Li Jing II
Qu Li II
Membawa sesuatu bila menggunakan dua tangan wajib diletakkan di depan ulu hati; bila menggunakan satu tangan diletakkan di depan sabuknya. Membawa barang milik raja (Tian Zi) wajib diangkat lebih tinggi dari ulu hati; sesuatu milik penguasa suatu Negara diangkat sama tinggi dengan itu; sesuatu milik seorang pembesar diangkat lebih rendah dari itu dan sesuatu milik pegawai biasa diangkat lebih bawah lagi.
Memegang suatu barang milik tuannya, biarpun barang itu ringan wajib nampak tidak mampu mengangkat. Ketika membawa barang milik tuannya itu berupa segulung sutera atau lambang jabatan dari batu kumala yang berbentuk persegi panjang (Gui) maupun bulat (Bi) wajib meletakkan tangan kiri di atasnya. Ia tidak mengangkat tumitnya tinggi-tinggi ketika berjalan tetapi menggerakkan langkahnya seperti roda kereta.
(Seorang menteri) harus berdiri dengan punggung agak melengkung seperti bentuk sebuah Qing (semacam alat musik dari batu yang dapat berbunyi nyaring), dan hiasan ikat pinggangnya turun ke bawah; bila hiasan sabuk tuannya bergantung di bagian sampingnya, ia harus menjadikan hiasan sabuknya bergantung di depan; bila hiasan sabuk tuannya bergantung di depan, hiasan sabuknya harus diturunkan sampai ke tanah. Seseorang yang memegang tanda kebesaraan dari batu kumala / Yu (untuk peralatan sembahyang), bila itu beralas tikar ia membiarkannya kelihatan; bila tiada tikar ia menutupinya dengan (tangan) jubah luarnya.
Penguasa suatu negara tidak memanggil menteri besarnya dengan menyebut nama, demikian pula kepada istrinya; juga kepada kedua wanita yang mendampingi istrinya ke istana puteri. Seorang pembesar tidak memanggil pembantunya/menterinya yang telah bekerja untuk ayahnya dengan menyebut namanya, demikian juga kepada kemenakan dan adik istrinya. Seorang pejabat biasa tidak memanggil pengawal keluarganya dengan menyebut namanya, demikian pula kepada pemimpin pembantu rumah tangganya. Anak seorang pembesar dari seorang penguasa, tidak berani menyebut dirinya sebagai, “saya, anak yang kecil.” (sebutan ini hanya untuk raja yang sedang berkabung untuk ayahnya). Anak pegawai seorang pembesar tidak berani menyebut dirinya sebagai, “Saya, si Anu, yang menjadi putera pewaris,” (yang benar: Saya anak yang sedang berkabung). Hal ini karena tidak berani menyebut diri sebagai putera pewaris (pewaris mahkota)
Bila seorang penguasa menugaskan seorang pegawai untuk mengambil bagian dalam lomba memanah dan orang itu tidak mampu melaksanakan, ia wajib menolak dengan alasan sakit dan berkata, “Saya, si anu, sedang menanggung beban memikul kayu bakar (Fu Xin)”
Bila seseorang mendampingi seorang Junzi menjawab suatu pertanyaan tanpa melihat sekelilingnya terlebih dahulu, hal ini bertentangan dengan kesusilaan (Li).
Seorang Junzi, melaksanakan kesusilaan / Li (di luar negeri) tidak berupaya mengubah kebiasaan lamanya. Melaksanakan Li di dalam upacara sembahyang mengenakan pakaian berkabung dan di dalam melakukan ratapan dan tangisan ia tetap memegang kebiasaan lama di negerinya. Maka ia dengan hati-hati membina diri menurut peraturan-peraturan dan melaksanakannya dengan tepat. Meski ia telah tiga generasi meninggalkan negerinya, bilamana martabat serta gajinya diperhitungkan untuknya di istana; pengeluaran dan pemasukkannya masih diperhitungkan oleh negara; dan bila kakak adik serta familinya masih terpelihara disana, ia akan terus menerus menyampaikan laporan tentang dirinya kehadapan altar nenenk moyangnya, bila sudah tiga generasi martabat dan gajinya tidak diperhitungkan lagi untuknya di istana dan pengeluaran maupun pemasukannya tidak lagi diungkapkan oleh negara, maka kecuali pada hari pelantikannya (memangku jabatan) ia akan mengikuti peraturan yang berlaku di negara baru itu.
Seorang Junzi sekalipun sudah menjadi seorang yatim, tidak akan mengubah namanya; demikian pula, bila sebagai anak yatim mendadak mendapatkan kemuliaan, tidak akan merekayasa tentang gelar ayahnya. Bila mengalami peristiwa perkabungan, sebelum jenazah (orang tua) dikubur seorang anak harus mempelajari upacara perkabungan; dan setelah dimakamkan, ia mempelajari upacara sembahyang. Setelah masa berkabung lewat dan kembali ke dalam kehidupan biasa ia mempelajari musik. Saat masa berkabung tidak membicarakan tentang musik, saat melakukan sembahyang tidak membicarakan hal-hal yang bersifat nahas. Di istana pangeran tidak membicarakan hal-hal tentang istri dan anak perempuan.
Membersihkan debu dari buku (yang dibuat dari bilahan bambu), merapikan buku di hadapan penguasa, itu adalah pelanggaran yang dikenai hukuman; demikian pula membalik-balik batang pengkaji atau memutar-mutar batok kura-kura di hadapan penguasa adalah pelanggaran yang dikenai hukuman. Membawa batok kura-kura atau batang pengkaji, bangku atau tongkat, tikar atau payung, mengenakan pakaian atas dan bawah berwarna putih atau jubah yang seluruhnya terbuat dari rami, baik halus maupun kasar, jangan memasuki pintu gerbang pangeran. Mengenakan sandal dari rumput atau mengenakan baju yang bagian bawahnya dilipatkan dipinggang atau mengenakan topi lusuh, (karena acara berkabung) jangan memasuki pintu gerbang pangeran. Buku acara pemakaman yang dituliskan pada papan persegi, jubah berkabung yang berjumbai-jumbai atau peti mati beserta peralatannya, bila tidak karena diperintah tidak dibawa masuk ke gerbang pangeran. Urusan pangeran (masalah umum) tidak dibicarakan secara pribadi.
Seorang Junzi (pejabat tinggi) bila akan membangun rumah / istana kediamannya, masalah kuil leluhur menjadi yang lebih dahulu diperhatikan, selanjutnya tentang kandang kuda dan gudang senjatanya, ruang tempat kediamannya yang terakhir. Seorang kepala keluarga di dalam membangun segala sesuatunya, masalah peralatan sembahyang menjadi perhatiannya yang terdahulu. Hewan kurban yang disiapkan dari hasil pendapatan keluarga yang kedua, dan peralatan untuk sajian yang terakhir. Orang yang tidak mempunyai pendapatan dari hasil sawahnya, tidak menyediakan peralatan sembahyang. Yang mempunyai hasil dari pendapatan sawahnya, lebih dulu menyiapkan pakaian sembahyang. Seorang junzi biarpun miskin tidak akan menjual peralatan-peralatan sembahyangnya; sekalipun kedinginan, tidak akan mengenakan jubah upacaranya. Di dalam membangun ruang rumahnya tidak memotong pohon di bukit tempat pemakaman (keluarganya).
Seorang pembesar atau pejabat biasa saat meninggalkan negaranya (karena dihukum buang) tidak membawa peralatan sembahyangnya melewati batas negara. Sang pembesar menitipkan peralatan sembahyangnya kepada pembesar lain dan seorang pegawai biasa menitipkan peralatan sembahyangnya kepada pejabat yang lain. Seorang pembesar atau pejabat biasa bila meninggalkan negerinya, saat melewati batas negeri akan menyiapkan tempat untuk altar dan meratap disana sambil memandang ke arah negerinya. Ia mengenakan pakaian atas , pakaian bawah dan topi yang berwarna putih polos; di tanggalkan hiasan pada kerahnya; mengenakan sepatu dari kulit yang belum disamak; papan palangnya ditutup dengan penutup yang berwarna putih dan bulu tengkuk kudanya dibiarkan telanjang. Ia tidak merapikan atau memotong kuku atau janggutnya, tidak melakukan sembahyang terlebih dahulu saat makan, tidak mengatakan pada orang lain bahwa ia tidak berkesalahan, keluarga yang perempuan tidak diperkenankan mendekatinya. Setelah tiga bulan baru ia mengenakan pakaian biasa kembali.
Bila seorang pembesar atau pejabat biasa menemui penguasa negeri lain (tempat ia diutus), bila penguasa itu mengungkapkan betapa penderitaan dalam perjalanannya, ia harus mundur menyisih untuk menghindari (pernyataan penghormatan itu) dan dua kali menghormat dengan bai dan menundukkan kepala sampai ke tanah (Zai Bai Qi Shou). Bila penguasa itu menyambutnya (di luar gerbang) dan menghormat dengan bai kepadanya ia harus mundur menyisih untuk menghindari (penghormatan itu) dan tidak berani membalas bai. Bila seorang pembesar atau pejabat biasa saling bertemu biarpun tidak sama tinggi rendah peringkatnya, bila tuan rumah menghormati sang tamu, ia harus lebih dahulu menghormat dengan bai kepada tuan rumah. Di dalam segala persoalan bila bukan dalam acara berbela sungkawa dan bukan menemui penguasa negara, tidak ada yang tidak saling membalas menghormat dengan bai. Bila seorang pembesar menjumpai seorang penguasa negara, penguasa itu wajib menghormat dengan bai sebagai pernyataan penghargaan (atas segala hal yang dibawa utusan).
Bila seorang pejabat biasa menjumpai seorang pembesar (negeri yang dikunjungi), sang pembesar menghormat dengan bai sebagai penghargaan. Bila keduanya bertemu pertama kali di negeri sendiri (ketika pulang tugas utusan), yang menjadi tuan rumah wajib menghormat dengan bai sebagai penghargaan. Seorang penguasa kepada pejabat biasa tidak membalas hormat dengan bai; tetapi bila orang itu bukan menteri /pembantu sendiri, ia wajib membalas hormat dengan bai. Seorang pembesar kepada menteri / pembantunya biar mereka berkedudukan rendah wajib membalas menghormati dengan bai. Antara laki-laki dan perempuan saling membalas hormat dengan bai.
Seorang penguasa negeri di dalam perburuan musim semi tidak mengurung paya-paya yang bersemak belukar, seorang pembesar tidak akan berupaya membuat kejutan terhadap kawanan hewan buruan dan seorang pejabat biasa tidak akan mengambil hewan muda atau telur.
Pada tahun paceklik (tahun naas) ketika biji-bijian pada musim itu tidak berhasil dituai, penguasa saat makan tidak melakukan sembahyang dengan sajian paru-paru hewan, kudanya tidak diberi makan padi, jalanan khusus baginya tidak disapu, melakukan sembahyang juga tidak menggantung alat musiknya (untuk ditabuh). Pembesar tidak menyantap gandum (Liang) dan pejabat biasa tidak memperdengarkan musik saat minum.
Seorang penguasa bila tidak karena suatu masalah (duka) tidak melepas hiasan batu kumala dari badan; seorang pembesar bila tiada suatu masalah (duka) tidak menyingkirkan gantungan alat musiknya; demikian pula seorang pejabat biasa bila tiada suatu masalah (duka) tidak menyingkirkan celempung dan kecapi (Qin se) nya.
Bila seorang pejabat biasa mempersembahkan sesuatu kepada penguasa negerinya dan pada hari lain penguasa itu bertanya kepadanya, “Darimana anda mendapatkan itu?” Maka pejabat itu menghormat dengan 2 kali bai dan menundukkan kepala sampai ke tanah (Zai Bai Qi Shou), baru kemudian menjawab.
Seorang pembesar bila untuk urusan pribadi akan berpergian melewati batas Negara, ia wajib mohon izin dan saat kembali wajib mempersembahkan sesuatu. Seorang pejabat biasa bila karena urusan pribadi akan berpergian melewati batas Negara wajib mohon izin dan waktu pulang harus melapor. Bila penguasa itu menyampaikan simpati atas jerih payahnya maka orang itu harus menghormat dengan bai. Bila bertanya tentang perjalanan itu, orang itu juga wajib memberi hormat dengan bai baru kemudian menjawab. Bila seorang penguasa negeri akan pergi meninggalkan negeri, wajib (diupayakan) mencegahnya dengan berkata, “Mengapakah baginda akan meninggalkan Malaikat Bumi dan Gandum (She Ji)?” (Demikian pula hal yang sama kepada seorang pembesar wajib dicegah dengan berkata,”Mengapa anda akan meninggalkan kuil leluhur (Zong Miao) anda di sini?” (Dalam hal yang sama pula) kepada seorang pejabat biasa wajib dicegah dengan berkata, “Mengapa anda akan meninggalkan kuburan leluhur?” Seorang penguasa Negara wajib bersedia mati untuk altar Malaikat Bumi dan Gandumnya; seorang pembesar wajib bersedia mati bagi rakyat banyak (yang dibimbingnya); dan para pejabat biasa wajib bersedia mati demi tugas yang diembannya.
Sebagai penguasa atas bawah langit ini (suatu kerajaan), seorang kaisar dinamai putera Tian (Tianzi). Sebagai orang yang menerima para raja muda menghadap, yang memberikan tugas kepada mereka berbagai jabatan, yang mengeluarkan (berbagai undang-undang dan peraturan) pemerintahan, mengangkat para pakar untuk memberikan pengabdiannya, seorang raja menyebut dirinya, “Aku yang seorang diri”. Bila ia menaiki tangga sebelah timur dan akan memimpin upacara sembahyang sebagai pribadi dan di dalam kalangan keluarga ia menyebut diri, “Saya, si anu sebagai putera berbakti,” kepada lingkungan luar ia menyebut diri, “Saya, si anu sebagai pewaris Kaisar.” Bila ia mengunjungi para rajamuda untuk mengungkapkan kehadiran dirinya. Dihadapan Yang Maha Rokh (Gui Shen) ia berkata, “Disini saya si anu yang dikaruniai Tian sebagai kaisar.” Kemangkatannya diungkapkan dengan kata, “Raja yang oleh karunia Tian telah mangkat.” Untuk mengundang kembali (rohnya) orang berkata, “O, kembalilah putera Tian.” Untuk mengumumkan perkabungan kemangkatannya, orang berkata, “Raja yang oleh karunia Tian telah jauh naik ke tempat yang tinggi.” Bila papan (rohnya) diberikan tempat di Miao leluhur ia disebut Di (roh yang telah mendapatkan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa). Seorang Tianzi, sebelum lepas kabung menyebut dirinya, “Saya anak yang kecil.” Nama yang disandangnya waktu hidup, setelah mangkat tetap digunakan.
Seorang Tianzi mempunyai seorang permaisuri, wanita pendamping, keluarga wanita dan para wanita yang dihormati. Demikianlah ia mempunyai istri dan pembantu wanita.
Seorang Tianzi membentuk Tian Guan lembaga Tian (yang langsung berkait dengan Tianzi) yang didahulukan di antaranya adalah enam besar (Liu Da): ----- Perdana Menteri (Da Zai), Menteri Besar Urusan Ibadah/Agama (Da Zong), Menteri Besar Pencatat Sejarah (Da Shi); Menteri besar penaikan doa/imam besar (Da Zhu), Menteri Besar untuk Pengadilan (Da Shi) dan Menteri Besar Urusan Pengkajian (Da Bo). Itulah pengawal dan pengawas atas keenam departemen.
Lima pejabat birokrasi Tianzi ialah: ----- Menteri Pendidikan (Si Tu); Menteri Pertahanan (Si Ma), Menteri Pekerjaan Umum (Si Kong), Menteri berbagai Jawatan (Si Shi), dan Menteri Kehakiman (Si Kou), mereka semuanya membawahi kelima departemen.
Enam Pengelola Jawatan yang mengurusi harta milik keluarga seorang Tianzi (Liu Fu) disebut Pengelola Tanah (Si Tu), Pengelola Kayu/Pohon-pohonan (Si Mu), Pengelola Air (Si Shui), Pengelola rumput (Si Cao), Pengelola Peralatan (Si Qi) dan Pengelola Barang-barang (Si Huo). Merekalah yang mengelola keenam jawatan (Liu Zhi).
Jawatan yang mengurusi enam jenis pekerjaan (Liu Gong) yang dimiliki seorang Tianzi, disebut pekerja menyangkut tanah (Tu Gong); Pekerja menyangkut logam (Jin Gong), pekerja menyangkut batu (Shi Gong), pekerja menyangkut kayu (Mu Gong); pekerja menyangkut (kulit) hewan (Shou Gong), dan pekerja menyangkut rumput-rumputan (Cao Gong), mereka membawahi keenam urusan yang menyangkut bahan-bahan (Liu Cai). Bila kelima jawatan (Wu Guan) itu dapat menggenapkan tugasnya, dinamai berkah (Xiang).
Kepala dari kelima jawatan itu disebut Bo (ketua) mereka berkewajiban memahami dan mengawasi berbagai penjuru kerajaan. Di dalam segala pesan yang disampaikan mereka kepada Tianzi, mereka menyebut dirinya menteri Tianzi (Tian Li). Mereka yang semarga dengan Tianzi, menyebut dirinya Bo Fu (paman dari pihak ayah). Bila tidak semarga, mereka menyebut dirinya Bo Jiu (paman dari pihak ibu), kepada para raja muda mereka menyebut dirinya sesepuh Tianzi, di luar negeri mereka menyebut dirinya Gong (pangeran/Duke). Di dalam negeri mereka disebut penguasa (Jun)
Para kepala pemerintahan atas ke 9 provinsi itu (Ciu Zhou), saat memasuki negeri wilayah Tianzi menyebut dirinya Mu (penggembala). Kepada yang semarga dengan Tianzi ia dipanggil dengan sebutan Shu Fu (paman dari pihak ayah); yang bermarga lain disebut Shu Jiu (paman dari pihak ibu). Di luar negeri mereka disebut Hou (pangeran peringkat dua/marquis) dan di dalam negeri disebut Jun (penguasa). Para pemimpin (penguasa) orang-orang Yi Timur, Di Utara Rong Barat dan Man Selatan, betapapun luas negerinya mereka disebut Zi (pangeran peringkat empat/count). Di dalam Negara mereka menyebut dirinya ‘orang yang tidak pantas’ (Bu Gu) dan di luar Negara menyebut dirinya ‘sesepuh raja’ (Wang Lao). Para pangeran kecil dari berbagai Negara yang beragam luas wilayahnya bila memasuki wilayah negeri Tianzi, mereka disebut “saya si anu (Mou Ren)” di luar Negara, mereka disebut Zi (pangeran peringkat empat/count) dan menyebut dirinya sendiri ‘yang terkucil’ (Gu).
Saat Tianzi berdiri dengan punggungnya dilatarbelakangi tabir (bergambar kepala kapak), dan para raja muda (Zhu Hou) hadir di hadapannya menghadap ke utara, ini dinamai Jin (acara menghadap istana saat musim gugur). Saat Tianzi berdiri ke arah biasa di pendapa di antara pintu dan tabir dan para Gong (pangeran peringkat satu/Duke) dengan wajah menghadap ke timur; para Hou (pangeran peringkat dua/Marquis) dan para Zhou Hou (raja muda) menghadap ke barat ini disebut Chao (acara menghadap saat musim semi).
Bila para Zhu Hou saling berjumpa sebelum saat Chao ini disebut sebuah pertemuan (Yu). Bila mereka saling bertemu di arena terbuka yang sudah disetujui terlebih dahulu itu dinamai sebuah permusyawarahan (Hui). Bila para rajamuda mengutus seorang pembesar untuk saling bersantun dengan para raja muda lain, itu dinamai, pertemuan persahabatan (Pin), Bila dikukuhkan dengan saling berjanji dapat dipercaya itu disebut pernyataan prasetya (Shi), bila digunakan seekor hewan kurban itu dinamai ‘Perjanjian bersama’ (Meng).
Bila seorang Zhu Hou bermaksud mengenalkan puteranya kepada Tianzi, ia menyebut dirinya, “Menteri baginda / hamba baginda si anu (Chen Mou),” atau , “pangeran anu (Hou Mou).” Kepada rakyat jelata ia menyebut dirinya dengan kata Gua Ren (orang yang kurang dalam kebajikan). Bila ia masih dalam masa berkabung ia menyebut dirinya putera laki-laki yang yatim; bila mengambil bagian dalam upacara sembahyang di Miao leluhurnya ia menyebut dirinya “putera berbakti (Xiao Zi), pangeran anu (Mou Hou).” Bila mengikuti upacara sembahyang di tempat lain ia menyebut dirinya, “saya cucu jauh si anu, pangeran dari negeri anu.” Peristiwa meninggal dunianya disebut Meng (hilang). Untuk mengundang kembali arwahnya orang berkata, “Kembalilah tuan anu.” Setelah jasadnya dikuburkan dan (puteranya) dihadapkan untuk bertemu Tianzi dinamai Lei Jian (pertemuan sejenis yang biasa) dan gelar kehormatan yang diberikan kepadanya disebut gelar Anumerta (Shi) yang sejenis. Bila seorang raja muda mengutus seseorang raja muda, utusan itu menyebut dirinya sebagai, “Sesepuh dari penguasa yang sangat berkekurangan.”
Laku seorang Tianzi wajib Mu-mu (mulia dan berwibawa); seorang raja muda wajib huang-huang (penuh kesungguhan); Seorang pembesar (Da Fu) wajib Qi-qi (tertib santun); Seorang pejabat biasa wajib Qiang-qiang (tekun ulet) dan rakyat jelata wajib Jiao-jiao (sederhana rendah hati).
Pasangan seorang Tianzi dinamai Hou (ratu); bagi seorang raja muda dinamai Fu Ren (pasangan pembantu); pasangan seorang pembesar dinamai Ru Ren, bagi seorang pejabat biasa dinamai Fu Ren (perempuan yang melayani) dan bagi rakyat jelata dinamai Qi (istri pasangan).
Seorang pangeran yang berperingkat Gong dan Hou (Duke dan Marquis) mempunyai Fu Ren (pasangan pembantu), Shi Fu (perempuan pewaris), Qi (istri) dan Qie (pelayan). Seorang Fu Ren (pasangan pembantu), di hadapan Tianzi menyebut dirinya Lao Fu (pelayan tua); di hadapan para raja muda lain menyebut dirinya Gua Xiao Jun (penguasa yang penuh kekurangan dan kecil); di hadapan penguasa lain menyebut dirinya Xiao Tong (si anak kecil). Dari Shi Fu ke bawah menyebut dirinya Bi Zi (pembantu perempuan). Seorang anak kepada ayah bundanya menyebut diri dengan namanya.
Seorang pembesar dari suatu negeri bila memasuki Negara kekuasaan Tianzi disebut pejabat dari negeri anu (Mou Shi), dan menyebut dirinya ‘menteri tambahan dari negeri anu (Pei Chen)’. Di luar negerinya ia disebut Zi (tuan/guru); di negeri itu ia menyebut dirinya ‘sesepuh dari penguasa yang banyak kekurangan (Lao Shi)’. Seorang duta menyebut dirinya saya si anu (Mou)’.
Seorang Tianzi tidak bicara hal “ke luar negeri.” Seorang raja muda tidak dipanggil dengan namanya saat masih hidup. Hal itu karena seorang Junzi tidak mau akrab dengan hal yang buruk/jahat. Seorang rajamuda yang kehilangan negerinya disebut dengan namanya, demikian pula orang yang menghancurkan negeri yang diperintah oleh penguasa yang semarga.
Berdasarkan Li menjadi menteri/pembantu seseorang tidak melakukan penyanggahan secara terbuka (Xian Jian). Bila sudah melakukan penyanggahan (jian) tiga kali dan tetap tidak didengar, ia harus pergi (meninggalkan jabatannya). Seorang anak melayani orang tua, bila sudah tiga kali melakukan penyanggahan dan tidak didengar, ia akan melanjutkan (penyanggahannya) dengan menangis keras-keras dan mencucurkan air mata.
Bila seorang penguasa menderita sakit dan harus minum obat, seorang menteri harus mencicipi lebih dahulu. Bila seorang ayah menderita sakit dan harus minum obat, seorang anak harus lebih dahulu mencicipi. Seorang dokter yang belum mewariskan keahliannya tiga generasi, obatnya tidak diminumkan.
Untuk menilai seseorang, hanya dapat dilakukan dengan memperhatikan lingkungan pergaulannya.
Bila seseorang menanyakan tentang umur seorang Tianzi, wajib dijawab, “Saya telah mendengar bahwa ia mengenakan jubahnya sekian kaki panjangnya (bila masih muda).” Bila ada yang bertanya tentang lamanya tahun seorang penguasa suatu negeri wajib dijawab,”ia sudah mampu mngikuti upacara di kuil leluhur (Zong Maio) dan altar Malaikat Bumi dan Gandum (She Ji)’, itu bila ia sudah dewasa; dan bila masih muda jawabnya ialah,”ia belum dapat mengikuti upacara di Zong Miao dan altar She Ji.” Bila pertanyaan itu ditujukan untuk umur putera seorang pembesar jawabnya, bila sudah dewasa wajib dikatakan, “ia sudah dapat naik kereta.” Bila masih muda dikatakan, “Ia belum dapat mengendarai kereta” Bila pertanyaan itu ditujukan untuk umur putera seorang pejabat biasa jawabnya, bila sudah dewasa ialah, “ia sudah dapat mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan”; bila ia masih muda jawabnya,”ia belum dapat mengerjakan tugas yang dibebankan”, bila pertanyaan itu ditujukan untuk umur anak seorang rakyat jelata; bila sudah dewasa jawabnya, “Ia telah dapat mendukung kayu bakar (Fu Xin)”, bila masih muda jawabnya, “ia belum dapat mendukung kayu bakar.”
Bila ada seseorang bertanya tentang kekayaan penguasa suatu Negara jawaban yang diberikan ialah mengungkapkan tentang berapa luas wilayahnya dan apa hasil gunung dan rawa-rawanya. Bila orang menanyakan kekayaan seorang pembesar, jawabnya ialah,”ia mempunyai tanah yang dianugerahkan kepadanya dan mendapatkan bantuan tenaga (dari rakyatnya), ia tidak perlu meminjam lagi peralatan atau pakaian untuk upacara sembahyangnya.” Bila pertanyaan itu ditujukan tentang kekayaan seorang pejabat biasa, jawaban yang harus diberikan ialah menyangkut jumlah kereta yang dimiliki; dan bila tentang kekayaan seorang rakyat jelata, jawaban yang harus diberikan ialah dengan menceritakan tentang jumlah hewan yang diternak.
Seorang Tianzi melakukan berbagai upacara sembahyang kepada Tian dan Bumi ciptaanNya; melakukan sembahyang di ke empat penjuru negeri, melakukan upacara sembahyang diberbagai gunung dan sungai / bengawan dan melakukan upacara sembahyang di lima altar yang menjadi junjungan keluarga, -----semuanya dilakukan dalam 1 tahun. Para raja muda menyampaikan persembahan diberbagai penjuru wilayahnya, melakukan sembahyang di gunung dan di sungai / bengawan. Seorang pembesar Da Fu) melakukan sembahyang di hadapan 5 altar yang menjadi junjungan keluarga dalam 1 tahun. Seorang pejabat biasa melakukan sembahyang di hadapan altar leluhurnya.
Upacara sembahyang yang telah dihapus penyelenggaraannya (oleh penguasa yang berhak) jangan berani melakukan; demikian pula upacara yang telah ditegakkan (oleh penguasa yang berhak) jangan berani menghapuskan. Melakukan upacara sembahyang yang tidak dibenarkan untuk dilakukan itu dinamai upacara yang tidak bermoral. Upacara yang tidak bermoral itu tidak membawa berkah. Seorang Tianzi mempersembahkan lembu yang berwarna mulus sebagai kurban; seorang raja muda mempersembahkan lembu gemuk sebagai kurban; seorang pembesar mempersembahkan sapi pilihan sebagai kurban; seorang pejabat biasa mempersembahkan kambing atau babi sebagai kurban. Seorang anak selir tidak dibenarkan melakukan sembahyang (kepada orang tua atau kakeknya); kalau harus melakukan sembahyang wajib melapor kepada putera pewaris.
Menurut Li (adat susila) untuk persembahyangan di Zong Miao, seekor lembu dinamai ‘hewan berkaki besar (Yuan Da)’; seekor babi disebut ‘hewan yang berbulu keras (Gang Lie)’; seekor anak babi dinamai ‘hewan yang gemuk’; seekor anak kambing disebut ‘hewan yang berbulu lunak’; seekor ayam jantan disebut ‘hewan bersuara lantang’; seekor anjing disebut gulai persembahan’; seekor burung kuau disebut ‘hewan yang berjari lebar’; seekor kelinci disebut ‘hewan yang berpenglihatan terang’; batangan daging kering disebut ‘sajian sembahyang yang baik’; ikan segar disebut sajian sembahyang yang langsung ‘. Air disebut ‘pembersih murni’; arak disebut ‘mangkok jernih’; jawawut disebut ‘gumpalan yang wangi’; gandum besar disebut ‘biji-bijian wangi’; gandum disebut ‘padi-padian yang terang’; padi disebut ‘sayuran yang indah’ bawang disebut ‘akar yang subur’; garam, disebut ‘yang asin’ yang menyedapkan makanan, batu giok (Yu) / batu kumala disebut ‘kumala indah’, dan sutera disebut ‘sutera sejati’.
Kematian seorang Tianzi disebut Beng (gugur); seorang rajamuda disebut Hong (terbentur), seorang pembesar dinamai Zu (berakhir); seorang pejabat biasa disebut Bu Lu (tidak diberkati); dan untuk rakyat jelata dinamai Si (mati). Jenazah yang terbaring di tempat tidur disebut Shi (yang terbujur); setelah dimasukkan kedalam peti mati (Guan) disebut Jiu (yang di rumah abadi). Matinya seekor burung yang bersayap dinamai Jiang (jatuh); hewan yang berkaki empat disebut Zi (sudah tidak beranggota badan). Mati karena bertarung dengan musuh dinamai Bing (terbantai).
Di dalam upacara sembahyang, seorang kakek disebut Huang Zu Kao; seorang nenek disebut Huang Zu Bi. Seorang ayah disebut Huang Kao; seorang ibu disebut Huang Bi; suami disebut Huang Bi (tuan yang menjadi pasangan). Ketika (mereka) masih hidup seorang ayah disebut Fu, ibu disebut Mu; istri disebut Qi; setelah meninggal dunia ayah disebut Kao (yang telah menggenapi)’, ibu disebut Bi (yang mendampingi), istri disebut pin (yang dihormati); orang yang mati diusia lanjut disebut Zu (berakhir perjalanan) yang meninggal dalam usia pendek disebut Bu Lu (tidak diberkati).
Seorang Tianzi melihat seseorang ke atas tidak melewati kerah, ke bawah tidak melewati sabuk, seorang penguasa (Jun) melihatnya agak lebih ke bawah dari kerah, seorang pembesar (Da Fu) melihat sebatas ulu hatinya, seorang pejabat biasa (shi) melihat tidak di luar jarak lima langkah. Melihat seseorang langsung ke atas pada wajah menunjukkan kesombongan, dan bila lebih bawah dari sabuk itu memprihatinkan karena menunjukkan laku menyimpang dan kurang ajar.
Bila ada titah penguasa (Jun Ming), seorang pembesar atau seorang pejabat biasa wajib sungguh-sungguh memperhatikan itu; dikantor jawatan hanya membicarakan tugas jawatan, digedung perbendaharaan hanya membicarakan hal yang menyangkut keperbendaharaan; digudang hanya membicarakan hal-hal yang terkait dengan pergudangan dan di istana hanya dibicarakan hal-hal yang berkait dengan masalah istana
Di istana pembicaraan tidak sampai kepada hal anjing dan kuda. Bila acara menghadap telah usai dan ada seseorang memperhatikannya, orang itu kalau tidak tertarik oleh sesuatu barang yang aneh, ia pasti mempunyai pikiran aneh. Bila seseorang terus memperhatikannya setelah acara menghadap istana usai, seorang junzi akan menilai orang itu tidak beradab. Di istana pembicaraan harus sesuai dengan Li, bertanya harus sesuai dengan Li dan menjawabpun harus sesuai dengan Li.
Untuk suatu pesta besar tidak harus dilakukan pengkajian dengan batok kura-kura (Bo) dan tidak berpamer kekayaan.
Sebagai hadiah perkenalan seorang Tianzi menggunakan anggur dari jawawut hitam. Seorang raja muda menggunakan bilah tanda kedudukannya (Gui) yang dibuat dari batu kumala, seorang perdana menteri (Xiang) menggunakan domba, seorang pembesar menggunakan angsa, seorang pejabat biasa menggunakan Kuau, seorang rakyat jelata menggunakan bebek. Seorang anak laki-laki harus membawa barang bawaannya baru mengundurkan diri. Di lapangan terbuka, dalam acara militer orang tidak menggunakan barang-barang itu;--- jumbai-jumbai dari dada kuda, gelang-gelang seorang pemanah atau sebatang anak panah dapat menggantikan barang-barang itu. Seorang perempuan dapat menggunakan buah dari pohon Qi (Hovenia Dulcis) atau pohon Qin (Hazel), untaian daging kering, kurma dan kacang.
Menyerahkan seorang anak perempuan ke istana seorang Tianzi dikatakan ‘ini untuk menyiapkan beratus marga’; kepada seorang penguasa suatu negeri dikatakan ‘ini untuk menyiapkan anggur dan saus’; kepada seorang pembesar dikatakan, ‘ ini untuk menyiapkan orang yang memercikkan air dan menyapu.