Meng Zi V B
Wan Zhang II
Meng Zi berkata, "Bo Yi, matanya tidak mau melihat pemandangan yang buruk, telinganya tidak mau mendengar kata-kata yang buruk. Kepada yang bukan rajanya, ia tidak mau mengabdi; kepada yang bukan rakyatnya, ia tidak mau memerintah. Negara dalam keadaan teratur, ia mau menjabat kedudukan; negara kalut, ia mengundurkan diri. Di istana yang mengeluarkan peraturan-peraturan pemerintah yang tidak patut, di tempat orang-orang yang berkelakukan tidak patut, ia tidak tahan tinggal. Ia berpikir, berkumpul dengan orang-orang yang berkelakuan buruk, itu sama dengan mengenakan pakaian dan topi kerajaan duduk di antara lumpur dan abu. Ketika Raja Zhou memerintah, ia pergi menetap di pantai laut utara. Dengan demikian ia mengajak dunia berlaku bersih. Maka yang mendengar perihal Bo Yi, yang mula-mula busuk, menjadi teguh cita."
"Yi Yin berkata, 'Apa arti mengabdi kepada yang bukan rajanya? Apa arti memerintah yang bukan rakyatnya?' Negara teratur mau menjabat kedudukan, negara kalutpun mau menjabat kedudukan. Ia juga berkata, 'Tian Yang Maha Esa menjelmakan rakyat, menitahkan agar yang mengerti lebih dahulu menyedarkan yang belum mengerti; yang insaf lebih dahulu menyedarkan yang belum insaf. Aku adalah diantara rakyat Tian yang sudah insaf lebih dahulu, maka kewajibanku dengan Jalan Suci menyedarkan rakyat.' Ia berpikir kalau rakyat di dunia, laki-laki maupun wanita, ada yang tidak beroleh berkah Ajaran Yao dan Shun, ia merasa seperti dirinyalah yang telah menjerumuskannya ke dalam selokan. Ia merasa berkewajiban memikul beban berat dunia ini."
"Liu Xia Hui tidak malu bekerja pada raja yang buruk, ia tidak menolak kedudukan rendah. Bila memangku jabatan, ia tidak menyembunyikan kebijaksanaannya, ia tentu berusaha melaksanakan Jalan Suci. Kehilangan jabatan, iapun tidak menggerutu. Biarpun kehidupannya terjepit oleh kesengsaraan, iapun tidak bersedih. Berkumpul dengan orang-orang kampung, ia begitu tenteram dan tidak sampai hati meninggalkan begitu saja. 'Kamu ialah kamu, aku ialah aku. Walau kamu, berdiri di sampingku dengan dada dan lengan terbuka, bahkan bertelanjang sekalipun, masakan kamu dapat menodai diriku.' Maka yang mendengar perihal Liu Xia Hui, yang mula-mula sempit pandangan menjadi luas pandangan; yang mula-mula pelupa budi menjadi tahu budi."
"Kong Zi ketika meninggalkan Negeri Qi, beliau cepat-cepat berjalan. Ketika meninggalkan Negeri Lu, beliau bersabda, 'Baiklah Kulambatkan Jalanku.' Ini sudah sewajarnya orang yang hendak meninggalkan negeri orang tuanya. Bila sebaiknya bersegera, bersegera; bila sebaiknya berlama-lama, berlama-lama; bila sebaiknya berhenti, berhenti; dan bila sebaiknya memangku jabatan, memangku jabatan. Inilah sikap Kong Zi."
Meng Zi berkata, "Bo Yi, ialah Nabi Kesucian, Yi Yin ialah Nabi Kewajiban, Liu Xia Hui ialah Nabi Keharmonisan, dan Kong Zi ialah Nabi segala masa."
"Maka Kong Zi dinamakan; Yang Lengkap, Besar, Sempurna. Yang dimaksud dengan Lengkap, Besar, Sempurna ialah seperti suara musik yang lengkap dengan lonceng dari logam dan lonceng dari batu kumala. Suara lonceng dari logam sebagai pembuka lagu dan lonceng dari batu kumala sebagai penutup lagu. Sebagai pembuka lagu yang memadukan keharmonisan, ialah menunjukkan Kebijaksanaannya dalam melakukan pekerjaan dan sebagai penutup lagu, ialah menunjukkan pekerjaan Kenabiannya."
"Kebijaksanaannya ialah sebagai tepatnya jalan anak panah dan Kenabiannya ialah sebagai tenaga pendorongnya. Sebagai seorang pemanah dari jarak seratus tindak, kalau anak panahnya bisa mencapai sasaran, itulah karena tenaganya; tetapi hal ketepatannya bukanlah sekadar kekuatannya."
Bei Gong Qi bertanya, "Bagaimanakah Dinasti Zhou menetapkan hal tingkat kebangsawanan dan tingkat jabatan?"
Meng Zi menjawab, "Peraturan yang tegas belum berhasil aku mendengarnya, karena para raja muda khawatir akan berbalik membahayakan diri sendiri, lalu memusnahkan berkas-berkas yang berisi hal itu. Tetapi Ke tahu pula beberapa bagian yang penting."
"Tingkat kebangsawanan dibedakan menjadi: Tian Zi, Gong, Hou, Bo, dan lebih jauh kedudukan Zi serta Nan yang sama tingkatnya. Semua ada lima tingkat. Tingkat jabatan dibedakan menjadi: Kepala negara, menteri, pembesar, pegawai tingkat atas, pegawai tingkat menengah, dan pegawai tingkat bawah. Semuanya ada enam tingkat."
"Seorang raja berhak memiliki tanah seribu Li, seorang Gong atau Hou berhak memiliki seratus Li; seorang Bo berhak memiliki tujuh puluh Li; sedangkan untuk yang berkedudukan sebagai Zi dan Nan masing-masing lima puluh Li. Semuanya ada empat tingkat. Yang kekuasaannya tidak ada lima puluh Li, tidak dapat langsung menghadap raja, tanahnya termasuk wilayah salah seorang raja muda; maka dinamai Daerah Fu Yong."
"Menteri seorang raja diberi tanah seperti seorang Hou, seorang pembesar diberi tanah seperti seorang Bo, dan pegawai tertinggi diberi tanah seperti mereka yang berkedudukan Zi dan Nan."
"Suatu negeri besar yang luasnya seratus Li, kepala negaranya menerima sepuluh kali pendapatan menterinya. Menteri itu menerima empat kali pendapatan pembesar bawahannya. Pembesar itu menerima dua kali pendapatan pegawai tinggi. Pegawai tinggi itu menerima dua kali pendapatan pegawai menengah. Pegawai menengah itu menerima dua kali pendapatan pegawai rendah. Dan seorang pegawai rendah sama gajinya dengan rakyat jelata yang bekerja di kantor pemerintah; gaji itu sama pula seperti pendapatan seorang petani yang bekerja di sawah."
"Suatu negeri tingkat kedua yang luas tanahnya tujuh puluh Li, kepala negaranya menerima sepuluh kali pendapatan menterinya. Menteri itu menerima tiga kali pendapatan pembesar bawahannya. Pembesar itu menerima dua kali pendapatan pegawai tingginya. Pegawai tinggi itu menerima dua kali pendapatan pegawai menengah. Pegawai menengah itu menerima dua kali pendapatan pegawai rendahnya. Dan seorang pegawai rendah sama gajinya dengan gaji rakyat jelata yang bekerja di kantor pemerintahan; gaji itu sama pula seperti pendapatan seorang petani yang bekerja di sawah."
"Suatu negeri kecil yang luasnya hanya lima puluh Li, kepala negaranya menerima sepuluh kali pendapatan menterinya. Menteri itu menerima dua kali pendapatan pembesar bawahannya. Pembesar itu menerima dua kali pendapatan pegawai tingginya. Pegawai tinggi itu menerima dua kali pendapatan pegawai menengahnya. Pegawai menengah itu menerima dua kali pendapatan pegawai rendahnya. Dan seorang pegawai rendah sama gajinya dengan gaji rakyat jelata yang bekerja di kantor pemerintah; gaji itu sama pula seperti pendapatan seorang petani yang bekerja di sawah."
"Seorang petani yang sudah berkeluarga diberi seratus Mu sawah. Kalau sawah itu diberi pupuk dan dikerjakan sebaik-baiknya, hasilnya dapat untuk memelihara sembilan orang, yang tingkat ke dua akan dapat untuk memelihara delapan orang, yang tingkat ke tiga akan dapat untuk memberi makan tujuh orang, yang tingkat ke empat akan dapat untuk memberi makan enam orang, dan yang terendah akan dapat untuk memberi makan lima orang. Rakyat jelata yang bekerja di kantor-kantor, diberi gaji yang hampir bersamaan dengan itu."
Wan Zhang berkata, "Memberanikan bertanya hal bersahabat." Meng Zi menjawab, "Jangan membanggakan usia, jangan membanggakan kedudukan, dan jangan pula membanggakan keadaan kakak atau adik dalam bersahabat. Bersahabat ialah bersahabat di dalam Kebajikan, tidak boleh membanggakan hal-hal lain."
"Meng Xian Zi yang berkuasa atas seratus kereta perang, dia mempunyai lima orang sahabat; Yue Zheng Qiu, Mu Zhong, dan tiga orang lagi yang aku lupa namanya. Hubungan Xian Zi dengan kelima orang ini ialah persahabatan, tidak ada hubungan dengan keadaan keluarga Xian Zi. Kelima orang ini kalau dihubungkan dengan keadaan keluarga Xian Zi, pasti tidak mau bersahabat."
"Bukan hanya kepala keluarga yang berkuasa atas seratus kereta perang saja dapat berbuat demikian, biar seorang raja negeri kecilpun ada juga yang dapat melakukan. Raja muda Hui dari Negeri Bi berkata, 'Aku kepada Zi Si, memandang sebagai guru. Aku kepada Yan Ban, memandang sebagai sahabat. Sedang Wang Shun dan Chang Xi hanya kupandang sebagai pegawaiku.'"
"Bukan hanya raja suatu negeri kecil saja dapat berbuat demikian, melainkan raja suatu negeri besarpun ada yang dapat berbuat demikian. Sikap raja muda Ping dari Negeri Jin kepada Hai Tang demikian; Kalau ia datang ke tempat Hai Tang setelah disilakan masuk, barulah ia masuk; setelah disilakan duduk, barulah ia duduk; setelah disilakan makan, barulah ia makan. Biarpun hanya dihidangkan makanan kasar dengan sayuran saja, ia tidak pernah tidak makan sampai kenyang. Sungguh tidak berani kalau tidak sampai kenyang. Tetapi sayang ia hanya berbuat sampai di situ saja. Ia tidak mau memberinya kedudukan, tidak mau mengajaknya mengatur dunia dan tidak pula mau memberinya jaminan kehidupan. Itu hanya suatu cara seorang Siswa menghormat kepada seorang Bijaksana, bukan cara seorang raja menghormat kepada seorang Bijaksana."
"Ketika Shun menghadap kepada Raja Yao, raja lalu menerimanya sebagai menantu dan diberikan istananya yang ke dua, sehingga kadang-kadang dia dijamu oleh Shun di situ. Jadi mereka bisa saling berganti menjadi tamu. Inilah cara seorang raja bersahabat dengan rakyat jelata. Yang rendah kedudukannya mengindahkan kepada yang tinggi kedudukan, itu dinamai memuliakan kedudukan. Yang tinggi kedudukan mengindahkan kepada yang rendah kedudukan, itu dinamai menjunjung Kebijaksanaan. Memuliakan kedudukan dan menjunjung Kebijaksanaan, itu dalam Kebenaran yang satu."
Wan Zhang bertanya, "Memberanikan bertanya, perasaan apakah yang dikandung dalam hati orang yang mengirim hadiah persahabatan?" Meng Zi menjawab, "Rasa hormat!"
"Kalau orang menolak hadiah itu, mengapakah dapat dinamai kurang hormat?" "Kalau seorang pembesar mengirim suatu hadiah, orang tentu lalu berpikir, 'Aku ingin tahu barang ini diperoleh dengan berlandaskan Kebenaran atau tidak berlandaskan Kebenaran, baharu aku mau menerimanya.' Inilah sebabnya lalu dikatakan tidak hormat, maka hal itu janganlah ditolak."
"Kalau alasan penolakan itu tidak diucapkan terang-terang, hanya di dalam hati berkata. 'Ini tentu diperoleh dengan tidak berlandas Kebenaran dari rakyat.' Lalu dengan alasan lain ia menolaknya, tidak bolehkah demikian?" "Kalau memberinya berlandaskan Jalan Suci, dan cara menyampaikannya dengan Kesusilaan, biar Kong Zi mau juga menerimanya."
Wan Zhang bertanya, "Kini kalau ada orang merampok dan membunuh orang di luar pintu negeri, lalu mengirimkan barang itu berlandas Jalan Suci dan cara menyampaikan dengan Kesusilaan, bolehkah barang hasil rampokan itu diterima?" "Tidak boleh! Di dalam Kang Gao tertulis, 'Orang yang membunuh orang, lalu menindih mayat itu untuk merampas barang-barangnya dengan sedikitpun tidak takut ancaman hukuman mati. Hukuman semacam ini, Dinasti Yin menerima dari Dinasti Xia, Dinasti Zhou menerima dari Dinasti Yin tanpa perubahan dan sampai sekarang masih dijalankan dengan keras. Bagaimanakah pemberian semacam itu boleh diterima?'"
"Raja muda-raja muda zaman ini dalam memeras rakyat sama halnya dengan orang yang merampok dan membunuh itu. Tetapi karena dipulas dengan hal-hal yang nampak baik, dengan segala adat upacaranya, lalu seorang Jun Zi mau menerima pemberiannya; memberanikan bertanya, bagaimanakah hal itu?" "Apakah kamu sangka kalau sekarang muncul seorang raja besar, lalu akan menghukum mati semua raja muda-raja muda itu? Ataukah ia akan memberi pendidikan lebih dahulu, setelah ternyata tidak mau memperbaiki diri, baharu menjatuhkan hukuman mati? Kalau orang menganggap tiap orang yang mengambil barang orang lain, lalu dipandang sebagai perampok; ialah hanya pandangan dari puncaknya Kebenaran. Ketika Kong Zi memangku jabatan di Negeri Lu, di sana rakyat sering mengadakan perlombaan berburu di hutan. Kong Zi juga mau mengikutinya. Kalau ikut berlomba berburu saja masih mau, betapa Beliau tidak mau menerima hadiah itu?"
"Kalau begitu, sikap Kong Zi dalam memangku jabatan, bukanlah pengabdian kepada Jalan Suci." "Itu pengabdian kepada Jalan Suci!" "Kalau mengabdi kepada Jalan Suci, mengapakah ikut berburu?" "Kong Zi mulai dengan menertibkan alat-alat persembahyangan, tetapi tidak menetapkan bahwa tiap-tiap tempat sajian harus hanya diisi barang sajian tertentu saja yang sukar didapatkan." "Kalau ternyata tidak berhasil, mengapakah tidak segera pergi?" "Beliau berusaha melakukan tindakan pertama dahulu, dengan harapan tindakan pertama ini dapat berlaku. Kalau tidak berlaku, baharulah pergi. Inilah sebabnya beliau tidak pernah tetap memangku sesuatu jabatan lebih dari tiga tahun."
"Kong Zi pernah karena melihat Ajarannya dapat dijalankan lalu memangku jabatan. Pernah karena diterima dengan hormat, lalu mau memangku jabatan; juga pernah karena mendapat tunjangan negara, lalu mau memangku jabatan. Beliau bekerja pada Ji Huan Zi, karena melihat kemungkinan Ajarannya dapat dilaksanakan. Beliau bekerja kepada Raja muda Ing dari Negeri Wei, karena mendapat sambutan dengan hormat, dan bekerja pada Raja muda Xiao dari Negeri Wei, karena mendapat tunjangan negara."
Meng Zi berkata, "Orang memangku jabatan itu bukan karena ia miskin, tetapi ada pula suatu ketika ia memangku jabatan karena miskin. Orang menikah itu juga bukan karena ingin mendapat perawatan, tetapi ada pula suatu ketika ia mendapat perawatan."
"Kalau hanya sekadar untuk menutup kemiskinan, ia akan menolak kedudukan tinggi dan memangku jabatan rendah saja; ia tidak hendakkan kekayaan, tetapi cukup asal dapat menutup kemiskinannya."
"Tetapi kalau orang hanya bisa menolak kedudukan tinggi dan menduduki jabatan rendah saja, menolak kekayaan dan menerima kemiskinan saja; apakah yang pantas baginya? Ia hanya pantas menjadi penjaga pintu kota atau penjaga malam saja."
"Ketika Kong Zi menjabat sebagai pengurus gudang. Beliau berkata, 'Cukup asal cara menghitungku cocok!' Ketika menjabat sebagai pengurus padang peternakan. Beliau berkata, 'Cukup asal lembu-lembu dan kambing-kambing itu gemuk, kuat, dan besar.'"
"Beliau berbuat demikian karena sebagai orang yang berkedudukan rendah kalau membicarakan hal yang tinggi-tinggi akan mendapat kesalahan. Begitupun orang yang menduduki jabatan tinggi, kalau tidak dapat melaksanakan Jalan Suci, hendaklah malu ia."
Wan Zhang bertanya, "Seorang Siswa yang tidak memangku jabatan, mengapakah tidak mau menerima tunjangan pemerintah dari para raja muda?" Meng Zi berkata, "Ia tidak berani menerima. Seorang raja muda yang kehilangan negaranya, lalu mendapat tunjangan dari raja muda lain; itu masih menurut Kesusilaan. Tetapi seorang Siswa yang tidak menjabat sesuatu, lalu menerima tunjangan dari seorang raja muda; itu tidak menurut Kesusilaan."
Wan Zhang berkata, "Kalau raja mengantari padi, bolehkah diterima?" "Boleh!" "Berlandas Kebenaran apa menerimanya?" "Seorang raja sudah selayaknya menolong rakyatnya yang sedang dalam kesukaran."
"Mau menerima pertolongan tetapi tidak mau menerima gaji, mengapa demikian?" "Ia tidak berani!" "Memberanikan bertanya, mengapa tidak?" "Biar aku menjadi penjaga pintu kota atau peronda malam, itu sudah berarti mempunyai pekerjaan tetap; maka pantas mendapat gaji untuk makan. Kalau tidak mempunyai pekerjaan tetap, tetapi mau menerima gaji, itu tidak menjaga kehormatan."
"Seorang raja memberi pertolongan dan diterima. Bolehkah itu dilaksanakan berulang-ulang?" "Dahulu raja muda Mu dari Negeri Lu sering menanyakan kesehatan Zi Si dan berulang-ulang memberi antaran daging masakan. Zi Si tidak suka akan perlakuan itu. Suatu hari setelah ia menyuruh pesuruh raja itu keluar sampai di luar pintu besar, ia lalu menghadap ke utara menundukkan kepala dan dua kali memberi hormat Bai menolak pemberian itu sambil berkata, 'Kini Ji tahu, raja memperlakukan Ji sebagai memelihara anjing atau kuda saja.' Sejak saat itu, Raja muda Mu tidak berani memberi antaran lagi. Menyukai seorang Bijaksana tetapi tidak dapat mengangkatnya memangku jabatan sehingga dapat pula memberi pemeliharaan, bagaimanakah dapat dinamakan menyukai seorang Bijaksana?"
"Memberanikan bertanya, seorang kepala negara yang ingin dapat memberi pemeliharaan kepada seorang Jun Zi bagaimanakah caranya sehingga dia boleh memberi pemeliharaan?" "Mula-mula dalam memberi antara harus disertai surat titah raja itu dan orang itu akan menerima dengan menundukkan kepala serta memberi hormat dua kali. Kemudian pengurus gudangnya diberi hak langsung pula memberi antaran daging masakan tanpa menunggu perintah raja itu. Zi Si menganggap antaran daging masakan secara resmi itu hanya merepotkannya memberi hormat berkali-kali. Itu bukan cara memberi pemeliharaan kepada seorang Jun Zi."
"Demikian Yao memperlakukan Shun; Disuruhnya ke sembilan orang putranya melayani dan kedua orang putrinya menjadi istrinya, para pembantu, lembu, kambing, gudang, dan lumbung, disediakan semuanya untuk memberi pemeliharaan kepada Shun di tengah sawahnya. Kemudian diangkat dan diberi kedudukan tertinggi. Maka dikatakan, 'Demikianlah laku seorang raja atau pangeran menghormat seorang Bijaksana.'"
Wan Zhang bertanya, "Memberanikan bertanya, berlandas Kebenaran apakah tidak mau menemui para raja muda itu?" Meng Zi menjawab, "Seorang Siswa yang hidup di kota disebut menteri pasar dan perigi, yang hidup di desa disebut menteri rumput dan tumbuh-tumbuhan; tetapi mereka tetap dinamakan rakyat jelata. Seorang dari rakyat jelata kalau belum mengenalkan diri dengan menyampaikan barang persembahan, tidak berani menemui raja muda. Demikianlah teradatkan."
Wan Zhang bertanya, "Seorang rakyat jelata kalau mendapat panggilan untuk mengerjakan sesuatu, bukankah ia wajib segera datang menghadap; tetapi mengapa ketika raja memanggil untuk menemuinya, ia tidak mau datang menghadap?" "Dipanggil untuk mengerjakan sesuatu, itu berlandas Kebenaran, tetapi dipanggil sekadar untuk bertemu dengannya, itu tidak berlandas Kebenaran."
"Dan mengapakah raja itu ingin bertemu? Tentu karena orang itu luas pendengaran atau ia seorang bijaksana. Kalau orang itu luas pendengaran, seorang rajapun tidak berani memanggil datang gurunya, apalagi seorang raja muda. Kalau orang itu Bijaksana, aku belum pernah mendengar hal seorang yang hendak menemui seorang Bijaksana dengan cara memanggilnya datang."
"Dahulu Raja muda Mu sering bertemu dengan Zi Si dan pernah berkata, 'Dahulu raja dari negeri yang berkuasa atas seribu kereta perang banyak melakukan persahabatan dengan para Siswa. Bagaimanakah tentang hal itu?' Zi Si dengan nada kurang senang berkata, 'Orang-orang kuno mempunyai kata-kata demikian: Mereka dilayani sebagai guru, bagaimanakah dikatakan hanya diajak bersahabat?' Zi Si merasa tidak senang, karena bukankah ia akan berkata, 'Kalau dilihat dari kedudukan, benar kamu raja dan aku menterimu. Bagaimana berani seorang raja dan menteri bersahabat? Kalau dilihat dari sudut Kebajikan, kamulah yang harus melayani aku, bagaimana berani bersahabat dengan aku?' Seorang raja yang berkuasa atas seribu kereta perang, untuk melakukan persahabatan saja tidak dapat; bagaimana boleh memanggil datang?"
"Tatkala Raja muda Jing dari Negeri Qi berburu, pernah memanggil penjaga hutan dengan mengirim panji-panji. Penjaga hutan itu tidak mau datang sehingga hampir saja akan dihukum mati. 'Seorang yang keras kemauannya tidak lupa bahwa perbuatannya itu mungkin dapat menyebabkan jenazahnya dilempar ke selokan atau jurang. Seorang pemberani tidak lupa pula bahwa mungkin suatu ketika ia akan kehilangan kepala. 'Mengapakah Nabi Kong Zi memujinya? Orang itu karena tidak dipanggil dengan cara yang benar, maka ia tidak mau datang."
"Memberanikan bertanya, bagaimanakah cara memanggil penjaga hutan." "Semestinya menggunakan topi dari kulit. Untuk memanggil seorang rakyat jelata semestinya menggunakan bendera polos; untuk memanggil seorang Siswa semestinya menggunakan bendera bersulam naga, dan untuk memanggil seorang pembesar baharulah menggunakan panji-panji yang berbulu."
"Kalau menggunakan cara memanggil seorang pembesar untuk memanggil penjaga hutan. Penjaga hutan itu biar mati tidak akan berani datang. Kalau menggunakan cara memanggil seorang Siswa untuk memanggil seorang rakyat jelata, bagaimana orang itu berani datang? Maka bukankah percuma kalau dengan cara memanggil seorang tidak Bijaksana untuk memanggil orang Bijaksana?"
"Hendak menemui seorang Bijaksana dengan tidak memakai cara yang berlandas Jalan Suci, laksana menyuruh orang masuk rumah tetapi dengan menutup pintu. Adapun Kebenaran itulah Jalan dan Kesusilaan itulah pintu. Hanya seorang Jun Zi dapat hilir-mudik di Jalan itu dan keluar masuk pintu itu. Di dalam Shi Jing tertulis, 'Jalan ke Negeri Zhou itu, rata seperti batu penggosok, lurus sebagai anak panah. Seorang pembesar harus menjalaninya dan rakyat jelata akan memandangnya.'"
Meng Zi berkata kepada Wan Zhang, "Orang yang terbaik di suatu kampung, akan bersahabat dengan orang-orang lain yang baik di kampung itu. Orang yang terbaik di suatu negeri, akan bersahabat dengan orang-orang lain yang baik di negeri itu. Dan orang yang terbaik di dunia, akan bersahabat dengan orang-orang lain yang baik di dunia."
"Kalau sudah bersahabat dengan orang-orang yang baik di dunia ini, tetapi masih merasa kurang cukup, ia akan maju lebih jauh dengan memahami tentang orang-orang zaman dahulu. Ia melagukan sanjak-sanjaknya dan membaca Kitab-kitabnya. Bila masih belum mengenal juga tentang pribadinya, maka ia membaca sejarahnya. Demikianlah ia melakukan persahabatan."
Raja muda Xuan dari Negeri Qi bertanya tentang kewajiban seorang perdana menteri. Meng Zi berkata, "Perdana menteri yang mana yang baginda tanyakan?" Raja menjawab, "Adakah perdana menteri yang lain?" "Ada perdana menteri yang berlainan keluarga dengan raja." Raja bertanya, "Mohon tanya hal perdana menteri yang sekeluarga dengan raja." "Kalau raja berbuat kesalahan besar, ia harus memberi peringatan. Kalau raja berulang-ulang tidak mau mendengar, ia harus menurunkannya."
Mendengar itu raja lalu berubah wajah.
"Harap baginda tidak terkejut. Saya tidak berani untuk tidak menjawab dengan sebenarnya."
Setelah tenang kembali, raja lalu bertanya tentang perdana menteri yang berlainan keluarga dengan raja. "Kalau raja berbuat salah, ia harus memberi peringatan. Kalau raja berulang-ulang tidak mau mendengar, ia harus pergi!"