Meng Zi II B
Gong Sun Chou II
Meng Zi berkata, "Kesempatan itu tidak sebanding dengan keuntungan keadaan tempat. Keuntungan keadaan tempat tidak sebanding dengan persatuan orangnya."
"Sebuah kota yang wilayahnya tiga Li dikitari tembok kota dalam, dan tujuh Li dikitari tembok luar, bila suatu saat dikurung dan digempur, mungkin musuh tidak beroleh kemenangan. Musuh yang dapat mengurung dan menggempur itu karena telah beroleh kesempatan. Tetapi kalau tidak beroleh kemenangan, ini menunjukkan bahwa kesempatan itu tidak sebanding dengan keuntungan keadaan tempatnya."
"Tetapi biarpun kota itu bukannya tidak tinggi temboknya, bukannya tidak dalam paritnya, bukan tidak baik senjata dan perisainya, dan bukan tidak banyak beras dan sekoinya; mungkin pula penduduk kota itu semua melarikan diri. Maka keuntungan tempat itu tidak sebanding dengan persatuan orangnya."
"Maka dikatakan, 'Untuk menahan rakyat itu bukan tergantung pada batas negara, kekokohan suatu negara bukan tergantung pada tingginya gunung atau dalamnya jurang dan untuk mendapatkan kewibawaan di dunia itu bukan tergantung pada keunggulan persenjataannya. Adapun yang menyebabkan sesuatu itu berhasil ialah karena beroleh banyak bantuan dan yang menyebabkan sesuatu itu gagal ialah karena kurangnya mendapat bantuan. Puncak kurangnya bantuan itu ialah bila sampai sanak saudara sendiri melawannya. Puncak beroleh bantuan itu ialah bila seluruh dunia mematuhinya."
"Yang dipatuhi seluruh dunia, bila menggempur negara yang sanak saudaranya sendiri saja melawannya, niscaya menang. Maka seorang Jun Zi tidak ingin berperang tetapi sekali berperang niscaya menang."
Meng Zi bermaksud menghadap raja di istana. Ketika itu raja menyuruh orang datang kepadanya dan menyampaikan kata-katanya demikian, "Kami sebenarnya akan kemari, tetapi mendadak menggigil kedinginan dan tidak boleh kena angin. Dalam sidang istana besok pagi-pagi, kami akan hadir, maka dapatkah besok bertemu dengan bapak?" Dijawab, "Sayang! Sayapun sedang sakit, maka tidak dapat menghadap ke istana."
Keesokan harinya Meng Zi pergi meninjau ke rumah keluarga Dong Guo yang berkabung. Gong Sun Chou berkata, "Kemarin guru berkata sakit, kini dapat meninjau ke rumah kematian. Bukankah ini kurang layak?" "Kemarin memang sakit, kini sudah sembuh. Mengapakah tidak boleh menjenguk ke rumah yang berkabung?"
Raja menyuruh orang bertanya tentang sakitnya dan mengirim seorang tabib. Meng Zhong Zi memberitahu utusan itu, "Kemarin ketika raja memanggilnya, karena agak sakit maka tidak dapat menyanggupi hadir. Hari ini sakitnya sudah berkurang, maka ia pergi menghadap ke istana. Tetapi aku tidak tahu apakah ia dapat sampai di sana." Kemudian dia menyuruh orang menjumpai Meng Zi di jalan dan mengharap bagaimanapun juga jangan terus pulang, tetapi lebih dahulu menghadap ke istana.
Tetapi Meng Zi tidak sependapat bahkan pergi ke rumah keluarga Jing Chou dan menginap di sana. Jing Zi berkata, "Di rumah ada hubungan antara bapak dan anak, di luar ada hubungan antara raja dan menteri; inilah hubungan besar dalam pergaulan manusia. Antara bapak dan anak mengutamakan kasih sayang dan antara raja dan menteri mengutamakan kehormatan. Kini Jing Cou hanya melihat raja menghormati guru, tetapi belum nampak guru hormat kepada raja." "Tidak layak kata-kata ini! Orang-orang Negeri Qi tidak ada yang mau berbicara tentang peri Cinta Kasih dan Kebenaran kepada raja. Adakah mereka diam itu karena menganggap Cinta Kasih dan Kebenaran itu tidak indah? Kiranya karena di dalam hati berkata, 'Apakah gunanya berbicara tentang Cinta Kasih dan Kebenaran kepada orang semacam itu!' Inilah suatu sikap yang sangat tidak hormat. Sedangkan aku, yang bukan Jalan Suci Raja Yao dan Shun tidak berani membicarakan di hadapan raja. Maka, dapatkah orang-orang Negeri Qi melebihi aku dalam menghormati raja?"
Jing Zi berkata, "Bukan ini yang kumaksudkan. Di dalam Li Jing tertulis, 'Mendapat panggilan ayah tak boleh berlambat-lambat menyahut. Mendapat panggilan raja tak boleh menanti kereta baru berangkat. Kini, guru akan pergi menghadap ke istana, tetapi ketika mendengar raja memanggil lalu guru tidak jadi pergi. Hal ini kalau diterapkan pada Li Jing itu, kiranya tidak selaras."
"Masakan begitu? Zeng Zi pernah berkata, 'Kekayaan Negeri Jin dan Chu memang tiada bandingnya. Tetapi biarpun mereka punya kekayaan, aku punya Cinta Kasih. Mereka punya kedudukan tinggi, aku punya Kebenaran. Bagaimanakah aku tidak puas?' Kata-kata ini sukar dikatakan tidak berdasar Kebenaran maka diucapkan Zeng Zi. Sesungguhnya ini sudah satu dengan Jalan Suci. Di dunia ini ada tiga hal yang dimuliakan, yakni ke satu: kedudukan, kedua: usia, ketiga: Kebajikan. Yang dihormati di istana tiada yang melebihi kedudukan; yang dihormati di kampung tiada yang melebihi usia; dan yang dihormati di dalam membantu dunia, menjadi tua-tuanya rakyat, tiada yang melebihi Kebajikan. Maka tidak layak yang hanya mempunyai satu itu boleh meremehkan yang punya dua.
"Maka seorang raja yang hendak melakukan pekerjaan besar niscaya mempunyai menteri yang tidak boleh dipanggil datang. Bila ingin berbicara, ia sendiri datang kepadanya. Demikianlah ia dapat memuliakan Kebajikan dan gembira di dalam Jalan Suci. Bila tidak demikian, mustahil tercapai pekerjaan yang dicita-citakannya."
"Maka Cheng Tang kepada Yi Yin lebih dahulu ia belajar kepadanya baharu kemudian mengangkatnya sebagai menterinya. Maka dengan tanpa berpayah-payah ia menjadi raja besar. Begitu pula Raja muda Huan kepada Guan Zhong, lebih dahulu ia belajar kepadanya baru kemudian mengangkatnya sebagai menterinya. Maka dengan tanpa berpayah-payah ia menjadi raja muda pemimpin."
"Kini negara-negara di dunia, daerahnya hampir bersamaan. Kebajikannya juga sebanding saja; tiada yang dapat benar-benar lebih dari yang lain." Ini sebabnya tidak lain karena masing-masing hanya mau 'mendidik' menteri-menterinya, tidak suka menerima pendidikan dari menteri-menterinya.
"Inilah sebabnya Cheng Tang kepada Yi Yin dan Raja muda Huan kepada Guan Zhong saja masih tidak berani memanggilnya datang, dapatkah aku tidak berbuat seperti Guan Zhong?"
Chen Zhen bertanya, "Dahulu ketika di Negeri Qi raja menyerahkan seratus Yi dua ribu empat ratus Tail emas murni, guru tidak mau menerima. Kemudian di Negeri Song diserahkan tujuh puluh Yi dua ribu empat ratus Tail, guru menerimanya; begitu pula di Negeri Xue diserahkan lima puluh Yi dua ribu empat ratus Tail, gurupun mau menerimanya. Kalau hal tidak mau menerima yang terdahulu itu dibenarkan, maka hal mau menerima yang kemudian itu salah. Kalau hal mau menerima yang kemudian itu dibenarkan, tentu hal tidak mau menerima yang terdahulu itu salah. Mengapakah guru bersikap demikian?"
Meng Zi menjawab, "Semuanya benar."
"Ketika di Negeri Song, aku akan melakukan perjalanan jauh. Kepada orang yang akan melakukan perjalanan jauh, sudah selayaknya diberi ongkos jalan. Dalam penyerahan juga dikatakan sebagai ongkos jalan. Mengapakah aku tidak mau menerimanya?"
"Ketika di Negeri Xue, didengar berita ada orang yang hendak bermaksud jahat, maka di dalam surat pengantarnya dikatakan bahwa karena mendengar ada orang yang hendak bermaksud jahat, lalu diserahkanlah sejumlah emas untuk biaya beberapa orang pengawal. Mengapakah aku tidak mau menerimanya?"
"Di Negeri Qi ketika itu belum bertujuan ke mana-mana. Dengan tanpa ada keperluan ke mana-mana aku diserahi sejumlah emas; inilah penyuapan. Adakah seorang Jun Zi mau menerima suap?"
Meng Zi ketika sampai di Ping Lu berkata kepada pembesar kota itu, "Bila dalam suatu medan pertempuran mendapati salah seorang pemimpin pasukan dalam sehari sampai tiga kali meninggalkan pasukannya, akan tuan hukum mati atau tidak?" "Tidak usah menanti sampai tiga kali."
"Sesungguhnya kedudukan tuan sekarang ini sama dengan pemimpin pasukan yang meninggalkan tugasnya, bahkan lebih dari itu. Pada saat timbul musim paceklik dan bahaya kelaparan, rakyat tuan yang tua dan lemah banyak yang menggeletak mati di selokan-selokan dan jurang-jurang; sedangkan yang kuat bertebaran mengembara ke empat penjuru, entah berapa ribu saja jumlahnya." "Ini bukan kemampuan Ju Xin untuk mengatasinya."
"Kini kalau ada orang menerima lembu atau kambing untuk digembalakan, tentulah ia akan berusaha mencari ladang penggembalaan dan rumput kering. Bila ia tidak dapat memperoleh ladang penggembalaan dan rumput kering, ia akan mengembalikan hewan-hewan itu kepada pemiliknya ataukah tetap berdiri diam sambil melihat hewan-hewan itu mati?" "Ya, ini memang kesalahan Ju Xin."
Pada hari lain Meng Zi menemui raja Negeri Qi dan berkata, "Di antara pembesar-pembesar kota baginda, sudah lima orang kukenal; tetapi yang mengetahui kesalahan sendiri hanya Kong Ju Xin seorang." Lalu diceritakanlah kepada raja pengalamannya yang lalu itu. Raja berkata, "Inilah dosaku!"
Meng Zi berkata kepada Chi Wa, "Tuan menolak diberi pangkat di kota Ling Qiu dan minta diangkat menjadi pembesar pengadilan, karena dengan demikian dapat memberi buah pikiran baik kepada raja. Kini sudah berjalan beberapa bulan, mengapakah belum juga pernah memberi buah pikiran."
Chi Wa memberi nasihat kepada raja tetapi tidak dapat diterima; ia lalu meletakkan jabatan dan pergi.
Orang-orang Negeri Qi saling berkata, "Apa yang dilakukan terhadap Chi Wa sesungguhnya baik. Tetapi apa sikapnya terhadap dirinya sendiri, aku tidak tahu!"
Gong Du Zi melaporkan hal ini.
Meng Zi berkata, "Apa yang kudengar ialah, 'Orang memangku jabatan, bila tidak diperkenankan melaksanakan baik-baik tugasnya; sebaiknya ia pergi. Bila memperoleh tugas menyampaikan buah pikiran, tetapi buah pikirannya tidak diterima, ia pergi pula.' Aku tidak memangku jabatan, aku juga tidak ditugaskan menyampaikan buah pikiran, maka aku datang atau pergi adalah bebas menurut keinginan hatiku."
Ketika Meng Zi menjadi tamu kehormatan di Negeri Qi, ia diutus raja pergi ke Negeri Teng untuk menyampaikan bela sungkawa raja. Raja menyuruh pembesar Kota Ge, Wang Huan menjadi pembantu dalam perjalanan. Wang Huan tiap-tiap pagi dan sore menjumpai Meng Zi, tetapi sampaipun sudah dalam perjalanan pulang ke Negeri Qi, Meng Zi belum pernah mengajaknya berbicara tentang jalan urusannya.
Gong Sun Chou berkata, "Kedudukannya Wang Huan di Negeri Qi tidaklah kecil, jarak perjalanan antara Negeri Qi dan Teng tidaklah dekat; mengapakah dari saat berangkat sampai pulang belum pernah juga guru mengajaknya berbicara tentang jalan urusan? Mengapakah?" "Dalam hal ini sudah ada petugas-petugasnya sendiri. Mengapakah aku harus membicarakannya pula?"
Meng Zi dari Negeri Qi melakukan pemakaman jenazah ibunya ke Negeri Lu. Ketika kembali ke Negeri Qi ia bermalam di Kota Ying. Chong Yu mohon bertanya, "Beberapa hari yang lalu guru dengan tidak memandang kebodohan Yu, sudah menyuruh Yu menilik pekerjaan tukang kayu membuat peti mati. Karena guru amat sibuk, Yu tidak berani bertanya. Kini ingin murid bertanya, bukankah kayunya terlalu bagus?"
"Pada zaman kuno tiada batas ukuran untuk peti mati dalam maupun peti mati luar. Kemudian di zaman pertengahan ditetapkan peti mati dalam tujuh Cun tebalnya dan peti mati luar disesuaikan dengan peti mati dalam. Ini berlaku dari kaisar sampai kepada rakyat jelata. Ini bukan sekadar untuk keindahan pandangan, melainkan menuntut rasa hati manusia."
"Kalau tidak diperkenankan, orang tidak boleh berbuat demikian; kalau tiada harta, orang tidak boleh berbuat demikian pula. Tetapi bila peraturan memperkenankan dan ada harta, maka semua orang zaman dahulu berbuat demikian. Mengapakah hanya aku tidak boleh berbuat demikian?"
"Lebih-lebih pula dengan dapat menjaga jenazah orang tua tidak sampai bersentuhan dengan tanah, bukankah ini melegakan hati?"
"Aku mendengar bahwa seorang Jun Zi tidak mau karena cintanya kepada harta lalu berhemat-hematan untuk kepentingan orang tuanya."
Shen Tong secara pribadi bertanya, "Bolehkah Negeri Yan dihukum?" Meng Zi menjawab, "Boleh, Zi Kuai tidak seharusnya menyerahkan begitu saja Negeri Yan kepada orang lain. Zi Zhi pun tidak seharusnya mau begitu saja menerima Negeri Yan dari Zi Kuai. Kalau ada orang menginginkan kedudukan dan tuan suka kepadanya, dengan tanpa memberi tahu kepada raja; bolehkah tuan begitu saja menyerahkan kedudukan dan gaji tuan kepadanya? Begitupun tentang orang itu, apakah dengan tanpa perintah raja boleh secara pribadi begitu saja menerima dari tuan? Apakah bedanya perumpamaan ini dengan peristiwa itu?"
Negeri Qi menyerbu Negeri Yan. Ada orang bertanya, "Benarkah bapak menasihatkan Negeri Qi untuk menyerbu Negeri Yan?" "Tidak! Hanya Shen Tong pernah bertanya, 'Bolehkah Negeri Yan dihukum?' dan kujawab, 'Boleh'. Dengan demikian mungkin ia sendiri beranggapan boleh menyerbu ke sana. Kalau ia bertanya tentang siapakah yang boleh menghukum, niscaya akan kujawab, 'Orang yang dapat menjalankan perintah Tian lah boleh menghukumnya.' Kini misalnya ada orang membunuh seseorang lalu ditanyakan, 'Bolehkah ia dihukum mati?' Niscaya kujawab, 'Boleh' Tetapi kalau ditanyakan, 'Siapakah yang boleh menjatuhkan putusan hukuman mati?' Niscaya kujawab, 'Seorang hakimlah yang boleh menjatuhkan putusan hukuman mati.' Sekarang yang terjadi ialah seperti Negeri Yan yang satu menyerbu Negeri Yan yang lain. Bagaimanakah bisa dituduhkan aku memberi nasihat semacam itu?"
Rakyat Negeri Yan memberontak. Raja Negeri Qi berkata, "Aku sangat malu kepada Meng Zi."
Chen Jia menjawab, "Tidak perlu baginda menyesali diri. Kalau baginda membandingkan diri dengan Pangeran Zhou siapakah lebih berperi Cinta Kasih dan Bijaksana?" Raja berkata, "O, kata-kata apakah itu?" "Dahulu Pangeran Zhou pernah menyuruh Guan Shu mengawasi keturunan Dinasti Yin, tetapi ternyata kemudian Guan Shu bahkan membantu keturunan Dinasti Yin itu memberontak. Ketika Pangeran Zhou menyuruhnya, bila sebenarnya ia sudah tahu akan terjadi hal itu; maka ia tidak berperi Cinta Kasih. Kalau ia belum tahu pada saat menyuruhnya, ini menunjukkan ia tidak Bijaksana. Nyata dalam hal peri Cinta Kasih dan Kebijaksanaan, Pangeran Zhou pun belum dapat melakukan dengan sempurna, apalagi seorang sebagai baginda! Baiklah nanti Jia menemuinya untuk menjelaskan hal ini."
Setelah bertemu dengan Meng Zi lalu bertanya, "Orang yang bagaimanakah Pangeran Zhou itu?" "Dia seorang nabi zaman purba!" "Dia menyuruh Guan Shu mengawasi keturunan Dinasti Yin dan kemudian malahan membantu mereka berontak. benarkah itu?" "Benar!" "Ketika Pangeran Zhou menyuruhnya, tahukah kalau ia akan membantu berontak?" "Belum tahu!" "Kalau begitu seorang nabipun masih dapat berbuat salah!" "Pangeran Zhou ialah adik dan Guan Shu ialah kakaknya. Maka kesalahan Pangeran Zhou itu bukanlah hal yang luar biasa."
"Hanya saja seorang Jun Zi zaman dahulu, bila berbuat salah segera memperbaikinya; tetapi seorang Jun Zi zaman sekarang, bila berbuat salah bahkan dilanjut-lanjutkan. Seorang Jun Zi zaman dahulu, bila berbuat salah; seperti gerhana matahari atau bulan. Semua rakyat yang melihatnya, menanti akan perubahannya dengan segera. Mereka semua memandang ke arahnya. Tetapi seorang Jun Zi zaman sekarang, bukan saja melanjut-lanjutkan kesalahannya, bahkan menggunakan kepandaian berbicara untuk memaafkan dirinya."
Meng Zi meletakkan jabatan dan akan pulang ke negerinya.
Raja Negeri Qi segera menemui Meng Zi dan berkata, "Dahulu kami ingin bertemu bapak, tetapi tidak dapat. Kini kita berdampingan, semua isi istanapun menjadi gembira. Kalau sekarang bapak akan meninggalkan kami dan pulang, entah kapan pula kita dapat saling berjumpa." "Hal ini aku tidak berani menetapkan, biarpun aku mengharapkan."
Besoknya raja berkata kepada menteri Shi Zi, "Kami ingin memberi sebuah rumah di tengah kerajaan ini kepada Meng Zi. Serta membantunya dengan memberi sepuluh ribu Zhong padi tiap tahun untuk memelihara murid-muridnya, dengan harapan agar semua pembesar dan rakyat mempunyai contoh teladan hidup. Baiklah tuan sampaikan hal ini atas namaku."
Shi Zi lalu menyuruh Chen Zi memberitahukan hal ini kepada Meng Zi. Chen Zi menyampaikan kata-kata Shi Zi itu kepada Meng Zi.
Meng Zi berkata, "Ini baik sekali. Tetapi bagaimanakah Shi Zi tahu bahwa aku tidak dapat ditahan lagi? Kalau aku hanya ingin kaya, bagaimanakah aku mau menukarnya yang seratus ribu dengan sepuluh ribu? Apakah ini yang dinamakan mencari kekayaan?"
"Ji Sun pernah berkata, 'Sungguh aneh Zi Shu Yi. Ia menyorongkan dirinya memangku jabatan, tetapi kemudian Raja Negeri Lu tidak mau menerimanya; bukankah ini sudah cukup? Masakan ia menyuruh anak dan saudaranya berusaha mendapatkan jabatan itu lagi!' Siapakah yang tidak ingin kaya dan mulia? Tetapi ada orang yang di dalam keinginannya mendapatkan kekayaan dan kemuliaan, lalu menempatkan dirinya di tempat ketinggian, sehingga mudah kelihatan."
"Pasar-pasar pada zaman dahulu ialah tempat untuk menukarkan barang-barang yang kita punya dengan barang-barang yang tidak kita punyai. Di situ ditempatkan seorang menteri pasar yang bertugas menjaga jangan sampai ada keributan. Tetapi, adalah seorang yang hina, lalu mencari tempat yang tinggi agar mudah kelihatan dan mudah melihat ke kiri, ke kanan untuk dapat mengeruk keuntungan di pasar itu. Maka orang menganggap perbuatan ini rendah, lalu diadakan pungutan pajak. Jadi pungutan pajak atas barang dengan ini diawali oleh perbuatan yang hina itu."
Meng Zi meninggalkan Negeri Qi dan bermalam di Kota Zhou.
Ada orang yang ingin mewakili raja menahan perjalanannya. Ia duduk dan mengajaknya bercakap-cakap tetapi tidak dijawab, bahkan sambil bersandar berpura-pura tidur.
Orang itu dengan kurang senang berkata, "Murid lebih dahulu bersuci diri dan berjaga semalam baharu berani menyampaikan pembicaraan. Mengapakah guru tidak mendengarkan dan bahkan tidur? Murid akan tidak berani berjumpa pula."
"Duduklah! Akan kuterangkan kepadamu. Dahulu kalau tidak Raja muda Mi dari Negeri Lu selalu menyuruh wakilnya mendampingi Zi Si, niscaya tidak dapat menjadikan Zi Si merasa tenteram. Begitupun Xie Liu dan Shen Xiang kalau tidak mempunyai teman yang selalu dekat dengan Raja muda Mu, niscaya mereka juga tidak akan dapat merasa tenteram."
"Kini perbuatanmu untuk mengharapkan aku yang tua ini berpikir lagi adalah tidak seperti yang telah diterima oleh Zi Si. Maka sebenarnya kamu yang memutuskan hubungan dengan orang tua ini ataukah aku orang tua yang memutuskan hubungan denganmu?"
Meng Zi meninggalkan Negeri Qi, Yin Shi berkata kepada orang-orang, "Kalau dia tidak tahu bahwa raja kita tidak dapat disamakan dengan Cheng Tang dan Raja Wu, ini menunjukkan bahwa dia kurang awas. Kalau dia sudah tahu akan hal itu, tetapi dia datang juga; terang dia hanya menginginkan kedudukan. Dia menempuh beribu Li untuk menemui raja, setelah tidak bersesuaian lalu pergi. Tetapi, dia tiga hari bermalam di Kota Zhou. Mengapakah dia berlambat-lambat? Ini sungguh menyebabkan aku tidak senang!"
Gao Zi melaporkan hal ini.
Meng Zi berkata, "O, bagaimana Yin Shi tahu isi hatiku. Menempuh beribu Li menjumpai raja, itu memang keinginanku sendiri. Setelah tidak bersesuaian lalu pergi, ini bukanlah keinginanku; hanya karena terpaksa."
Kalau aku sampai tiga malam menginap di Kota Zhou baharu berangkat pula, ialah karena dalam hatiku masih merasakan terlalu cepat. Aku masih mengharapkan raja mengubah pendiriannya, niscaya akan menyusul aku untuk kembali.
"Setelah aku meninggalkan Kota Zhou dan ternyata raja tidak menyusul, baharulah aku berketetapan teguh untuk pulang. Tetapi biarpun begitu, bagaimanakah aku dapat melepaskan pikiranku? Raja mempunyai cukup sifat-sifat yang baik, bila raja menggunakan aku, bukan saja rakyat Negeri Qi beroleh tenteram sentosa; rakyat seduniapun akan beroleh tenteram sentosa. Semoga saja dapat mengubah pendiriannya, inilah tiap hari masih kuharapkan."
"Bagaimanakah aku dapat bersikap sebagai orang-orang yang berpandangan sempit, setelah nasihatnya tidak diterima raja lalu marah, wajahnya lalu berubah tidak senang dan hari itu juga segera pergi sejauh-jauhnya baharu mau berhenti sekadar untuk menginap?" Mendengar hal itu Yin Shi berkata, "Shi sungguh seorang rendah budi."
Meng Zi meninggalkan Negeri Qi. Chong Yu bertanya, "Mengapakah wajah guru selalu nampak murung? Dahulu Yu mendengar guru berkata, 'Seorang Jun Zi tidak menggerutu kepada Tian Yang Maha Esa, tidak pula menyesali manusia.'"
"Yang dahulu itu adalah suatu persoalan dan yang kini soal lain pula."
"Tiap lima ratus tahun seharusnya muncul seorang raja besar dan bertepatan dengan saat itupun akan muncul orang-orang besar."
"Sejak mula Dinasti Zhou sampai kini sudah tujuh ratus tahun lebih, maka sudah melebihi waktu yang seharusnya. Begitupun kalau kuperiksa keadaan saat ini, keadaanya sudah memungkinkan."
"O, Tian Yang Maha Esa nampaknya belum juga menghendaki damai sejahtera di dunia ini. Kalau dikehendaki damai sejahtera di dunia saat ini, selain aku siapa pulalah dapat membawakannya? Betapa aku tidak bermurung?"
Meng Zi meninggalkan Negeri Qi dan bertempat tinggal di daerah Xiu. Gong Sun Chou bertanya, "Memangku jabatan dengan tanpa menerima gaji, benarkah itu peraturan sejak zaman purba?"
"Bukan! Ketika aku bertemu raja di Kota Chong, sesungguhnya berniat segera pergi lagi. Karena niatku ini sudah tetap, maka aku tidak mau menerima gaji."
"Saat itu mendadak ada perintah siap siaga berperang, tidak layak aku mohon diri; maka lama aku di Negeri Qi, meskipun itu bukan maksudku."