Meng Zi VI B
Gaozi II
Seorang Negeri Ren bertanya kepada Wu Lu, "Antara Kesusilaan dan makan, mana yang lebih penting!" "Kesusilaan lebih penting!"
"Perkawinan dan Kesusilaan, mana lebih penting?" "Kesusilaan lebih penting!"
"Kalau dengan berlaku Susila untuk dapat mendapatkan makanan orang harus kelaparan dan mati, tetapi kalau tidak usah berlaku Susila untuk mendapatkan makanan orang dapat makan; haruskah orang tetap memegang Kesusilaan? Kalau dengan menetapi adat calon suami menjemput sendiri, ternyata tidak dapat kawin, tetapi bila tidak usah menetapi adat calon suami menjemput sendiri, dapat kawin; haruskah orang menetapi adat suami menjemput sendiri?"
Wu Lo tidak dapat menjawab. Esok harinya ia pergi ke Kota Zou melaporkan hal itu kepada Meng Zi. Meng Zi berkata, "Untuk menjawab itu mudah saja."
"Dalam suatu hal kalau orang tidak mempertimbangkan pokoknya hanya menonjolkan bagian ujungnya, biar sepotong kayu yang hanya satu Cun dapat dikatakan lebih tinggi dari puncak gedung yang bertingkat."
"Kalau orang berkata emas lebih berat dari bulu, tidak berarti sepotong kecil emas dibandingkan segerobak bulu."
"Kalau dalam hal makan dipilihkan hal yang berat, sedang dalam hal Kesusilaan diambilkan yang ringan, lalu diperbandingkan, tentulah akan disimpulkan bahwa makan lebih penting. Kalau dalam hal perkawinan diambilkan hal yang berat, sedang dalam hal Kesusilaan diambil hal yang ringan, lalu diperbandingkan, tentulah akan disimpulkan bahwa perkawinan itu lebih penting."
"Pergilah balas bertanya, 'Kalau kamu harus memutar lengan kakakmu dan merebut makanannya baru beroleh makanan; tanpa memutar lengannya tidak bisa mendapatkan makanan itu, apakah kamu akan memutarnya juga? Kalau melompati pagar timur rumah seseorang dan menyeret gadisnya baru dapat menikah, tanpa menyeretnya tidak bisa menikah dengannya; apakah kamu juga akan menyeretnya?"
Cao Jiao bertanya, "Benarkah tiap orang bisa menjadi seperti Yao dan Shun?" Meng Zi menjawab, "Benar!"
"Kau mendengar bahwa Raja Wen itu sepuluh Chi tinggi badannya dan Raja Tang sembilan Chi tingginya. Kini kau bertinggi badan sembilan Chi empat Cun, tetapi kemampuannya hanya makan sekoi saja. Bagaimanakah agar dapat seperti mereka?"
"Apakah hubungan persoalan yang kau kemukakan itu dengan masalahnya? Berbuatlah seperti mereka. Kalau ada orang yang mula-mula tenaganya tidak kuat mengangkat seekor anak itik, tentulah orang itu dinamai orang yang tidak bertenaga. Kalau kini ia dapat mengangkat seratus Jun, ia akan dinamai seorang yang bertenaga. Kalau kemudian bisa mengangkat seberat angkatan Wu Huo, niscaya ia akan dinamai Wu Huo ke dua. Mengapakah orang mesti berkeluh kesah tidak dapat berbuat sama? Soalnya ialah karena tidak mau berbuat!"
"Kalau orang dalam berjalan mau perlahan-lahan di belakang orang yang lebih tua, tentu ia dinamai orang yang dapat berendah hati. Kalau berjalan cepat-cepat mendahului orang yang lebih tua, tentu ia akan dinamai seorang yang tidak berendah hati. Untuk berjalan perlahan-lahan begitu saja, masakan orang tidak dapat? Itu hanya tidak mau mengerjakan. Adapun Jalan Suci Yao dan Shun tidak lain hanya Laku Bakti dan Rendah Hati."
"Kalau kamu mau berpakaian seperti Yao, mengulang kata-kata Yao, dan menjalankan perbuatan-perbuatan yang dilakukan Yao, kamu sudah menjadi seperti Yao. Kalau kamu memakai pakaian seperti Jie, mengulangi kata-kata seperti Jie, dan menjalankan perbuatan-perbuatan yang dilakukan Jie, kamupun akan menjadi seperti Jie."
"Kau ingin menemui pembesar Kota Zou ini agar mendapat tempat kediaman dan menerima ajaran lebih jauh."
"Jalan Suci itu laksana Jalan Raya, apa sukarnya untuk menemukannya? Hanya salah orang sendiri tidak mau mencarinya. Kamu boleh pulang dan mencarinya di sana. Di sana banyak guru bagimu."
Gong Sun Chou bertanya, "Gao Zi berkata bahwa Sanjak Xiao Pan itu sanjak orang rendah budi." Meng Zi berkata, "Mengapakah dikatakan begitu?" "Di situ terkandung rasa penyesalan."
"Sungguh sempit pandangan Gao Sou tentang sanjak. Kalau di sini ada seseorang, lalu ada pula seorang Negeri Yue mementang busur hendak memanahnya; aku akan dapat sambil omong dan tertawa menasihatkan kepada orang itu, jangan berbuat demikian. Ini tidak lain karena yang melakukan itu tidak bersangkut paut dengan aku. Tetapi kalau yang mementang busur dan hendak memanah itu kakakku, tentu aku akan dengan menangis mencucurkan air mata menasihatinya. Ini juga tidak lain karena yang hendak melakukan itu bersangkut paut denganku. Pernyataan penyesalan dalam Xiao Pan ini ialah karena cinta kepada orang tua itu bersumber Cinta Kasih. Maka sungguh sempit pandangan Gao Sou tentang sanjak."
"Mengapakah di dalam Sanjak Kai Feng tidak terdapat penyesalan?"
"Sebab di dalam Sanjak Kai Feng, kesalahan orang tuanya kecil saja. Tetapi di dalam Xiao Pan, kesalahan orang tuanya itu besar. Maka kalau tidak juga menunjukkan penyesalan, itu berarti merenggangkan hubungan, sebaliknya kalau kesalahan orang tua tidak besar, tetapi sudah menggerutu, itu berarti si anak tidak menyukai orang tuanya. Merenggangkan hubungan itu berarti tidak berbakti, dan tidak menyukai itupun berarti tidak berbakti."
"Kong Zi bersabda, 'Sungguh di puncak Laku Bakti Raja Shun, sampai usia lima puluh tahun masih juga mengenang orang tuanya.'"
"Song Keng hendak ke Negeri Chu bertemu dengan Meng Zi di Shi Qiu."
Meng Zi bertanya, "Tuan hendak kemana?"
"Saya mendengar Negeri Qin dan Chu sedang berperang. Aku hendak menemui Raja Negeri Chu dan membujuknya. Kalau Raja Negeri Chu tidak menyukainya aku akan menemui Raja Negeri Qin untuk membujuknya pula. Satu di antara kedua raja itu tentu akan ada salah seorang yang mau menurut."
"Ke tidak ingin minta keterangan yang lengkap, hanya ingin mendengar bagaimana tuan akan membujuknya." "Akan kukatakan bahwa hal itu tidak membawa keuntungan."
"Sungguh besar kemauan tuan, tetapi dasar alasan tuan tidak teguh. Kalau tuan hendak menggunakan alasan keuntungan untuk membicarakan dengan Raja Negeri Qin dan Chu dan ternyata Raja Negeri Qin dan Chu suka dengan alasan keuntungan itu, maka panglima-panglima barisan dan perwira-perwira barisan juga akan suka dengan alasan keuntungan itu. Kalau sudah begitu, nanti orang yang menjadi pembantu hanya akan ingat keuntungan dalam mengabdi kepada pemimpin; yang menjadi anak, juga hanya akan ingat keuntungan saja dalam mengabdi kepada orang tua; yang menjadi adik, hanya akan ingat keuntungan saja dalam mengabdi kepada kakak. Akhirnya: pemimpin, pembantu, ayah, anak, kakak, adik, semuanya akan membuang Cinta Kasih dan Kebenaran, dan hanya ingat keuntungan dalam perhubungannya. Setelah demikian, kalau tidak musnah negerinya, itu belum pernah terjadi."
"Kalau tuan menggunakan Cinta Kasih dan Kebenaran untuk berbicara dengan Raja Negeri Qin dan Chu, Raja Negeri Qin dan Chu akan suka kepada Cinta Kasih dan Kebenaran. Panglima-panglima dan perwira-perwira barisanpun akan selalu ingat Cinta Kasih dan Kebenaran dalam mengabdi kepada orang tua; yang menjadi adikpun akan selalu ingat Cinta Kasih dan Kebenaran dalam melayani kakak. Maka: pemimpin, pembantu, ayah, anak, kakak, adik, semua akan menyisihkan keuntungan dan selalu ingat akan Cinta Kasih dan Kebenaran dalam perhubungannya. Dengan demikian, kalau tidak menjadi raja besar, itu belum pernah terjadi; mengapa akan membicarakan keuntungan saja?"
Ketika Meng Zi diam di Kota Zou, Ji Ren mewakili kakaknya menjaga Kota Ren, ia mengirim bahan-bahan dari sutera. Meng Zi menerimanya tanpa upacara terima kasih. Ketika diam di Ping Lu, menteri Chu Zi juga mengirim bahan-bahan dari sutera dan Meng Zi pun menerimanya tanpa upacara terima kasih.
Hari lain, Meng Zi dari Kota Zou menuju Negeri Ren, ia menemui Ji Zi untuk mengucapkan terima kasih. Tetapi ketika dari Ping Lu ke Negeri Qi, ia tidak menemui Chu Zi. Melihat hal itu Wu Lu Zi dengan gembira berkata, "Kini ada bahan bertanya."
Ia bertanya, "Ketika di Negeri Ren guru menemui Ji Zi, mengapa ketika di Negeri Qi, guru tidak menemui Chu Zi? Apakah karena dia hanya seorang menteri?"
"Bukan demikian! Dalam Shu Jing tertulis, 'Persembahan itu harus disertai adat istiadat; kalau tanpa adat, barang-barang itu tidak berarti apa-apa karena tidak disertai kemauan baik yang sungguh-sungguh, maka hilang pula maksud sebenarnya."
"Demikianlah semuanya itu karena persembahan tidak disampaikan dengan cara yang semestinya."
Mendengar keterangan itu Wu Lu Zi gembira sekali. Ketika ada orang bertanya hal itu Wu Lu Zi menjawab, "Sebabnya ialah karena Ji Zi memang benar-benar tidak dapat datang sendiri ke Negeri Zou; tetapi Chu Zi sesungguhnya dapat datang sendiri ke Ping Lu."
Chun Yu Kun berkata, "Orang yang mengutamakan nama baik, ingin berbuat banyak bagi orang lain, orang yang membelakangkan nama baik, ingin berbuat banyak untuk diri sendiri. Guru sudah menjadi salah satu di antara tiga menteri kepala, tetapi sebelum nama baik guru dapat memberi faedah bagi pihak atasan maupun bawahan, mengapakah sudah hendak meletakkan jabatan? Apakah seorang yang berperi Cinta Kasih itu sedemikian kukuh?"
Meng Zi menjawab, "Orang yang rela menjadi rakyat jelata karena tidak mau menjadi yang Bijaksana mengabdi kepada orang dungu, itulah Bo Yi. Lima kali bekerja kepada Raja Tang dan lima kali bekerja kepada Raja Jie, itulah Yi Yin. Tidak menolak bekerja pada raja yang keji dan tidak menolak pangkat yang rendah, itulah Liu Xia Hui. Ketiga orang itu menempuh Jalan Suci yang nampaknya berlainan tetapi sesungguhnya di dalam hal yang satu. Apakah hal yang satu itu? Yakni Cinta Kasih! Seorang Jun Zi cukup dengan Cinta Kasih! Haruskah ia dengan satu cara saja?"
"Pada zaman Raja muda Mu dari Negeri Lu, Gong Yi Zi memegang kekuasaan pemerintahan; Zi Liu dan Zi Si menjadi menterinya. Tetapi bahkan pada saat itu Negeri Lu sangat banyak kehilangan daerahnya. Apakah sedemikian tidak berguna orang-orang Bijaksana itu bagi negeri?"
"Raja Yu yang tidak mau menggunakan tenaga Bai Li Xi, akhirnya musnah negaranya. Raja muda Mu dari Negeri Qin yang mau memakai tenaganya dapat menjadi raja muda pemimpin. Yang tidak mau memakai tenaga orang-orang Bijaksana akan musnah. Kalau hanya kehilangan beberapa daerahnya saja itu masih belum seberapa."
"Dahulu ketika Wang Bao tinggal di dekat Sungai Qi, penduduk di barat sungai lalu suka menyanyi dengan suara diputus-putus. Ketika Mian Ju diam di daerah Gao Tang, penduduk sebelah kanan Negeri Qi lalu suka menyanyi dengan suara dipanjang-panjangkan. Begitupula istri Hua Zhou dan Qi Liang, begitu baik dan menangisi suaminya yang gugur dalam pertempuran sehingga dapat mengubah kebiasaan orang senegeri. Demikianlah kalau memang di dalam mempunyai kecakapan, tentu akan mewujud di lahir dan kalau ia mengerjakan sesuatu sampai tanpa berhasil, Kun belum pernah melihatnya. Kini teranglah memang tidak ada orang Bijaksana itu. Kalau ada, tentu dapat Kun lihat sendiri dari hasil-hasil pekerjaannya."
"Dahulu ketika Kong Zi menjadi menteri kehakiman di Negeri Lu, ternyata petunjuk-petunjuknya tidak dipakai oleh raja. Beliau menanti sampai tiba Dong Zhi, ternyata beliau tidak diantari daging persembahan sembahyang; beliau tanpa membuka topi, pergi. Yang tidak mengerti, menyangka itu hanya persoalan daging saja, tetapi yang mengerti tahu bahwa raja sudah tidak berbuat Susila. Sebenarnya Kong Zi memang menunggu adanya kesalahan kecil lalu pergi dan tidak suka pergi tanpa alasan sama sekali. Perbuatan seorang Jun Zi itu sering orang tidak dapat memahaminya."
Meng Zi berkata, "Kelima raja muda pemimpin itu sesungguhnya telah berdosa kepada raja besar ketiga dinasti itu. Rajamuda-rajamuda yang sekarang ini telah berdosa kepada kelima raja muda pemimpin itu. Dan para pembesar-pembesar sekarang ini telah berdosa pula kepada rajamuda-rajamudanya."
"Kalau raja tiap dua belas tahun pergi ke tempat rajamuda-rajamuda, itu dinamai pemeriksaan; dan kalau rajamuda itu tiap enam tahun menghadap ke istana raja, itu namanya laporan. Sudah menjadi kebiasaan pada waktu musim semi sawah-sawah diperiksa dan yang kekurangan benih diberi bantuan; tiap musim rontok juga diadakan pemeriksaan untuk membantu yang hasil panennya kurang. Kalau raja datang di perbatasan negeri bagian dan dilihat tanah-tanah baru telah dibuka, sawah-sawah telah dikerjakan, orang-orang yang tua mendapat pemeliharaan, orang-orang Bijaksana mendapat penghormatan, dan jabatan-jabatan diduduki oleh orang-orang cakap; maka rajamuda daerah itu diberi ganjaran berupa tambahan tanah. Kalau memasuki batas suatu negeri bagian, ternyata tanah ladang terbengkalai, orang-orang yang lanjut usia disia-siakan, orang-orang Bijaksana tidak diindahkan dan hanya pemungut-pemungut cukai menduduki jabatan; maka rajamuda daerah itu akan mendapat teguran. Kalau rajamuda itu sekali tidak menghadap ke istana, dia akan diturunkan pangkatnya; kalau dua kali tidak menghadap ke istana, akan diambil sebagian tanahnya; dan kalau sampai tiga kali tidak menghadap ke istana, akan digerakkan balatentara untuk menghukumnya. Jadi raja hanya menjatuhkan hukuman, tetapi bukan yang melaksanakan hukuman itu. Rajamuda-rajamuda itu bertugas melaksanakan hukuman yang telah diputuskan itu, mereka tidak berhak menjatuhkan hukuman. Kelima rajamuda pemimpin itu mengajak rajamuda-rajamuda lain untuk menghukum rajamuda yang dianggap bersalah; maka kukatakan bahwa kelima rajamuda pemimpin itu telah berdosa kepada raja besar ketiga dinasti itu."
"Di antara kelima rajamuda pemimpin itu, Rajamuda Huan dari Negeri Qi lah paling jaya. Ketika dia mengumpulkan rajamuda-rajamuda di Kui Qiu untuk mengadakan perjanjian bersama, dia hanya membacakan Naskah Surat Perjanjian itu di atas hewan korban, dengan tanpa memoleskan darah hewan itu pada mulut rajamuda-rajamuda itu sebagai sumpah. Ayat pertama berbunyi: Hukuman mati bagi anak-anak yang tidak Berbakti, dilarang mengganti anak yang sudah ditetapkan sebagai penerus, dilarang mengangkat selir menjadi permaisuri. Aya kedua berbunyi: Hormati orang-orang Bijaksana, berilah kedudukan kepada yang cakap agar berkebajikan itu dimuliakan. Aya ketiga berbunyi: Hormatilah orang-orang yang tua, kasihanilah anak-anak muda; dan janganlah menyukarkan tamu atau para pengembara. Ayat keempat berbunyi: pangkat tidak boleh diturun-temurunkan, pejabat negara tidak boleh merangkap pangkat, mengangkat seseorang harus yang tepat, kepala daerah tidak boleh menghukum mati pembesar bawahannya. Ayat kelima berbunyi: Dalam menyalurkan air di sawah-sawah tidak boleh berbuat curang, dilarang melarang orang menjual hasil buminya ke negeri lain, dilarang menaikkan pangkat tanpa memberi laporan dahulu. Ada kata-kata lain yang tercantum: Semoga kita semua yang berjanji, selanjutnya dalam kata-kata dan perbuatan selalu baik-baik menepatinya. Tetapi rajamuda-rajamuda yang sekarang ini, semuanya melanggar lima peraturan tadi. Maka kukatakan rajamuda-rajamuda yang sekarang ini sudah berdosa kepada kelima rajamuda pimpinan itu."
"Yang menuruti perbuatan jahat rajanya, dia berdosa sekalipun kecil. Tetapi yang bahkan mendorong rajanya berbuat jahat, dia besar dosanya. Para pembesar sekarang ini, semua mendorong rajanya berbuat jahat; maka kukatakan: Para pembesar sekarang ini berdosa kepada rajamuda-rajamuda itu."
Negeri Lu hendak mengangkat Shen Zi menjadi panglima perang.
Meng Zi berkata, "Tidak memberi pendidikan kepada rakyat lebih dahulu lalu menggunakannya dalam peperangan, itu namanya mencelakakan rakyat. Yang mencelakakan rakyat, tidak akan dibiarkan begitu saja dalam zaman Yao dan Shun."
"Meskipun dengan sekali perang dapat mengalahkan Negeri Qi dan menduduki Nan Yang, itupun tetap tidak layak dilakukan."
Shen Zi dengan berubah wajahnya dan tidak senang berkata, "Itulah hal yang Hua Li tidak mengerti."
"Aku hendak menjelaskan kepada tuan. Tanah seseorang raja ialah seribu Li luasnya; kalau kurang dari seribu Li, tidak cukup untuk dapat membiayai penerimaan rajamuda dan lain-lain. Tanah seorang rajamuda ialah seratus Li luasnya, kalau kurang dari seratus Li, tidak cukup untuk dapat membiayai upacara sembahyang seperti yang tersebut dalam Kitab Adat-istiadat yang tersimpan dalam Miao leluhurnya."
"Dahulu ketika Pangeran Zhou diangkat sebagai kepala daerah Negeri Lu ini, juga hanya diberi tanah seratus Li. Itu bukan karena tanahnya tidak cukup, melainkan sudah seharusnya hanya seratus Li. Begitupun ketika Jiang, Tai Gong diangkat sebagai kepala daerah di Negeri Qi, juga hanya diberi tanah seratus Li. Itupun bukan karena tanahnya tidak cukup, melainkan memang sudah seharusnya hanya seratus Li."
"Kini Negeri Lu sudah mempunyai lima kali seratus Li; kalau ada seorang raja besar yang memerintah, kiranya kekuasaan Negeri Lu akan dikurangi atau ditambah?"
"Meskipun dengan mudah dapat mengambil dan memberikan suatu negeri, seorang yang berperi Cinta Kasih tidak akan melakukannya. Apalagi kalau harus membunuh untuk mendapatkannya."
"Seorang Jun Zi di dalam mengabdi kepada rajanya, ia hanya merasa bertugas membawa rajanya menempuh Jalan Suci, dan menunjukkan citanya kepada Cinta Kasih."
Meng Zi berkata, "Orang-orang yang kini mengabdi raja suka berkata, 'Aku sanggup meluaskan sawah ladang milik raja, memenuhkan perbendaharaan dan gudang senjata.' Demikianlah menteri-menteri yang dianggap pandai pada zaman ini, tetapi pada zaman dahulu mereka dianggap sebagai perampok atas rakyat. Terhadap seorang raja yang tidak bisa menempatkan diri dalam Jalan Suci, tidak menunjukkan cita kepada Cinta kasih, tetapi mau membantunya kaya; itu seperti membantu kaya kepada Jie."
"Adapula yang berkata, 'Aku dapat membantu rajaku berserikat dengan negeri-negeri lain sehingga tiap berperang beroleh kemenangan.' Demikianlah menteri-menteri yang dianggap pandai pada zaman ini, tetapi pada zaman dahulu mereka dianggap sebagai perampok atas rakyat. Terhadap seorang raja yang tidak bisa menempatkan diri dalam Jalan Suci, tetapi mau membantunya kuat di dalam peperangan, itu seperti membantu kuat kepada Jie."
"Kalau raja-raja itu menurutkan cara-cara yang sekarang ini, tidak mau mengubah kebiasaan yang sekarang ini, biarpun berkuasa atas seluruh dunia ini, tidak akan dapat dia mempertahankan biar sepagian saja."
Bai Gui bertanya, "Aku hendak memungut pajak seperduapuluh bagian saja, bagaimana pendapat tuan?"
Meng Zi menjawab, "Jalan yang akan tuan tempuh itu seperti cara bangsa Mo."
"Misalkan suatu negara berpenduduk sepuluh ribu keluarga, dapatkah hanya seorang saja yang membuat barang pecah belah?" "Tidak dapat, itu tidak mencukupi!"
"Di Negeri Mo, lima macam biji-bijian itu tidak dapat tumbuh. Di sana hanya tumbuh sekoi, tidak ada kota-kota yang dilindungi benteng, tidak ada gedung-gedung besar, tidak ada Miao leluhur atau rumah-rumah ibadah serta upacaranya, tidak ada perjamuan-perjamuan untuk menerima rajamuda-rajamuda, dan tidak ada beratus jawatan beserta pegawainya. Maka dipungut pajak seperduapuluh penghasilan sudah mencukupi."
"Tetapi bagi yang di tengah negeri ini, kalau hal tata upacara hubungan antara manusia yang sudah diadakan itu dihilangkan, pembesar-pembesar dihapuskan, bolehkah itu dilakukan?"
"Kalau sampai kekurangan orang yang membuat periuk saja, itu sudah tidak dapat dinamai suatu negara, apalagi kalau sampai tidak ada pembesarnya. Kalau hal perpajakan akan diperingan lebih dari yang dijalankan Yao dan Shun, itu akan menimbulkan terjadinya Negeri Mo besar atau Negeri Mo kecil. Kalau akan diperberat lebih yang dijalankan Yao dan Shun, itu juga akan menimbulkan terjadinya negeri yang dipimpin oleh Jie besar, atau negeri yang dipimpin oleh Jie kecil."
Bai Gui berkata, "Cara Bai Gui dalam mengatur air lebih baik dari Raja Yu."
Meng Zi berkata, "Tuan sungguh salah! Yu dalam mengatur air menurutkan hukum-hukum air."
"Maka Yu menjadikan ke empat lautan sebagai tempat menerima air. Tetapi kini tuan menggunakan negara tetangga sebagai tempat menerima air."
"Air, bila terhalang alirannya akan meluap-luap dan menimbulkan banjir. Inilah hal yang dibenci seorang yang berperi Cinta Kasih; maka tuan sungguh salah!"
Meng Zi berkata, "Seorang Jun Zi bila tidak mempunyai keyakinan benar, bagaimana ia mempunyai pendirian teguh?"
Rajamuda Negeri Lu hendak menyuruh Yue Zheng Zi memangku jabatan. Meng Zi berkata, "Ketika aku mendengarnya, aku sungguh girang sampai tidak bisa tidur."
Gong Sun Chou bertanya, "Cukup kuatkah Yue Zheng Zi untuk itu?" "Tidak!" "Pandaikah ia memberi nasihat?" "Tidak!" "Banyak pengetahuankah ia?" "Tidak!"
"Kalau begitu mengapa guru begitu girang sampai tidak bisa tidur?"
"Dia seorang yang menyukai Kebaikan!"
"Menyukai Kebaikan, sudah cukupkah itu?"
"Yang menyukai Kebaikan, akan dapat mengatasi hal-hal sedunia, jangankan hanya sebuah Negeri Lu."
"Kalau pembesar memang suka akan Kebaikan, orang-orang di empat penjuru lautan niscaya menganggap ringan jarak ribuan Li untuk datang menyampaikan pikiran-pikiran yang baik."
"Sebaliknya kalau tidak menyukai Kebaikan, orang-orang akan berkata, 'Lihatlah, betapa angkuhnya; dikiranya dirinya sudah tahu tentang segala!' Kata-kata dan wajah yang angkuh itu akan menyebabkan orang-orang yang tidak menyukai hal semacam itu menetap di tempat-tempat yang jauhnya beribu Li dari situ. Kalau para Siswa menjauhkan diri ribuan Li jauhnya, kaum pengkhianat, penghasut, dan penjilat akan datang ke dekatnya. Bilamana seorang menteri hidup dikitari kaum pengkhianat, penghasut, dan penjilat, bagaimana dapat berhasil mengatur beres negara?"
Chen Zi bertanya, "Mengapa Jun Zi zaman dahulu itu mau memangku jabatan?"
Meng Zi menjawab, "Ada tiga hal yang menyebabkan mereka memangku jabatan, dan ada tiga hal yang menyebabkan mereka pergi."
"Kalau ia disambut dengan hormat dan dengan Kesusilaan, dan merasa kata-katanya akan dapat dilaksanakan, maka ia mau memangku jabatan. Tetapi, meskipun ia tetap dihormati, kalau ternyata kata-katanya tidak dilaksanakan ia akan pergi."
"Yang ke dua, biarpun ia merasa kata-katanya tidak akan dapat dilaksanakan, tetapi karena disambut dengan hormat, mungkin ia mau juga memangku jabatan. Tetapi kalau tidak diperlakukan dengan hormat lagi, ia akan pergi."
"Yang terakhir, ialah karena pagi tidak bisa makan, sore tidak bisa makan, ia menanggung lapar sehingga tidak bisa ke luar rumah. Lalu ada pembesar yang mendengar dan berkata, 'Aku sebagai pembesarnya, meskipun tidak bisa melaksanakan Jalan Suci dan tidak dapat menurut kata-katanya; tetapi membiarkannya kelaparan di tanahku, aku sungguh malu!' Kemudian kalau dia mau menolongnya, orang itu mungkin juga mau menerima; tetapi hanya sekadar untuk tidak mati."
Meng Zi berkata, "Shun menjadi orang besar, mulai dari bekerja di tengah sawah. Fu Ye ketika diangkat, ia sedang mengerjakan dinding rumahnya. Jiao Ge ketika diangkat, ia sedang berdagang ikan dan garam. Guan Yi ketika diangkat, ia masih di penjara. Sun Shu Ao ketika diangkat, ia sedang mengasingkan diri di suatu tepi laut. Bai Li Xi ketika diangkat, ia sedang di pasar."
"Begitulah kalau Tian Yang Maha Esa hendak menjadikan seseorang besar, lebih dahulu disengsarakan batinnya, dipayahkan urat dan tulangnya, dilaparkan badan kulitnya, dimiskinkan sehingga tidak punya apa-apa, dan digagalkan segala usahanya. Maka dengan demikian digerakkan hatinya, diteguhkan Watak Sejatinya, dan bertambah pengertiannya tentang hal-hal yang ia tidak mampu."
"Kalau orang selalu menderita, ia tentu akan dapat memperbaiki kesalahannya. Kalau orang sudah banyak menderita dalam hatinya, dan menanggung kesukaran dalam pikirannya, baharulah ia akan bertindak benar-benar. Begitupun dalam berbicara kalau sudah disertai wajah yang sungguh dan suara yang tegas, baharulah orang mau mengerti."
"Juga dalam suatu negara kalau di dalam tidak ada para ahli hukum dan penasihat, dan di luar tidak ada negara musuh atau bencana-bencana lainnya; negara itu akan mengalami kemusnahan."
"Jadi tahulah kita bahwa yang hidup itu berasal dari kepedihan dan penderitaan, dan yang binasa itu karena hanya mau senang gembira saja."
Meng Zi berkata, "Hal mendidik itu banyak caranya. Biarpun aku tidak mau memberinya pengajaran, itu sudah berarti memberi pengajaran juga."