logo

Li Jing XVIII

Xue Ji

  1. Bila penguasa selalu memikirkan atau memperhatikan perundang-undangan, dan mencari orang baik dan tulus, ini cukup untuk mendapat pujian, tetapi tidak cukup untuk menggerakkan orang banyak. Bila ia berusaha mengembangkan masyarakat yang bajik dan bijak, dan dapat memahami mereka yang jauh, ini cukup untuk mengubah rakyat. Bila ingin mengubah rakyat dan menyempurnakan adat istiadatnya, dapatkah kita tidak harus melalui pendidikan?

  2. Batu kumala (Yu) bila tidak dipotong atau diukir tidak akan menjadi perkakas (benda berharga); dan orang bila tidak belajar tidak akan mengerti jalan suci. Maka, raja zaman kuno itu, di dalam membangun negara, memimpin rakyat, masalah belajar mengajar selalu didahulukan. Nabi Yue bersabda, “Ingatan dari awal sampai akhir hendaknya bertaut kepada belajar.” (Shu Jing IV.VII.C.5) Ini kiranya memaksudkan hal itu.

  3. Biar ada makanan lezat, bila tidak dimakan, orang tidak tahu bagaimana rasanya; biar ada jalan suci yang agung, bila tidak belajar, orang tidak tahu kekurangan dirinya, dan mengajar menjadikan orang tahu akan kesulitannya, orang dipacu menguatkan diri (Zi Qiang). Maka dikatakan, “Mengajar dan belajar itu saling mendukung.” Nabi Yue bersabda, “Mengajar itu setengah belajar.” (Shu Jing IV.VIII.C.5) Ini kiranya memaksudkan hal itu.

  4. Menurut sistem pendidikan kuno, untuk tiap Jia (desa yang terdiri lebih kurang 25 keluarga) terdapat lembaga pendidikan yang dinamai Shu (sekolah keluarga); tiap Dang (kampung yang terdiri lebih kurang 500 keluarga) terdapat lembaga pendidikan yang dinamai Xiang (sekolah dasar); tiap shu (kota yang terdiri lebih kurang 2500 keluarga) terdapat lembaga pendidikan yang dinamai Xu (sekolah menengah); dan di ibukota (Guo) terdapat lembaga pendidikan yang dinamai Xue (sekolah tinggi).

    Tiap tahun sejumlah orang diterima masuk Xue, dan pada tahun ke duanya, dilakukan evaluasi sekolah. Tahun pertama diperiksa apakah mereka dapat baik-baik membaca kitab, dan menganalisa pengertian-pengertian di dalamnya; pada tahun ketiga, diperiksa apakah mereka benar-benar hormat (serius) dengan tugas-tugasnya, dan kepada siapa mereka senang berkumpul; pada tahun kelima diperiksa bagaimana mereka meluaskan dan melatih pengetahuan, dan mendekatkan diri kepada guru pada tahun ketujuh dilihat bagaimana mereka mendiskusikan pelajarannya dan bagaimana memilih kawan. Ini dinamai kesempurnaan atau pencapaian kecil (Xiao Cheng). Tahun ke Sembilan, mereka telah mengerti beragam masalah dan memahami apa yang telah dapat dicapai. Dapat kokoh tegak dan tidak jatuh kembali. Ini dinamai kesempurnaan atau pencapaian besar (Da Cheng). Setelah demikian cukup syaratlah untuk mengubah atau melebur rakyat dan memberi kemudahan menyesuaikan diri dengan sikap dan adat istiadat yang baik. Menjadikan yang dekat dengan gembira tunduk dan yang jauh mengenang mengharapkan. Inilah jalan suci daripada ajaran besar itu. Di dalam catatan kuno tersurat, “Semut kecil itu senantiasa melatih keahlian (mengumpulkan).” Ini kiranya memaksudkan hal itu.

  5. Di dalam Da Xue (sekolah tinggi) itu, (guru) memulai pelajaran dengan mengenakan topi kulit, bersembahyang dan menyajikan sayur (kepada Tian dan para Nabi purba) untuk menunjukkan hormatnya akan jalan suci; dan mengajak murid-muridnya bersama menyanyikan tiga buah nyanyian bagian permulaan dari Xiao Ya (Shi Jing II.I No.: I. Lu Ming, II. Si Mu, dan III. Huang-huang Zhe Hua), sebagai pelajaran permulaan tentang tugas-tugas jawatan. Ketika memasuki Xue, tambur ditabuh dan kotak atau tas dikeluarkan, agar mereka sungguh-sungguh memulai tugasnya. Tongkat dan bilah disiapkan untuk menertibkannya. Sebelum dikaji penetapan sembahyang Di (sembahyang leluhur pada musim panas), evaluasi belajar telah dilaksanakan; ini untuk memberi ketenangan pikiran. Senantiasa dilakukan pengawasan tetapi tanpa bicara, ini untuk menjaga hatinya (agar tidak terganggu). Anak-anak muda itu mendengarkan dan tidak bertanya-tanya sehingga pelajaran tidak melanggar urut-urutannya. Tujuh perkara inilah garis-garis besar dalam pendidikan. Di dalam catatan tersurat,”Di dalam Xue, bagi mereka yang belajar menjadi pegawai diutamakan hal-hal yang menyangkut pekerjaannya; bagi mereka yang belajar menjadi cendekia (Shi) diutamakan hal-hal yang menyangkut cita.” Ini kiranya memaksudkan hal itu.

  6. Sistem pendidikan di Da Xue, pada musim belajar ada tugas-tugas yang wajib atau lurus; setelah undur dan istirahat, ada pekerjaan rumah.

    Bila di Xue tidak belajar melatih nada, orang tidak dapat menghayati kecapinya; bila tidak belajar banyak pengetahuan, orang tidak dapat menghayati sanjak; bila tidak belajar banyak tentang berbagai ragam pakaian, orang tidak dapat mengkhidmati makna Li kesusilaan); bila orang tidak menguasai berbagai keterampilan atau kesenian, orang tidak dapat bahagia di dalam belajar.

    Maka seorang Junzi (susilawan) di dalam belajar mengundurkan diri dari hal yang lain, ia mencurahkan tenaga untuk membinanya, tidak melupakan biar saat istirahat, dan menghayati itu sebagai kesukaannya. Demikianlah ia sentosa bertekun di dalam belajar dan berdekat dengan guru; ia merasa bahagia di dalam jalan suci. Biarpun ia berpisah dari guru dan penolongnya, ia tidak melakukan hal yang bertentangan. Nabi Yue bersabda,”Di dalam belajar untuk mencapai cita, orang perlu semangat yang didukung kerendahan hati, dan senantiasa memacu diri utnuk tekun dan cekatan. Dengan demikian akan datang pembinaan.” (Shu Jing IV.VIII.C.4) Ini kiranya memaksudkan hal itu.

  7. Kini, orang di dalam mengajar, (guru) bergumam membaca tablet (buku bilah dari bambu) yang diletakkan di hadapannya, setelah selesai lalu banyak-banyak memberi pertanyaan yang telah dimajukan dan tidak diperhatikan apa yang telah dapat dihayati; ia menyuruh orang dengan tidak melalui cara yang tulus, dan mengajar orang dengan tidak sepenuh kemampuannya. Cara memberi pelajaran yang demikian ini bertentangan dengan kebenaran dan yang belajar patah semangat. Dengan cara itu, pelajar akan putus asa dan membenci gurunya; mereka dipahitkan oleh kesukaran dan tidak mengerti apa manfaatnya. Biarpun mereka nampak tamat tugas-tugasnya, tetapi dengan cepat akan meninggalkannya. Kegagalan pendidikan, bukankah karena hal itu?

  8. Hukum di dalam Da Xue: mencegah sebelum sesuatu timbul, itulah dinamai memberi kemudahan (Yu); yang wajib dan diperkenankan, itulah dinamai cocok waktu (Shi); yang tidak bertentangan dengan ketentuan yang diberikan, itulah dinamai selaras keadaan (Sun); saling memperhatikan demi kebaikan itulah dinamai saling menggosok (Mo). Empat hal inilah yang perlu diikuti demi berhasil dan berkembangnya pendidikan (Si Xing).

    Setelah permasalahan timbul baru diadakan larangan, akan mendatangkan perlawanan, itu akan menyebabkan ketidakberhasilan (Bu Sheng). Setelah lewat waktu baharu memberi pelajaran akan menyebabkan payah, pahit dan mengalami kesulitan untuk berhasil sempurna (Nan Cheng). Pemberian pelajaran yang lepas tak jelas dan tidak sesuai akan mengakibatkan kerusakan dan kekacauan sehingga tidak terbina (Bu Xiu). Belajar sendirian dan tanpa sahabat menyebabkan orang merasa sebatang kara dan tidak berkembang karena kekurangan informasi (Gua Wen). Berkawan dalam berhura-hura menjadikan orang melawan guru (Ni Shi). Dan berkawan dalam bermaksiat akan menghancurkan pelajaran (Fei Xue). Enam hal inilah yang menjadikan pendidikan cenderung gagal (Jiao Fei).

  9. Seorang Junzi atau susilawan yang mengerti apa yang menjadikan pendidikan berhasil dan berkembang, dan mengerti apa yang menjadikan pendidikan hancur, ia boleh menjadi guru orang. Maka cara seorang Junzi memberi pendidikan, jelasnya demikian: ia membimbing berjalan dan tidak menyeret; ia menguatkan dan tidak menjerakan; ia membuka jalan tetapi tidak menuntun sampai akhir pencapaian, menjadikan orang berpikir. Menimbulkan keharmonisan, memberi kemudahan menjadikan orang berpikir, itulah jelasnya pendidikan yang baik.

  10. Di antara pelajar, ada empat kekeliruan (Si Shi) yang wajib dipahami seorang pengajar. Keliru karena terlalu banyak yang dipelajari (Duo Shi); keliru karena terlalu sedikit yang dipelajari (Gua Shi); keliru karena menggampangkan (Yi Shi); dan keliru karena ingin segera berhenti belajar (Zhi Shi). Keempat masalah ini timbul di hati yang tidak sama. Bila diketahui akan hatinya, kemudian akan dapat menolong mereka dari kekeliruan itu, mendidik ialah menumbuhkan sifat-sifat baiknya dan menolong dari kekeliruannya.

    Penyanyi yang baik akan menjadikan orang menyambung suaranya; pengajar yang baik akan menjadikan orang menyambung citanya, kata-katanya ringkas tetapi menjangkau sasaran; tidak mengada-ada tetapi dalam; biar sedikit gambaran tapi mengena untuk pengajaran. Itu boleh dinamai menyambung cita (Ji Zhi).

  11. Seorang Junzi mengerti apa yang sulit dan yang mudah dalam proses belajar. Dan mengerti kebaikan dan keburukan kualitas muridnya, dengan demikian dapat meragamkan cara mengasuhnya. Bila ia dapat meragamkan cara mengasuh, baharulah kemudian ia benar-benar mampu menjadi guru. Bila ia benar-benar mampu menjadi guru, baharulah kemudian ia akan mampu menjadi kepala (departemen). Bila ia benar-benar mampu menjadi kepala, baharulah kemudian ia mampu menjadi pemimpin (negara). Demikianlah, karena guru orang dapat belajar menjadi pemimpin. Maka, memilih guru tidak boleh tidak hati-hati. Di dalam catatan tersurat, “Tiga raja dari ke empat dinasti itu semuanya karena guru,” Ini kiranya memaksudkan hal itu.

  12. Jalan suci daripada belajar itu biasanya mengalami kesulitan mendapatkan guru yang berkharisma. Bila guru berkharisma, kemudian jalan suci itu akan dijunjung. Bila jalan suci dijunjung, maka rakyat akan mengerti betapa wajib menghormati masalah belajar. Maka ada dua orang menteri yang tidak boleh diperlakukan sebagai menteri oleh pemimpin negara. (Anak) yang berperan sebagai mendiang (Shi, dalam upacara sembahyang) tidak boleh diperlakukan sebagai menteri; dan orang yang menjadi gurunya juga tidak boleh diperlakukan sebagai menterinya. Berdasar Li di dalam Da Xue, sekalipun menemui kaisar (Tianzi), seorang guru tidak berdiri menghadap ke utara. Demikianlah untuk menjunjung kedudukan guru.

  13. Pelajar yang baik, bila guru lalai, ia melipatkan upayanya dari yang lain, dan hasilnya, ia dapat mengikuti pelajaran itu sebagai mana mestinya. Pelajar yang tidak baik, bila guru bersungguh-sungguh, hasilnya hanya separuh saja yang dapat diikuti dan akibatnya ia akan menyesal. Penanya yang baik itu seperti orang yang menghadapi pohon keras. Mula-mula ia menggarap bagian yang mudah, baharu kemudian bagian yang berbuku. Setelah cukup lama bertukar bicara, akhirnya permasalahan dapat dipahami. Penanya yang tidak baik berbuat sebaliknya. Orang yang baik dalam menanti pertanyaan, adalah bagai lonceng yang dipukul. Bila dipukul dengan pemukul yang kecil, akan mengeluarkan suara yang kecil. Bila dipukul dengan pemukul besar, akan mengeluarkan suara yang besar. Cobalah pukul dengan enak dan benar, maka akan keluar suara yang sepenuhnya. Penjawab pertanyaan yang tidak baik berbuat sebaliknya. Semuanya ini menyatakan bagaimana memajukan jalan suci daripada belajar itu.

  14. Kalau di dalam membimbing belajar orang hanya mencatat pertanyaan, itu belum memenuhi syarat sebagai guru orang. Tidak haruskah guru mendengar pertanyaan? Ya, tetapi bila murid tidak mampu bertanya, guru menjawab memberi uraian penjelasan, setelah demikian, sekalipun dihentikan, itu masih boleh.

  15. Anak seorang pelebur logam yang baik pasti belajar membuat jubah dari kulit berbulu; anak seorang pembuat busur pasti belajar membuat keranjang; menggandar (anak) kuda ialah dengan menempatkan kuda itu di belakang kereta. Seorang Junzi melihat tiga contoh ini lalu mendapatkan pengertian bagaimana membimbing belajar.

  16. Orang kuno itu, di dalam menuntut pelajaran, membandingkan berbagai benda yang berbeda-beda dan melacak jenisnya, tambur tidak mempunyai hubungan khusus dengan panca nada; tetapi panca nada tanpa diiringinya tidak mendapatkan keharmonisannya. Air tidak mempunyai hubungan istimewa dengan pancawarna; tetapi tanpa air pancawarna tidak dapat dipertunjukkan. Belajar tidak mempunyai hubungan khusus dengan lima jawatan (ket hal 398); tetapi tanpa belajar, lima jawatan tidak dapat diatur. Guru tidak mempunyai hubungan istimewa dengan kelima macam pakaian duka, tetapi tanpa guru, kelima macam pakaian duka itu tidak dipahami bagaimana memakainya.

  17. Sang susilawan (Junzi) berkata, “kebajikan besar itu tidak terikat oleh suatu jawatan; Jalan suci yang agung itu bukan sekadar suatu alat; kepercayaan besar itu tidak hanya terbatasi karena sumpah; kecocokan waktu yang besar, itu bukan sekadar teratur.” Memeriksa ke empat perkara ini, kita peroleh betapa cita dalam belajar itu. Tiga raja suci, di dalam melakukan sembahyang yang berkait air, lebih dahulu dilakukan di sungai baru kemudian di laut; diawali dari yang sumber, baharu kemudian hasilnya. Ini kiranya yang dimaksudkan dengan mengutamakan yang pokok.