pencuci tangan yang akan digunakan, bila ayah atau ibunya meninggal dunia, ia tetap pergi ke tempat upacara sembahyang tetapi mengambil tempat di ruangan yang berbeda. Setelah upacara sembahyang ia menanggalkan pakaian sembahyangnya dan keluar gerbang istana lalu menangis dan kembali ke rumahnya. Untuk pernyataan rasa hormatnya, ia melakukan semuanya itu dengan tergesa-gesa menuju ke ruang perkabungan. Bila orang tuanya meninggal dunia sebelum acara memeriksa tempat bercuci, ia mengirim utusan untuk menyampaikan keterangan kepada penguasanya tentang kedudukannya; dan ketika kembali, ia segera melakukan ratapan (untuk orang tuanya yang meninggal). Bila yang bertepatan meninggal itu adalah paman, bibi, atau kakak atau adik atau saudara sepupu, setelah mendapat pemberitahuan itu, ia segera berpuasa lalu pergi ke tempat upacara sembahyang; setelah upacara itu usai, ia keluar dari gerbang istana menanggalkan pakaian upacaranya dan kembali ke rumahnya. Dengan kata lain, ia berperilaku sebagai orang yang tergesa-gesa untuk melakukan upacara perkabungan. Bila keluarga yang meninggal dunia itu berdiam di bawah satu atap, ia mengambil tempat di ruang lain.

  7. Zengzi bertanya, “Seorang menteri atau pembesar yang akan mengambil peranan sebagai Shi (pemeran mendiang) pada upacara sembahyang yang dilakukan oleh raja mudanya dan telah menerima perintah untuk melewatkan malam di ruang berjaga, bila kebetulan dalam keluarganya ada kejadian yang mewajibkan ia harus mengenakan pakaian berkabung dari rami, apa yang harus dikerjakan?” Nabi Kongzi bersabda,”Peraturannya ialah segera keluar dari rumah dan bermalam di istana penguasanya menanti sampai tugas upacaranya diselesaikan.”

  8. Kong Zi berkata, Bila Shi tampil dengan topi kulit atau topi yang atasnya persegi, maka menteri, pembesar, dan pejabat-pejabat lainnya semuanya wajib turun dari kendaraan saat dilewati. Shi itu wajib membongkokkan badan kepada mereka dan harus ada orang di depannya, yang menunjukkan kedatangannya sehingga orang-orang menyingkirkan dari jalanan.

  9. Di dalam masa perkabungan untuk ayah-bunda, bila tiba saat akan dilaksanakan upacara sembahyang, mendadak bertepatan ada kakak atau adik yang meninggal dunia, maka upacara sembahyang itu ditunda sampai pemakaman diselenggarakan. Bila yang meninggal dunia itu tinggal serumah, biarpun orang itu hanya seorang pembantu laki-laki atau perempuan, upacara sembahyang itu harus ditunda sampai selesai pemakaman. Di dalam upacara sembahyang, orang yang berkabung itu naik dan turun tangga hanya dengan satu kaki tiap anak tangga. Orang yang membantunya juga melakukan cara yang sama. Hal itu dilakukan juga pada upacara sembahyang penyemayaman, dan penempatan arwah.

  10. Dari rajamuda sampai pejabat biasa pada upacara akhir sembahyang satu tahun (Xiao Xiang), orang yang menjadi kepala upacara perkabungan menerima cawan yang diberikan oleh kepala para pengunjung. Ia lalu mengangkatnya sampai ke gigi, sedangkan pengunjung itu, para kakak atau adik, semuanya mencecapnya sedikit. Pada upacara Da Xiang, orang yang menjadi kepala upacara perkabungan mencecapnya sedikit, sedang para tamu, para kakak atau adik, semuanya boleh meminumnya.

  11. Para pembantu dalam upacara sembahyang perkabungan memperhatikan para tamu yang menaikkan sajian untuk memberi barang sajian. Tetapi betapapun mereka tidak memakannya.

  12. Zi Gong bertanya tentang upacara perkabungan, dan nabi bersabda, “Adanya rasa hormat itulah yang teratas, adanya rasa sedih itulah yang kedua. Penampilan wajah kurus, itulah yang paling bawah. Wajah wajib menampilkan perasaan di dalam, tingkah laku dan sikap harus sesuai dengan pakaian.” Ia bertanya lagi tentang upacara perkabungan untuk kakak atau adik, Nabi Kongzi bersabda,” untuk perkabungan kakak atau adik, terpelihara pada kepingan-kepingan bambu tempat dituliskannya.”

  13. Seorang Junzi tidak merecoki perkabungan yang dilakukan orang lain untuk mengecilkan maknanya, juga tidak meremehkan perkabungan yang dilaksanakan sendiri.

  14. Nabi Kongzi bersabda, “Shao Lian dan Da Lian sangat baik melakukan perkabungan (untuk orang tuanya) pada tiga hari pertama, mereka tidak berani lengah; untuk tiga bulan pertama, mereka tidak merasakan lelah; untuk tahun pertama mereka penuh duka; untuk genapnya tiga tahun, mereka berprihatin. Demikianlah meskipun mereka seorang suku Yi timur.”

  15. Selama tiga tahun berkabung seorang anak berbicara tetapi tidak bercakap-cakap; ia menjawab tetapi tidak bertanya. Di dalam gudang atau dalam ruang yang tidak dihaluskan, duduk seorang diri tanpa ditemani. Saat mendiami ruangan itu, kecuali karena ada sesuatu yang perlu untuk menemui ibunya, ia tidak memasuki pintu rumah. Selama mengenakan pakaian kabung dengan pinggiran kasar, ia mendiami ruangan yang tidak dihaluskan dan bukan gudang. Mendiami gudang adalah bentuk perkabungan yang sangat.

  16. Berkabung untuk seorang istri, seperti yang dilakukan untuk paman atau bibi; berkabung untuk kakak atau adik perempuan ayah, seperti yang dilakukan untuk saudara sepupu, untuk orang-orang itu, sekalipun mati muda, diperlakukan seperti sudah dewasa.

  17. Perkabungan untuk orang tua di tanggalkan (pada upacara sembahyang menjelang tahun ketiga), tetapi itu hanya bentuk luarnya. Berkabung untuk kakak atau adik, pada upacara akhir berkabung satu tahun di tanggalkan sampai dalam batin.

  18. Perkabungan untuk ibu penguasa, sama seperti untuk seorang saudara, tetapi di luar yang nampak dalam perilakunya, orang yang berkabung itu tidak makan dan minum seperti biasa.

  19. Setelah orang lepas kabung (untuk ayah), bila berjalan di jalanan, bila melihat seseorang yang seperti ayahnya matanya nampak terkejut. Bila mendengar orang yang namanya sama (dengan ayahnya) hatinya segera bergejolak. Saat melakukan kunjungan belasungkawa atau menjenguk orang sakit, nampak pada wajahnya rasa kepedihan, berbeda dengan orang lain. Orang yang perilakunya demikian, ia pantas melakukan perkabungan tiga tahun. Dengan demikian orang itu sudah melakukan jalan suci perkabungan yang lurus.

  20. Melakukan sembahyang pada akhir upacara dua tahun berkabung (Xiang) ditandai dengan orang yang menjadi kepala perkabungan menanggalkan pakaian berkabungnya. Semalam sebelumnya, ia sudah memaklumkan maksudnya dan mengenakan pakaian istana yang dikenakan saat melakukan upacara sembahyang.

  21. Zi You berkata, “Setelah usai menggenapkan upacara perkabungan dua tahun, biarpun orang yang berkabung itu tidak wajib mengenakan topi dari sutera putih, sebaiknya ia mengenakan. Baru kemudian mengenakan pakaian yang semestinya.”

  22. Pada upacara perkabungan untuk seorang pejabat biasa, bila ada seorang pembesar (menyampaikan bela sungkawa), biar orang itu sudah bertelanjang dada dan sudah melonjak-lonjak ia wajib segera berhenti dan menyambut dengan memberi hormat dengan Bai. Kemudian kembali dan melanjutkan lonjakan sampai selesai. Dan setelah itu baru merapikan baju dan menutup dadanya. Bila ada pejabat biasa lain datang menyampaikan bela sungkawa, ia tetap melanjutkan melonjak-lonjak sampai selesai. Lalu merapikan pakaian atasnya dan memberi hormat dengan bai, tanpa mengubah penggenapan acara melonjak-lonjaknya.

  23. Di dalam upacara sembahyang penyemayaman jenazah seorang pembesar tingkat atas, dinaikkan sajian Xiao Lao (seekor babi jantan dan domba jantan). Pada penutup acara ratapan dan penempatan papan nama, dinaikkan sajian Da Lao (babi jantan, domba jantan dan lembu jantan). Untuk upacara penyemayaman jenazah seorang pembesar peringkat bawah, dinaikkan sajian seekor hewan korban tunggal, dan untuk akhir acara ratapan dan penempatan papan nama, dinaikkan sajian Xiao Lao.

  24. Untuk melakukan kajian dengan batok kura-kura tentang saat pemakaman dan penyemayaman, bentuk pertanyaannya: --- seorang anak atau cucu menyebut dirinya sebagai ‘yang berduka cita’ (bila yang meninggl ayah atau kakek); bila seorang suami (menanyakan tentang istrinya) dengan menyebut dirinya ‘saya si Anu suami si Anu’; seorang kakak yang menanyakan tentang adiknya cukup mengatakan ‘si Anu’; seorang adik menanyakan tentang kakaknya dengan berkata, ‘untuk kakakku si Anu.’

  25. Dahulu, berkedudukan mulia atau berkedudukan rendah, semua memegang tongkat. (Suatu ketika) Shushun Wu Shu (seorang pembesar negeri Lu) ketika pergi ke istana melihat seorang tukang roda menaruh tongkatnya ke as rodanya dan memutarnya keliling. Setelah kejadian ini (terbentuk peraturan) hanya orang yang berkedudukan saja yang harus memegang tongkat.

  26. Kebiasaan membuat lubang pada potongan kain (untuk penutup wajah jenazah) untuk memasukkan beras, dimulai oleh Gongyang Jia.

  27. Apakah yang dinamai pakaian kubur itu? Barang itu untuk menutup bentuk tubuh. Dari saat diselubung sampai sebelum Xiao Lian dikenakan, bentuk tubuh itu nampak. Maka jenazah itu pertama-tama diselubungi baru kemudian diberi pakaian kubur.

  28. Ada seseorang bertanya kepada Zeng Zi, “Setelah mengirim semua barang sajian sembahyang ke kuburan, orang membungkus semua yang tinggal; --- tidakkah ini seperti orang setelah ikut makan lalu membungkus apa saja yang masih tinggal? Akan berbuat demikian seorang Junzi?” Zeng Zi berkata, “Tidakkah anda pernah melihat apa yang dikerjakan pada suatu pesta besar? Pada acara pesta besar yang diselenggarakan seorang pembesar, setelah semuanya ambil bagian, ia menggulung semua yang ada di atas kuda-kuda untuk ketiga hewan korban (san Sheng). Dan dikirim ke tempat penginapan tamunya. Bila seorang anak berlaku demikian terhadap orang tuanya seperti terhadap tamunya, itulah suatu pernyataan kepedihannya (atas meninggal dunia orang tuanya). Belum pernahkan anda melihat apa yang dikerjakan pada suatu pesta besar?” Kecuali untuk upacara perkabungan, adalah orang menyampaikan pertanyaan dan pemberian seperti itu?

  29. Pada upacara perkabungan tiga tahun orang yang berkabung menghormat dengan bai sebagai orang yang berkabung (Sang Bai); pada upacara perkabungan yang lebih kecil dari perkabungan tiga tahun, memberi hormat dengan bai untuk acara biasa (Jie Bai).

  30. Pada upacara perkabungan tiga tahun, bila seseorang mengirimkan anggur atau daging kepada orang yang berkabung, ia menerima itu setelah menolak tiga kali; yang menjadi kepala perkabungan itu menerima barang-barang perkabungan itu dengan mengenakan jubah berkabung beserta ikat kepala perkabungan. Bila kiriman itu oleh amanat seorang penguasa, orang tidak berani menolak; --- ia menerima barang itu dan mempersembahkannya di altar leluhur. Orang yang sedang berkabung tidak mengirimkan sesuatu kepada orang lain. Tetapi bila orang mengirimkan arak atau daging kepadanya, ia wajib menerima. Bila sedang ikut berkabung untuk paman, kakak atau adik untuk waktu yang lebih pendek, setelah usai acara ratapan ia boleh mengirimkan pemberian kepada orang lain.

  31. Xian Zi berkata, “Kepedihan karena perkabungan tiga tahun terasa seperti orang yang dipenggal kepala; kepedihan karena perkabungan satu tahun terasa seperti orang yang ditusuk dengan pisau tajam.”

  32. Dalam upaca perkabungan satu tahun, pada bulan ke sebelas, dikenakan pakaian dari sutera yang dinamai Lian. Pada bulan ketiga belas dinaikkan sembahyang Xiang. Dan pada bulan yang sama pula, dilakukan upacara yang dinamai Tan; --- sebagai penutup perkabungan. Dalam upacara perkabungan tiga tahun, meskipun kebetulan orang boleh mengenakan pakaian berkabung untuk Sembilan bulan (Gong), orang tidak melakukan kunjungan bela sungkawa. Dari rajamuda sampai pejabat biasa, bila suatu saat harus mengenakan pakaian berkabung dan meratapi (keluarga yang baru meninggal dunia) mereka mengenakan pakaian berkabung yang semestinya bagi orang itu. Setelah mengenakan pakaian Lian yang dibuat dari sutera, mereka melakukan bela sungkawa.

  33. Bila orang melakukan perkabungan Sembilan bulan (Da Gong) dan pemakaman sudah dilaksanakan, orang boleh melakukan kunjungan perkabungan kepada orang lain, setelah menyampaikan ratapan, langsung meninggalkan tempat tanpa menanti orang-orang lain melaksanakan acara perkabungannya. Dalam upacara perkabungan satu tahun, bila belum dimakamkan, orang yang melakukan kunjungan perkabungan bersama orang lain yang ada dalam satu kampung, ia meninggalkan tempat setelah meratap tanpa menanti orang-orang lain melaksanakan acara perkabungannya. Bila melakukan kunjungan belasungkawa untuk perkabungan Sembilan bulan, ia menanti yang lain-lain melaksanakan acara tetapi tidak ambil bagian. Dalam upacara perkabungan lima bulan atau tiga bulan, ia menanti dan membantu orang lain melaksanakan upacara perkabungan, tetapi tidak ambil bagian dalam acara pokok.

  34. Bila seseorang melakukan perkabungan bersama orang lain, yang melakukan dengan jalan cepat (tanda hormat saat mengikuti pemakaman keluarga) ia mengundurkan diri setelah usungan peti mati keluar dari gerbang kuil. Bila mereka telah saling menghormat dengan Yi, ia mengundurkan diri setelah sampai di tempat untuk meratap. Bila mereka sudah sering saling bersapa, ia mengundurkan diri setelah peti mati diturunkan di makam. Bila mereka sudah bersama hadir di istana, ia pulang ke rumah bersama-sama dan setelah kembali di rumah, ia meratap bersamanya. Bila mereka adalah kawan akrab, ia tidak balik sampai upacara sembahyang penyemayaman dan penempatan papan nama di altar bagi yang meninggal dunia itu.

    Melakukan belasungkawa untuk kawan tidak hanya mengikuti orang yang menjadi kepala perkabungan. Orang yang berusia sampai 40 tahun turut memegang tali ketika peti jenazah diturunkan ke makam. Orang yang satu kampung yang berumur sampai 50 tahun mengikutinya pulang ke rumah dan ikut meratap. Yang berumur sampai empat puluh tahun menanti di makam sampai selesai ditutup.

  35. Dalam perkabungan, biar makanannya buruk, orang yang ikut berkabung wajib memuaskan rasa laparnya dengan itu. Bila orang yang lapar itu menyia-nyiakan makanan itu, ia telah melanggar Li. Bila ia makan puas-puas dan melupakan suasana kesedihan, itu juga melanggar Li. (Dalam perkabungan), bila melihat tidak cermat, mendengar tidak jelas, berperilaku tidak lurus, tidak mengerti kepedihan; Seorang Junzi prihatin atas hal itu. Maka orang yang sakit harus minum anggur dan makan daging. Yang sudah berusia 50 tahun tidak boleh mengerjakan sesuatu yang dapat merusak kesehatannya. Yang berusia 60 tahun dijaga tidak sampai rusak kesehataannya. Yang berusia 70 tahun harus minum anggur dan makan daging: semuanya itu untuk menjaga agar tidak sampai meninggal dunia.

  36. Seseorang saat berkabung bila diundang seseorang untuk makan bersamanya, ia tidak pergi dengan mengenakan pakaian berkabung Sembilan bulan (Da Gong) atau yang lebih singkat masa kabungnya; bila pemakaman telah dilaksanakan, ia boleh pergi ke tempat kelompok lain. Bila kelompok lain itu masih dalam lingkungan keluarga, dan mengajaknya makan bersama, ia boleh pergi, bila tidak di lingkungan keluarga, ia tidak makan bersama dengannya.

    Saat mengenakan pakaian berkabung Sembilan bulan, orang mungkin hanya makan sayur-sayuran dan buah-buahan, minum air dan sayur tanpa garam atau santan. Bila ia tidak dapat menyantap makanan kering, ia boleh menggunakan garam atau selai.

  37. Nabi Kongzi bersabda, “Bila orang merasa badannya nyeri ia boleh mandi. Bila ada luka di kepalanya, ia boleh berkeramas. Bila ia sakit, ia boleh minum anggur dan makan daging. Seorang Junzi tidak akan merusak diri sendiri sehingga sakit. Bila orang mati karena badannya rusak, seorang Junzi akan berkata bahwa ia gagal menjadi anak yang berbakti.”

  38. Kecuali saat mengikuti kereta yang mengangkut jenazah ke kuburan, dan kembali dari sana untuk meratap, orang tidak membiarkan dirinya nampak di jalanan mengenakan topi berkabung.

  39. Dalam upacara perkabungan dari Xiao Gong (lima bulan) sampai yang lebih lama, ia tidak keramas atau mandi, kecuali pada acara sembahyang penyemayaman, penempatan papan nama di altar, pengenaan pakaian Lian dari sutera dan upacara sembahyang akhir tahun.

  40. Dalam upacara perkabungan bila pakaian berkabung yang pingggirnya tidak rata itu rusak, setelah upacara pemakaman, bila seseorang ingin berbicara kepada yang sedang berkabung, orang yang berkabung itu menemuinya, tapi ia tidak meminta bertemu orang lain. Orang yang mengenakan pakaian berkabung lima bulan, ia boleh minta bertemu dengan orang lain. Bila mengenakan pakaian berkabung 9 bulan, untuk minta bertemu dengan orang lain, ia tidak perlu membawa buah tangan. Hanya orang yang mengenakan pakaian berkabung untuk ayah bundanya, yang tidak menghindari menemui siapapun, sekalipun air matanya bercucuran.

  41. Orang yang mengenakan pakaian berkabung tiga tahun, ia boleh melaksanakan perintah negara setelah upacara Xiang (upacara akhir tahun). Bagi yang berkabung 1 tahun, ia boleh melaksanakan perintah negara setelah acara ratapan usai; yang melakukan perkabungan 9 bulan, boleh melaksanakan perintah negara setelah pemakaman; orang yang melakukan perkabungan Xiao Gong atau Si, ia boleh melakukan perintah negara setelah jenazah disemayamkan di peti dan diberi pakaian.

  42. Zeng Shen bertanya kepada Zeng Zi, “Di dalam meratapi ayah bunda, haruskah orang selalu melantunkan suara yang sama?” Dijawab, “Bila seorang anak kehilangan ibunya di jalanan, mungkinkah ia berpikir bagaimana suara yang harus dilantunkan itu?”

  43. Setelah usai acara ratapan, diumumkan tentang nama-nama yang ditabukan. Orang tidak menggunakan nama kakek – atau nenek – dalamnya, kakak atau adik ayahnya; paman atau bibi ayahnya. Ayah dan anak sama-sama menabukan nama-nama itu. Nama yang ditabukan ibu, seorang anak menabukan di rumahnya. Nama yang ditabukan istri, orang yang tidak menyebut saat di sampingnya. Bila ada nama-nama yang ditabukan sejak kakek buyut atau paman buyutnya, orang juga menabukan semuanya itu.

  44. Bila telah tiba waktu upacara pengenaan topi (kedewasaan), sekalipun bersamaan waktu dengan upacara yang mewajibkan perkabungan tiga tahun, sekalipun untuk orang tua sendiri, upacara itu tetap diselenggarakan. Setelah pengenaan topi itu dilaksanakan, anak tersebut masuk lalu menangis dan melonjak, --- setelah masing-masing dilakukan tiga kali, lalu ia keluar lagi.

  45. Pada akhir upacara Da Gong, diperkenankan menyelenggarakan upacara pengenaan topi (Guan) untuk anak laki-lakinya atau menikahkan anak perempuan atau mengambil anak menantu untuk anak laki-lakinya. Sekalipun seseorang sedang melakukan perkabungan Xiao Gong, bila sudah usai acara ratapan, ia boleh menerima upacara pengenaan topi atau mengambil istri. Bila upacara Xiao Gong itu dilakukaan untuk orang yang belum dewasa (mati muda), hal itu tidak boleh dilakukan.

  46. Bila seseorang mengenakan topi dari kulit dan ikat kepala perkabungan (untuk melakukan kunjungan belasungkawa), pakaian atasnya mempunyai lengan yang lebar.

  47. Bila ayah mengenakan pakaian berkabung, anak laki-laki yang diam serumah dengannya wajib menjauhi segala alat musik. Bila ibu sedang mengenakan pakaian berkabung, anak boleh mendengar musik tetapi tidak boleh memainkan sendiri. Bila istri mengenakan pakaian berkabung, suaminya tidak memainkan musik di sampingnya. Bila tiba waktu mengenakan pakaian berkabung Da Gong, Qin dan Se di pinggirkan. Bila menyangkut perkabungan Xiao Gong, musik tidak dihentikan.

  48. Bila seorang Bibi atau saudara perempuan meninggal dunia(tanpa meninggalkan anak laki-laki), suaminya juga sudah meninggal dunia dan tidak ada kakak atau saudara sepupu di lingkungan keluarganya, keluarga jauh suaminya dapat diminta memimpin upacara perkabungan untuknya. Tidak ada keluarga istri itu, sekalipun yang paling dekat, yang dapat memimpin upacara perkabungan. Bila tidak ada keluarga jauh dari suaminya yang dapat ditemukan, maka seorang tetangga yang ada di sebelah timur atau baratnya dapat memimpin upacara perkabungan untuknya. Bila orang yang seperti disebutkan itu tidak didapatkan, maka kepala kampung memimpin upacara itu. Ada yang berkata, “Salah seorang (keluarga perempuan itu) boleh memimpin upacara perkabungan, tetapi papan namanya harus ditempatkan di altar keluarga suaminya.”

  49. Sabuk tidak digunakan bersama-sama dengan ikat kepala perkabungan. Sabuk perkabungan itu tidak dapat dibawa bersama dengan tongkat batu kumala (Gui) tanda peringkat jabatan: dan tidak boleh digunakan sambil mengenakan pakaian yang berwarna-warni.

  50. Pada saat ada maklumat atau larangan yang dikeluarkan negara (berkaitan adanya upacara sembahyang besar), acara ratapan harus dihentikan; hal menaikkan sajian sembahyang kehadapan peti jenazah pagi dan sore; dan merapikan kedudukannya orang yang berduka cita itu mengerjakan seperti biasa.

  51. Seorang anak saat meratap tidak tersedu-sedu atau gemetaran; tidak melonjak-lonjak, tidak membawa tongkat, tidak mengenakan sandal rumput, dan tidak menempati gudang untuk berkabung.

  52. Nabi Kongzi bersabda, “Untuk seorang bibi yang lebih tua atau muda dari orang tua, upacara perkabungannya menggunakan jubah yang pinggirannya rata. Tetapi saat melonjak-lonjak, kakinya tidak terangkat dari tanah. Untuk bibi atau kakak atau adik perempuan, dikenakan pakaian berkabung Da Gong, tetapi saat melonjak-lonjak kakinya lepas dari tanah. Bila orang mengerti akan hal ini, tidakkah ia akan mengikuti tatacara yang benar? Tidakkah ia akan melakukan demikian?”

  53. Ketika ibunya Shi Liu meninggal dunia, para pembantu dalam upacaranya berdiri di kirinya. Ketika Shi Liu meninggal dunia, mereka berdiri di kanannya. Para pembantu dalam upacara perkabungan memberi bantuan dari sisi kanan berasal dari peristiwa Shi Liu.

  54. Pada mulut jenazah seorang Tianzi, dijejali Sembilan butir mutiara. Untuk seorang Zhu Hou, tujuh butir mutiara. Untuk seorang Da Fu lima butir, dan untuk seorang Shi (pejabat biasa) tiga butir.

  55. Seorang pejabat biasa dimakamkan setelah tiga bulan, dan pada bulan itu ratapan dihentikan. Seorang pembesar dimakamkan setelah tiga bulan, dan setelah lima bulan, acara ratapan dihentikan. Seorang Zhu Hou (Rajamuda) dimakamkan setelah lima bulan, dan setelah tujuh bulan acara ratapaan dihentikan. Untuk seorang pejabat biasa dilakukan tiga kali sembahyang penyemayaman; untuk seorang rajamuda dilakukan tujuh kali sembahyang penyemayaman.

  56. Seorang rajamuda mengirim utusan untuk menyampaikan bela sungkawa, dan setelah itu bantuan diberikan selama sebulan. Setelah itu diberikan bantuan untuknya berupa makanan, pakaian kubur dan kereta. Semuanya itu dilaksanakan pada hari yang sama, dan semuanya ditunjukkan dalam perintahnya.

  57. Bila seorang menteri atau pembesar sakit, sang penguasa menanyakan tentangnya beberapa kali. Bila seorang pejabat biasa sakit, ia bertanya tentangnya satu kali. Bila seorang menteri atau pembesar dimakamkan, penguasa itu tidak makan daging; bila acara ratapan telah usai, ia tidak menggelar musik. Bila seorang pejabat dimasukkan peti mati, ia tidak menggelar musik.

  58. Setelah peti jenazah dinaikkan dan usungan jenazah telah siap, untuk pemakaman seorang Zhu Hou, ada lima ratus orang yang bertugas menarik tali. Pada tiap-tiap keempat tali, mereka semua bersiap. Menteri pertahanan (Si Ma) mengawasi pemegang lonceng (Duo); delapan orang di kiri, delapan orang di kanan. Kepala tukang memegang sebundel bulu-bulu menuntun perjalanan. Pada pemakaman seorang pembesar, setelah peti dinaikkan dan usungan jenazah telah siap, tiga ratus orang yang memegang tali; enam orang memegang lonceng berjalan di kiri-kanan usungan jenazah telah siap, tiga ratus orang yang memegang tali; empat orang memegang lonceng berjalan di kiri kanan usungan jenazah dan perjalanan dipimpin oleh orang yang memegang buluh dari rumput putih.

  59. Nabi Kongzi bersabda, “Guan Zhong mengukir wadah yang berbentuk persegi untuk tempat biji-bijian keperluan sajian, dan memberi perhiasan berwarna merah pada topinya; ia membangun tabir di tempat penginapan dalam perjalanan dan mempunyai barak dari tanah tempat cawan yang telah digunakannya. Untuk menempatkannya kembali setelah menggelar pesta, ia mengukir pilar utama rumahnya dengan gambar gunung-gunungan dan ganggang pada pilar atas yang mendukung atapnya. Ia seorang pembesar yang bijak tetapi menyulitkan atasannya. (Untuk menunjukkan perbedaan dengannya; bandingkan dengan Lun Yu III.22 dan V18) “An Pin Zhong waktu melakukan sembahyang untuk leluhurnya, hanya menggunakan bahu babi yang besarnya tidak sampai menutupi pinggang. Ia seorang pembesar yang bijak tetapi menyulitkan bawahannya. Seorang Junzi ke atas tidak melampaui atasannya, ke bawah tidak menyulitkan bawahannya.”

  60. Kecuali karena kematian ayah bunda mewajibkan tiga tahun berkabung, seorang istri penguasa tidak melakukan kunjungan bela sungkawa melangkahi batas negeri. Bila terjadi perkabungan untuk ayah bunda sehingga harus melewati batas negeri, ia langsung pulang ke rumah aslinya, tempat ia dapat melakukan upacara perkabungan yang tepat sebagai istri seorang penguasa dan ia diterima sebagaimana mestinya. Ketika ia tiba, ia masuk lewat gerbang untuk perempuan dan naik ke pendapa lewat tangga utama. Dan penguasa di situ menerimanya di tangga atas sebelah timur. Upacara-upacara lain sama sebagaimana seorang tamu yang bergegas menghadiri upacara perkabungan.

  61. Seorang saudara ipar perempuan tidak meletakkan tangan pada jenazah saudara ipar laki-lakinya; demikian pula saudara ipar laki-laki tidak meletakkan tangan pada jenazah saudara ipar perempuannya.

  62. Ada tiga hal yang memprihatinkan seorang Junzi: --- terhadap hal yang belum didengarkan, ia khawatir kalau-kalau tidak dapat mendengar itu; terhadap hal yang telah didengar, ia berprihatin kalau-kalau tidak dapat mempelajarinya; dan setelah mempelajarinya, ia berprihatin kalau-kalau tidak dapat menyelesaikannya. Ada lima hal yang memalukan seorang Junzi: --- menempati suatu kedudukan, bila tidak dapat menjelaskan tentang tugas-tugasnya, seorang Junzi merasa malu; dapat menjelaskan tetapi tidak dapat melaksanakan, seorang Junzi merasa malu; bila ia mendapatkan kedudukan tetapi kemudian hilang lagi, seorang junzi merasa malu; mendapatkan tanah yang berlebih tetapi rakyat tidak berkecukupan, seorang junzi merasa malu; bila masyarakat banyak yang dipimpinnya kurang mendapatkan keadilan, sedang orang lain dapat melakukannya, seorang Junzi merasa malu.

  63. Nabi Kongzi bersabda, “Pada tahun-tahun yang sulit, mereka menggunakan kuda-kuda yang paling jelek untuk keretanya, dan untuk hewan korban, digunakan yang berkualitas paling bawah.”

  64. Untuk upacara perkabungan Xu You, rajamuda (Lu) Ai Gong mengutus Ru Bi menghadap Nabi Kongzi untuk belajar bagaimana upacara perkabungan yang tepat untuk seorang pejabat biasa. Upacara perkabungan untuk pejabat biasa dibukukan berdasarkan keterangan yang diperoleh.

  65. Zi Gong baru saja menghadiri upacara Zha (upacara sembahyang syukur panen akhir tahun). Nabi Kongzi bertanya, “Si, adakah engkau merasakan kegembiraan?” Dijawab,”Orang-orang senegeri itu nampaknya sudah gila. Si tidak tahu dalam hal apa mendapatkan kegembiraan.” Nabi Kongzi bersabda,”Setelah ratusan hari bekerja di sawah, (para petani) menerima hari Zha yang menggembirakaan (dari negeri); inilah yang tidak kamu ketahui. Sekalipun raja Wen dan Wu tidak dapat menjaga busur tetap berkondisi baik bila selalu direntang tanpa dikendorkan. Juga tidak dibiarkan senantiasa kendor, tidak pernah direntangkan. Maka, sekali direntangkan, sekali dikendorkan, itulah jalan suci raja Wen dan Wu.”

  66. Meng Xianzi berkata, “Pada bulan Zheng Yue (Cia Gwee) saat matahari di garis balik (selatan), itu saat melakukan sembahyang kepada Shang Di (Tuhan Yang Maha Kuasa). Pada bulan ketujuh, saat matahari di garis balik (utara), itu saat melakukan sembahyang kepada leluhur.” Berdasar keterangan Xianzi inilah upacara sembahyang Di (leluhur negeri Lu) dilaksanakan pada bulan ke tujuh

  67. Pengangkatan seorang permaisuri, rajamuda, (Fu Ren negeri Lu) tidak dikukuhkan dengan keputusan amanat Tianzi (kaisar) mulai zaman pemerintahan Lu Zhao Gong (541 s.M – 509 s.M)

  68. Perempuan dari kaum keluarga luar yang telah menjadi istri penguasa, perkabungannya diatur sebagai kaum keluarga dalam.

  69. Ketika kandang kuda Nabi Kongzi terbakar dan kawan-kawan dari kampung lain datang menyampaikan turut berprihatin atas kebakaran itu, beliau memberi hormat dengan satu kali Bai kepada pejabat biasa, dan dua kali bai kepada para pembesar; --- ini sesuai dengan jalan suci untuk orang yang saling menyampaikan keprihatinan.

  70. Nabi Kongzi bersabda, “Guan Zhong memilih dua orang di antara pencuri yang telah diperiksa lalu mengangkat mereka memangku jabatan sebagai menterinya sambil berkata, ’mereka orang yang telah dirusak pergaulannya, tetapi mereka sesungguhnya orang yang cukup baik.’ Ketika Guan Zhong meninggal dunia, rajamuda Qi Huan Gong menugaskan kedua orang itu berkabung untuknya. Praktek menugaskan pembantu tua mengenakan pakaian berkabung untuk pembesarnya, bermula dari peristiwa Guan Zhong ini. Tetapi kedua orang itu hanya berkabung untuknya karena titah rajamuda.’

  71. Bila seorang pejabat salah memanggil nama gelar anumerta penguasanya, ia segera berdiri. Bila ia berbicara dengan seseorang dengan nama yang ditabukan oleh penguasanya, ia memanggilnya dengan nama sebutannya.

  72. (Seorang pembesar) pantang mengambil bagian gerakan pengacauan dalam negeri dan tidak akan menghindari ancaman bahaya yang datang dari luar.

  73. Di dalam Zan Da Xing (Kitab Panduan Perilaku Besar) tersurat, ”Tongkat dari batu kumala (Gui) tanda peringkat seorang Gong (Duke) panjangnya Sembilan Cun; untuk seorang Hou (Marquis) atau Bo (Earl) tujuh Cun; untuk seorang Zi (Count) atau Nan (Baron), lima Cun. Lebarnya tiga cun; dan tebalnya setengah cun. Bagiannya yang runcing untuk petunjuk (ke atas, ke kiri dan ke kanan) masing-masing satu setengah cun. Semuanya dibuat dari batu kumala. Tikarnya dibuat berwarna tiga (rangkap dua), seluruhnya enam warna.”

  74. Rajamuda Ai (Lu Ai Gong) bertanya kepada Zi Gao, “Kapan keluargamu mulai ada yang memangku jabatan?” dijawab, “Moyangku memangku jabatan rendah pada zaman rajamuda Lu Wen Gong”

  75. Sebuah Miao bila sudah sempurna dibangun, lalu diselenggarakan upacara mensucikan sebagai berikut: --- pejabat menaikkan doa (Zhu Zong Ren), tukang masak (Zai Fu), dan tukang jagal (Yong Ren), semuanya mengenakan topi dari kulit dengan warna seperti kepala burung gereja (Jiao Bian) dan mengenakan jubah berwarna gelap dengan pinggiran berwarna ungu. Tukang jagal itu menggosok-gosok kambing agar bersih. Petugas menaikkan doa memberkati dan tukang masak, dengan wajah menghadap ke utara membawa hewan itu ke tiang yang diletakkan di tenggara. Pejagal itu lalu memegang hewan itu dengan lengannya naik ke atap yang terletak di tengah-tengah antara arah timur dan barat. Dan dengan wajah menghadap ke selatan, menusuknya. Maka darah kambing itu mengalir turun ke depan; lalu pejagal itu turun. Di gerbang miao dan di kedua ruangan yang bersebelahan, digunakan ayam, dipotong sebagai hewan korban. Rambut dan bulu sekitar telinga hewan korban yang pertama kali dicabut, saat di bawah atap (sebelum dipotong). Saat ayam dipotong di gerbang Miao dan di kedua ruangan yang bersebelahan, para petugas berdiri menghadap ke arah gerbang di utara. Setelah pekerjaan itu usai, petugas menaikkan doa melaporkan bahwa semua tugas sudah usai dan semuanya mengundurkan diri. Setelah itu, ia berbalik melapor kepada penguasanya dengan berkata,”Upacara mensucikan Miao dengan darah telah usai.” Laporan ini dilakukan di pintu ruangan belakang Miao, sang penguasa di dalam berdiri dengan mengenakan pakaian istana menghadap selatan. Ini menutup upacara itu, dan semuanya mengundurkan diri.

  76. Bila ruangan besar istana usai dikerjakan, juga dilakukan peresmian, tetapi tidak dengan upacara pemercikan darah. Upacara penyucian dengan darah untuk bangunan Miao adalah cara untuk menunjukkan betapa jalinannya dengan jalan suci Shen Ming (cahaya spiritual). Untuk berbagai peralatan khusus di Zong Miao, digenapkan upacara pensuciannya dengan menggunakan darah babi jantan muda.

  77. Saat seorang Zhu Hou (rajamuda) mengirim permaisuri pulang, permaisuri itu melangsungkan perjalanan sendiri ke negerinya, dan diterima seperti permaisuri rajamuda di situ. Utusan yang menyertainya menyampaikan tugas utusannya dengan berkata, “Penguasaku yang banyak kekurangan, oleh karena kurang kemampuannya tidak dapat mengikutinya dan turut mengambil bagian dalam upacara di hadapan altar Malaikat Bumi dan Gandum, serta Zong Miao tuan. Karenanya mengutus saya, si Anu, dan saya memberanikan diri menyampaikan laporan akan maksud apa yang telah dilakukan tuanku.” Dan pejabat yang menerima itu menjawab, “Tuanku yang banyak kekurangannya, demi jalinannya yang lampau, tidak berani mengabaikan dan tidak bermaksud melakukan sesuatu kecuali menerima dengan hormat segala amanat itu.” Para pejabat yang membantu utusan itu, lalu menyerahkan berbagai barang-barang yang menyertai saat seorang perempuan menikah. Pihak lain menerima semuanya itu.

  78. Saat seorang istri pergi dari suaminya, ia mengirim utusan untuk menyampaikan selamat tinggal dengan berkata, “Si Anu, karena kekurang mampuannya, tidak dapat meneruskan menyiapkan mangkuk untuk biji-bijian dalam upacara sembahyang, telah mengutus saya si Anu, untuk menyampaikan laporan ini kepada pembantu anda.” Pihak lain menjawab, “Anakku dalam kebodohannya, tidak berani menghindari hukumanmu atasnya, dan tidak berani kecuali menaruh hormat menerima segala amanat. “Utusan itu lalu mengundurkan diri dan tuan rumah mengantarnya dengan memberi hormat dengan Bai. Bila mertuanya masih ada, maka ia menyebut atas nama dirinya sendiri; bila sudah meninggal dunia, seorang kakak suaminya mewakilinya, dan utusan itu seolah-olah menerima langsung darinya. Bila tidak ada kakak laki-laki, maka disebutkan langsung atas nama suami itu. Utusan itu, seperti yang tersebut di atas, berkata, “ Anak laki-lakiku, si Anu, dalam kebodohannya.” Di pihak lain, bila perempuan itu adalah bibi, kakak perempuan atau adik perempuan, ia disebutkan apa adanya.

  79. Nabi Kongzi bersabda,”Ketika aku makan di rumah kaum Xiao Yi, aku makan kenyang-kenyang. Orang kaum Xiao Yi itu dengan penuh kesusilaan melayani aku makan. Ketika aku akan mengambil sebagian makanan itu untuk sembahyang, ia berdiri dan mencegah aku dengan berkata, ‘Makananku yang sangat sederhana ini tidak pantas untuk sajian sembahyang.’ Ketika aku akan mengambil bagian makanan yang terakhir, ia mencegahku dengan berkata, ‘Aku tidak berani menyakiti anda dengan makananku yang buruk.’”

  80. Satu ikat sutera (untuk barang antaran pernikahan) berisi lima gulung rangkap, tiap gulung yang rangkap itu panjangnya empat puluh kaki.

  81. Percakapan pertama seorang istri dengan ayah dan ibu mertuanya, bibi dan saudara suaminya yang belum menikah, semuanya dilakukan dengan berdiri di bawah pendapa perjamuan, dengan wajah menghadap ke barat, dan arah utara menjadi tempat yang terhormat. Setelah percakapan itu, sang istri lalu mengunjungi semua paman suaminya di masing-masing ruangnya.

  82. Seorang perempuan, meski belum menikah, bila sudah berusia duapuluh tahun, ia mengenakan tusuk konde; ia diperlakukan dengan berpegang kesusilaan untuk seorang perempuan yang telah dewasa. Seorang istrilah yang harus mengatur upacara itu. Bila dalam suasana santai, ia mengatur rambutnya tanpa konde, di kedua samping kepalanya.

  83. Sebuah celemek panjangnya tiga kaki; bagian bawahnya lebar dua kaki dan atasnya satu kaki; pinggiran atasnya terbentang lima cun dan yang di samping pinggirannya dari kulit yang warnanya seperti kepala burung gereja, lebarnya enam cun, bagian bawah dibuat dari sutera putih dan disulam.