Shu Jing XXXI
Paripurnanya Peperangan
Ketika itu adalah bulan pertama hari Jiem Shien (Ren Chen) yang diikuti hari-hari menyusutnya rembulan. Hari berikutnya adalah hari Kwi Ki (Gui Ji), Ketika itu raja (Wu Wang), pagi-pagi telah melangkahkan kaki dari negeri Zhou untuk menyerang dan menghukum dinasti Shang.
Pada bulan ke empat, ketika rembulan mulai menampakkan diri, raja pulang dari negeri Shang menuju kota hong (Feng), setelah menggenapkan seluruh gerakan perang dan berupaya membangun masyarakat yang madani memulangkan kuda-kudanya ke daerah selatan pegunungan Hua Shan dan melepas lembu-lembunya di padang belantara yang merupakan daerah terbuka Thiau Lim (Tao Lin) untuk menunjukkan kepada dunia bawah langit ini bahwa ia tidak akan menggunakannya lagi.
Pada hari Ting Bie (Ding Wei), Ia (Wu Wang) melakukan sembahyang di altar leluhur dinasti Zhou, dan para kepala negara-negara bagian, kepala daerah yang berperingkat Tian (Dian), Ho (Hou), dan Wee (Wei), Bergegas membawakan tempat sajian. Tiga hari kemudian, hari Ke Sut (Geng Shu), ia melakukan korban bakaran dan selanjutnya dilakukan kunjungan ke gunung-gunung dan sungai-sungai untuk memberikan laporan besar paripurnanya peperangan.
Ketika rembulan mulai menyusut, para pangeran yang telah turun temurun menjadi penguasa di wilayahnya dan semua pejabat yang mengurus beratus tukang menerima amanat dari dinasti Zhou.
Raja (Wu) selanjutnya berkata, ‘Wu hu! Para pangeran, para raja pendiri negara kita ini, yang telah mendahulu, merekalah yang memulai mengatur wilayah ini. Pangeran Liu telah dapat mengokohkan kebijaksanaan para pendahulunya, tetapi baginda Thai Ong (Tai Wang) lah yang meletakkan dasar kerajaan; kemudian raja Kwi/Ji (Wang Ji) telah rajin bekerja demi kerajaan ini dan mendiang ayahku (Wen Wang) telah menggenapkan kebaikan itu, dan menerima firman agung dari Tian untuk menyejahterakan tanah yang besar dan gemilang ini. Negara yang besar takut akan kekuatannya dan negeri yang kecil mencintai kebajikannya. Setelah berlangsung sembilan tahun, betapapun seluruh kerajaan belum berada di bawah pemerintahannya, dan hal itu jatuh kepadaku yang hanya anak kecil ini untuk menggenapkan citanya.
“Karena jijik akan kesalahan dinasti Shang, kulakukan laporan kepada Tian Tuhan Yang Maha Esa dan Hoo Tho/Hou Tu (Malaikat Bumi) serta ke seluruh gunung dan sungai yang kulewati dengan berkata, ‘Aku Fa, yang menjadi cicit raja dinasti Zhou di dalam jalan suci akan melakukan pelurusan agung atas dinasti Shang. Kini Shou, Raja dinasti Shang itu telah ingkar dari jalan suci (Bu Too/Wu Dao) kejam dan bersifat perusak atas semua makhluk Tian, membahayakan dan sewenang-wenang terhadap rakyat jelata, menjadi penguasa yang merajalela atas dunia bawah langit ini, menjadikan ikan-ikan berkumpul di air yang dalam dan hewan-hewan lari ke padang belantara. Aku yang hanya seorang anak kecil ini dengan mendapat bantuan orang-orang yang berperi cinta kasih memberanikan diri mengadukannya kepada Shang Di (Tuhan Khalik Semesta Alam Yang Maha Tinggi) untuk mengakhiri perbuatan yang mengacau balau itu. Rakyat Hwa he(Hua Xia), Ban (Man) dan Bek (Mai), tiada yang tidak mengikuti dan menyetujui.
“Hormat akan Tian Yang Maha Esa adalah menggenapi firmanNya. Demikianlah aku memacu diri melakukan penghukuman ke Timur untuk membawakan kedamaian bagi para laki-laki dan perempuan di sana; maka laki-laki dan perempuan di sana menyambut dengan membawa keranjang yang penuh sutera hitam dan kuning, untuk menunjukkan penghargaannya kepada raja-raja dinasti Zhou. Karunia Tian Yang Maha Esa telah menggerakkan mereka untuk setia kepada kerajaan dinasti Zhou kita yang besar.
“Dan kini roh leluhurmu merestuiku dengan bantuanmu; sehingga aku dapat mendamai sejahterakan berjuta rakyat dan tiada sesuatu yang memalukan di hadapan sang maha roh!”
Pada hari Wu Wu, balatentara itu menerobos kota Bing Cien (Meng Jin), pada hari Kwi Hay (Gui Hai) barisan itu telah marak di perbatasan ibukota dinasti Shang, menanti firman yang dikaruniakan Tian. Pada hari Jia Zi pagi hari yang masih gelap, Shou memimpin bala tentaranya yang banyak bagai hutan dan mereka berkumpul di padang Mu Ye. Tetapi mereka tidak mau melawan balatentara kita. Mereka yang ada di barisan depan membalikkan lembingnya dan menghantam yang ada di belakangnya sehingga mereka berlarian dan darah yang mengalir seolah dapat menghanyutkan alu. Demikianlah (Raja Wu) dengan sekali mengangkat lengan, dunia bawah langit ini mendapatkan ketetapan agung; ditumbangkan pemerintahan dinasti Shang yang saat itu ingkar dari jalan suci, kembali lurus seperti zaman dahulu. Dibebaskan pangeran Ki Cu (Ji Zi) dari penjara dan dibangun makam pangeran Pi Kan (Bi Gan). Ia (Wu Wang) membongkokkan diri dari atas keretanya ketika memasuki gerbang perkampungan (mantan menteri) Shang Yong. Dibagi-bagikan harta kekayaan yang tersimpan di Menara Lok Thay (Lu Tai) dan dibagi-bagikan padi-padian yang tersimpan di gudang Ki Kiau (Ju Qiao) dan dibagi-bagikan hadiah besar ke empat penjuru lautan dan seluruh rakyat berlaksa marga tunduk dengan gembira.
Dibagi tingkat kebangsawanan menjadi lima tingkatan, dan kepada mereka diberi tanah yang terbagi menjadi tiga tingkatan. Jabatan hanya diberikan kepada yang bijak dan tugas hanya diberikan kepada yang mampu. Dengan penuh perhatian diajarkan kepada rakyat tentang lima hubungan kemasyarakatan yang diajarkan agama Wu Jiao dan diperhatikan hal-hal makanan, hal-hal perkabungan dan hal-hal yang menyangkut upacara persembahyangan. Ditunjukkan kenyataan akan sifatnya yang dapat dipercaya dan dibuktikan jelas-jelas betapa ia menjunjung kebenaran, memuliakan kebajikan dan memberi anugerah kepada yang berkebaikan. Akhirnya ia hanya membiarkan jubahnya turun, menggenggam tangannya (Gong Shou) dan dunia di bawah langit ini teratur.