logo

Meng Zi VII B

Jin Xin II

  1. Meng Zi berkata, "Sungguh tidak berperi Cinta Kasih Raja Hui dari Negeri Liang. Perbuatan Cinta Kasih itu dimulai terhadap orang yang disayangi selanjutnya sampai juga kepada orang yang tidak disayangi. Perbuatan tidak Cinta Kasih itu dimulai terhadap orang yang tidak disayangi selanjutnya sampai juga kepada orang yang disayangi."

    Gong Sun Chou bertanya, "Bagaimana penjelasannya?" "Raja Hui dari Negeri Liang, karena berebut tanah ia membinasakan rakyatnya dengan mengerahkan mereka berperang. Setelah kalah besar, ia khawatir akan kalah lagi; anak dan adiknya yang dicintainyapun dikirim untuk dikubur bersama mereka. Maka kukatakan: Perbuatan yang dimulai terhadap orang yang tidak disayangi itu selanjutnya sampai juga kepada orang yang disayangi."

  2. Meng Zi berkata, "Apa yang disebutkan di dalam Chun Qiu, tiada satu peperangan yang dilakukan berlandaskan Kebenaran; hanya alasan yang satu mungkin lebih baik dari yang lain."

    "Istilah menghukum itu hanya berlaku kalau atasan menghukum bawahan. Tetapi kalau antara negara-negara yang sederajat, itu tidak dapat dinamakan tindakan menghukum."

  3. Meng Zi berkata, "Kalau kitab itu harus dipercaya begitu saja, lebih baik tidak usah ada kitab."

    "Terhadap Kitab Wu Cheng, hanya dua atau tiga lembar sahaja dapat kupercaya."

    "Orang yang berperi Cinta Kasih, tidak ada musuhnya di dunia. Bilamana orang yang sempurna Cinta Kasihnya menghukum orang yang sudah memuncak kejahatannya, bagaimanakah dapat terjadi banjir darah yang dapat menghanyutkan alu?"

  4. Meng Zi berkata, "Ada orang berkata, 'Aku pandai mengatur barisan, aku pandai berperang.' Orang demikian ini ialah orang yang besar dosanya."

    "Seorang kepala negara yang suka akan Cinta Kasih tiada musuhnya di dunia."

    "Dahulu ketika Cheng Tang menghukum daerah selatan, suku bangsa Di di utara merasa menyesal. Daerah timur dihukum, suku bangsa Yi di barat merasa menyesal dan berkata, 'Mengapa kita dibelakangkan?'"

    "Ketika Raja Wu menyerbu Dinasti Yin, hanya dengan tiga ratus kereta perang dan tiga ribu orang tentara laskar harimau."

    "Raja Wu berkata, 'Janganlah takut!' Aku akan memberimu ketenteraman, aku bukan musuh rakyat.' Mereka lalu menundukkan kepala sampai ke tanah seperti hewan lepas tanduknya."

    "Istilah menghukum berarti meluruskan. Masing-masing negeri sesungguhnya ingin diluruskan. Maka apakah perlunya berperang?"

  5. Meng Zi berkata, "Seorang tukang kayu atau tukang membuat kereta, dapat mengajar bagaimana menggunakan siku dan jangka tetapi tidak dapat menjadikan orang itu mahir."

  6. Meng Zi berkata, "Shun ketika masih miskin makan nasi kering dan sayuran, dan dia berlaku seolah-olah akan selamanya demikian. Kemudian setelah menjadi raja dan mengenakan pakaian bersulam, bermain celempung dan dilayani kedua istrinya, nampaknya juga seperti memang seharusnya demikian."

  7. Meng Zi berkata, "Baru kini aku mengerti betapa beratnya orang yang membunuh sanak saudara orang. Yang membunuh ayah seseorang, ayahnya akan dibunuh orang. Yang membunuh kakak orang, kakaknya akan dibunuh orang. Jadi seperti dirinya sendiri melakukan pembunuhan terhadapnya."

  8. Meng Zi berkata, "Orang zaman dahulu membuat pintu kota untuk mencegah perbuatan jahat."

    "Kini orang membuat pintu kota untuk dapat berbuat jahat."

  9. Meng Zi berkata, "Kalau diri sendiri tidak mau menempuh Jalan Suci, anak istrinyapun tidak akan mau menempuhnya. Menyuruh orang, kalau tidak berlandaskan Jalan Suci, biarpun anak istri sendiri tidak akan mau melaksanakan."

  10. Meng Zi berkata, "Orang yang mempunyai simpanan harta, dalam tahun-tahun paceklikpun tidak akan binasa. Kalau orang mempunyai simpanan Kebajikan, biarpun dunia kalut tidak akan terkacaukan."

  11. Meng Zi berkata, "Orang yang suka nama baik, ia akan dapat menolak, biarpun pemberian berupa negara yang berkuasa atas seribu kereta. Tetapi orang yang tidak benar-benar suka berbuat demikian, akan nampak di wajahnya biarpun hanya pemberian berupa sebakul nasi atau semangkuk sayur."

  12. Meng Zi berkata, "Kalau tidak mau menaruh percaya kepada orang yang berperi Cinta Kasih dan Bijaksana, itu berarti negara kosong."

    "Kalau tiada Kesusilaan dan Kebenaran itu berarti hubungan antara atasan dan bawahan sudah kacau."

    "Kalau tiada peraturan pemerintah tentang berbagai jawatannya, penghasilan negara tidak akan dapat mencukupi."

  13. Meng Zi berkata, "Yang tidak berperi Cinta Kasih tetapi memperoleh negara, itu memang ada. Yang tidak berperi Cinta Kasih tetapi memperoleh dunia, itu belum pernah ada."

  14. Meng Zi berkata, "Rakyat itulah yang termulia, tempat-tempat ibadah itulah yang ke dua, sedang raja ialah yang paling ringan artinya."

    "Maka yang beroleh simpati rakyat akan dapat menjadi raja. Yang beroleh simpati raja hanya dapat menjadi rajamuda dan yang beroleh simpati rajamuda hanya bisa menjadi pembesar."

    "Seorang rajamuda kalau perbuatannya dapat membahayakan kesucian rumah ibadah, akan digeser kedudukannya."

    "Sedang rumah ibadah itu setelah diperlengkapi dengan hewan-hewan korban, sudah diatur sajian dari hasil bumi, dan dilakukan upacara tepat pada waktunya; kalau masih juga datang bahaya kering dan banjir, rumah ibadah itu juga akan dipindah tempatnya."

  15. Meng Zi berkata, "Seorang nabi ialah guru bagi beratus zaman. Bo Yi dan Liu Xia Hui termasuk pula. Maka yang mendengar perihal Bo Yi, yang mula-mula lemah menjadi teguh cita. Yang mendengar perihal Liu Xia Hui, yang mula-mula pelupa budi menjadi tahu budi, dan yang mula-mula sempit pandangan menjadi luas pandangan. Mereka telah termasyhur seratus zaman yang lalu, tetapi seratus zaman kemudian, orang yang mendengar tiada yang tidak sadar pula. Kalau bukan seorang nabi, betapa dapat demikian? Maka orang yang dapat hidup dekat dengannya, alangkah besar perubahan akan terjadi atasnya."

  16. Meng Zi berkata, "Cinta Kasih itulah Kemanusiaan dan kalau kata itu telah satu dengan perbuatan, itulah Jalan Suci."

  17. Meng Zi berkata, "Ketika Kong Zi meninggalkan Negeri Lu, bersabda, 'Baiklah Kulambatkan Jalanku.' Ini sudah sewajarnya orang yang hendak meninggalkan negeri orang tuanya. Ketika meninggalkan Negeri Qi, beliau cepat-cepat berjalan. Ini sudah sewajarnya orang yang hendak meninggalkan negeri lain."

  18. Meng Zi berkata, "Para Jun Zi menanggung sengsara di daerah antara Negeri Chen dan Cai, tidak lain karena di negeri itu tidak ada hubungan baik antara atasan dan bawahan."

  19. Mo Ji berkata, "Ji banyak mendapat celaan."

    Meng Zi berkata, "Jangan susah! Seorang Siswa memang lebih banyak menerima celaan."

    "Di dalam Shi Jing tertulis, 'Betapa pedih hatiku, aku banyak dibenci orang-orang itu.' Itu boleh melukiskan Kong Zi. 'Biar ia tidak dapat menghilangkan kebencian mereka, namun tak bernoda akan dirinya.' Itu boleh melukiskan Raja Wen."

  20. Meng Zi berkata, "Para Bijaksana, dengan penerangan batin yang telah diperolehnya, memimpin orang memperoleh penerangan. Tetapi kini orang-orang dengan kebodohannya ingin memimpin orang memperoleh penerangan."

  21. Meng Zi berkata kepada Gao Zi, "Lihatlah jalan kecil bekas diinjak orang di pegunungan, kalau selalu dilalui akan dapat menjadi jalan besar, tetapi kalau tidak terus dilalui akan kembali tertutup oleh alang-alang. Alang-alang itu kini menutupi hatimu."

  22. Gao Zi berkata, "Musik ciptaan Raja Yu lebih baik dari musik ciptaan Raja Wen."

    Meng Zi bertanya, "Mengapa kamu katakan demikian?" "Sebab lonceng musik Raja Yu ternyata hampir putus lubang penggantungnya."

    "Masakan itu cukup membuktikan? Adakah lekuk-lekuk bekas roda kereta pada ambang pintu kota itu, hanya akibat tenaga dua ekor kuda saja?"

  23. Di Negeri Qi terjadi bahaya kelaparan, Chen Zhen berkata, "Orang-orang senegeri mengira pula, guru akan meminta kepada raja membuka gudang berasnya di Tang itu. Tidakkah guru akan melakukan lagi?"

    Meng Zi berkata, "Aku nanti berbuat seperti Feng Fu kalau begitu. Di Negeri Jin ada seorang bernama Feng Fu yang pandai menangkap harimau, kemudian ia menjadi seorang Siswa yang terkenal baik. Suatu hari ketika ia pergi ke hutan, bertemu dengan orang-orang yang mengejar harimau. Akhirnya harimau itu bersembunyi di sebuah sudut gunung dan tidak ada yang berani mendekatinya. Ketika mereka melihat Feng Fu lalu dengan mementang tangannya turun dari kereta. Orang-orang itu menjadi senang. Tetapi dia ditertawakan oleh para Siswa."

  24. Meng Zi berkata, "Hasrat mulut terhadap kelezatan, mata terhadap keindahan, telinga terhadap kemerduan, hidung terhadap bau-bauan, anggota badan terhadap kenikmatan dalam istirahat; itu memang sudah wajar menurut wataknya. Akan tetapi semuanya ini dibatasi oleh adanya Firman, maka seorang Jun Zi tidak menamakannya Watak Sejati."

    "Hendaknya terdapat Cinta Kasih antara ayah dan anak; terdapat Kebenaran antara pemimpin dan pembantu; terdapat Kesusilaan antara tamu dan tuan rumah; terdapat Kebijaksanaan untuk mengenal para Bijaksana dan mengikuti Jalan Suci Tian Yang Maha Esa yang dibawakan oleh para nabi. Semuanya ini ialah Firman. Manusia mempunyai Watak Sejati, maka seorang Jun Zi tidak menamakan itu sekadar Firman."

  25. Hao Sheng Bu Hai bertanya, "Orang macam apakah Yue Zheng Zi itu?" Meng Zi menjawab, "Dia seorang yang Baik, seorang yang Dapat Dipercaya."

    "Apakah yang dinamai Baik? Apakah yang dinamai Dapat Dipercaya?"

    "Orang yang keinginan-keinginannya memang layak, dinamai baik."

    "Yang dirinya memang benar-benar mempunyai Kebaikan itu dinamai Dapat Dipercaya."

    "Yang dapat melaksanakan sepenuhnya Kebaikan itu dinamai Indah."

    "Yang sudah sepenuhnya sehingga bercahaya dinamai Besar."

    "Yang Besar sehingga dapat membawa pengaruh perubahan dinamai nabi."

    "Dan sifat kenabian yang sampai tidak dapat diperkirakan lagi, itulah mensifatkan Tian sendiri."

    "Yue Zheng Zi sudah di antara kedua sifat itu tetapi masih di bawah keempat sifat yang lain."

  26. Meng Zi berkata, "Orang yang lari dari ajaran Mo Zi akan kembali kepada ajaran Yang Zi. Yang lari dari ajaran Yang Zi akan kembali kepada agama Ru. Kalau mereka mau kembali haruslah diterima baik-baik."

    "Kini mereka yang mencela orang-orang yang mengikuti ajaran Yang dan Mo, mereka itu berbuat seperti mengejar babi yang lepas dan setelah kembali ke kandang masih akan mengikat kakinya lagi."

  27. Meng Zi berkata, "Pajak yang dipungut negara ada yang berupa kain dan sutera, ada yang berupa padi atau beras, dan ada yang berupa tenaga. Bila seorang pembesar memungut yang semacam hendaklah menunda yang dua macam itu. Kalau yang dua itu diminta bersama, rakyat akan mati kelaparan; dan kalau ketiganya diminta bersama, maka antara ayah dan anak akan saling berpisahan."

  28. Meng Zi berkata, "Seorang rajamuda harus memandang tiga hal sebagai mestikanya; tanah air, rakyat, dan pemerintahan. Kalau ia memandang permata dan batu giok saja sebagai mestikanya, bahaya niscaya menimpa dirinya."

  29. Pen Cheng Kuo memangku jabatan di Negeri Qi. Meng Zi berkata, "Akan binasa Pen Cheng Kuo." Kemudian ternyata Pen Cheng Kuo benar-benar mati terbunuh. Murid-murid bertanya, "Bagaimana guru tahu dia akan mati terbunuh?" "Dia sebagai orang, sedikit kepandaiannya dan belum mendengar Jalan Suci Besar seorang Jun Zi. Dua cacat ini sudah cukup membawanya binasa."

  30. Ketika Meng Zi di Negeri Teng bermalam di istana yang disediakan untuk para tamu agung. Ketika itu ada sebuah terompah rumput yang belum selesai dibuat, diletakkan pada suatu jendela dan ketika dicari oleh penjaga istana itu ternyata tidak didapati.

    Ada orang bertanya, "Tidakkah itu disembunyikan pengikut guru?" "Tuan mengira pengikutku ini datang kemari untuk mencuri terompah?" "Saya kira tidak. Hanya saja cara guru menerima murid, tidak mau mengusut asal-usulnya dan tidak menolak mereka yang datang. Asal datang baik-baik, dengan maksud belajar lalu guru terima!"

  31. Meng Zi berkata, "Orang tentu mempunyai perasaan tidak tega akan sesama manusia. Bila dikembangkan sampai berhasil, itulah Cinta Kasih. Orang tentu mempunyai perasaan adanya hal-hal yang tidak layak dilakukan. Bila dikembangkan sampai berhasil, itulah Kebenaran."

    "Bila orang dapat meluaskan keinginan untuk tidak mencelakai orang, Cinta Kasihnya tentu tidak dapat dikalahkan. Bila orang mau meluaskan sifat hatinya yang tidak mau melompati pagar atau melubangi rumah orang, niscaya kesadaran Kebenarannya tidak dapat dikalahkan."

    "Bila orang mau meluaskan sifat hati tidak suka ditunjuk-tunjuk orang, niscaya dimanapun akan berusaha berbuat Benar."

    "Bila orang berbicara sebelum saat berbicara, ini berarti membelokkan bicara. Sebaliknya pada saat harus berbicara tidak mau berbicara, ini akan membelokkan bicara orang dengan tidak berbicara. Hal ini sama saja dengan melompati pagar dan melubangi rumah orang."

  32. Meng Zi berkata, "Kata-kata yang dapat menggunakan hal-hal yang dekat sebagai perumpamaan untuk menunjukkan hal-hal yang jauh, itulah kata-kata yang baik. Peraturan yang mudah dipahami tetapi mengandung hal-hal yang luas, itulah peraturan yang baik. Kata-kata seorang Jun Zi itu tidak berlarut-larut tetapi Jalan Suci terpelihara di dalamnya."

    "Seorang Jun Zi selalu berusaha dengan membina diri dapat membawa damai bagi dunia."

    "Tetapi cacat orang ialah mereka menyia-nyiakan sawah sendiri dan menyiangi sawah orang lain. Membebani orang-orang lain dengan kewajiban yang berat dan membebani diri sendiri dengan kewajiban yang ringan."

  33. Meng Zi berkata, "Raja Yao dan Shun dipimpin oleh Watak Sejatinya, Raja Tang dan Raja Wu dipimpin oleh usahanya."

    "Bila segenap gerak, wajah, dan tingkah laku dapat tepat dengan Kesusilaan, itu tentu karena sudah mencapai puncak Kebajikan sempurna."

    "Menangisi orang mati itu ialah karena sedih, bukan untuk dilihat yang masih hidup."

    "Menjalankan Kebajikan janganlah ragu-ragu dan jangan sekadar untuk mendapat upah."

    "Berbicara hendaklah Dapat Dipercaya, jangan hanya sekadar menunjukkan mau berlaku lurus."

    "Seorang Jun Zi berbuat dengan berlandaskan hukum, akan hasilnya berserah kepada Firman."

  34. Meng Zi berkata, "Kalau hendak memberi nasihat kepada seorang pembesar, harus dapat memandang ringan kepadanya, jangan memandang kebesaran atau kementerengannya."

    "Istana yang bagus dengan tembok yang tinggi dan tiang-tiangnya yang besar, kalau citaku berhasil, bukan itu yang kuharapkan. Makanan yang tersaji di atas meja sampai beberapa Ren, pelayanan oleh dayang-dayang yang ratusan jumlahnya; kalau citaku berhasil, bukan itu yang kuharapkan. Dapat bersenang-senang, minum arak atau berburu diantar dengan ribuan kereta; kalau citaku berhasil, bukan itu yang kuharapkan. Kalau semua yang dibanggakan itu bukan yang kuharapkan dan yang ada pada diriku ialah ajaran-ajaran orang-orang zaman dahulu itu, mengapa aku mesti merasa takut kepadanya?"

  35. Meng Zi berkata, "Untuk memelihara hati, tiada yang lebih baik daripada mengurangi keinginan. Kalau orang dapat mengurangi keinginan, meskipun ada kalanya tidak dapat menahannya, niscaya tiada seberapa. Kalau orang banyak keinginan-keinginannya, meskipun ada kalanya ia dapat menahannya, niscaya tiada seberapa."

  36. Dahulu Zeng Xi suka makan kurma kambing. Kemudian, Zeng Zi tidak sampai hati makan kurma kambing. Gong Sun Chou bertanya, "Lebih enak manakah, daging cacah panggang dengan kurma kambing?" Meng Zi menjawab, "Lebih enak daging cacah panggang." Gong Sun Chou berkata, "Nah, kalau begitu mengapa Zeng Zi mau makan daging cacah panggang dan tidak mau makan kurma kambing." "Daging cacah panggang itu semua orang suka memakannya, tetapi akan kurma kambing hanya dia menyukainya. Hal ini seperti orang tidak berani memakai nama orang tuanya tetapi memakai nama marganya. Ini karena nama marga itu dipakai semuanya, sedang nama orang tua itu hanya perseorangan."

  37. Wan Zhang bertanya, "Ketika Kong Zi di Negeri Chen, bersabda, 'Marilah pulang! Murid-muridku di Negeri Lu masih banyak yang bercita-cita tinggi dan berkemauan besar; mereka maju tetapi masih belum dapat meninggalkan kebiasaan-kebiasaan mereka.' Ketika itu Kong Zi di Negeri Chen, mengapa memikirkan Siswa-siswa yang bercita-cita tinggi di Negeru Lu?"

    Meng Zi menjawab, "Ketika itu Kong Zi belum mendapatkan orang yang benar-benar dapat tepat di dalam Jalan Suci, maka memikirkan kepada mereka yang bercita-cita tinggi dan berhati-hati. Yang bercita-cita tinggi akan berusaha maju dan yang berhati-hati tahu apa yang tidak boleh dilakukan. Kong Zi bukannya tidak inginkan murid yang bisa tepat di dalam Jalan Suci, tetapi karena tidak mendapatkannya, maka dicari yang tingkat ke dua."

    "Memberanikan bertanya, bagaimana orang yang bercita-cita tinggi itu?" "Yaitu yang seperti Qin Zhang, Zeng Xi, dan Mu Pi. Merekalah yang dinamakan bercita-cita tinggi oleh Kong Zi."

    "Mengapa dinamakan yang bercita-cita tinggi?"

    "Sebab cita-cita maupun kata-katanya sangat tinggi. Sering mereka berkata, 'Demikianlah orang zaman dahulu. Demikianlah orang zaman dahulu.' Tetapi kalau ditilik perbuatannya, ternyata belum sesuai dengan perkataannya."

    "Kalau tidak bisa mendapatkan orang yang bercita-cita tinggi beliaupun mau mendapatkan Siswa yang tidak suka melakukan hal-hal yang tidak bersih. Demikianlah orang yang berhati-hati itu dan tingkat ke dua, kalau dibandingkan tadi."

    "Kong Zi berkata, 'Mereka yang melewati Gerbangku tetapi tidak mau masuk Ruang Rumahku, aku tidak menyesalinya. Mereka ialah orang yang hanya pandai menarik perhatian untuk mendapat pujian di kampung halamannya. Orang yang pandai menarik perhatian untuk mendapat pujian di kampung halamannya itu sesungguhnya pencuri Kebajikan.'"

    "Bagaimana hal orang yang hanya pandai menarik perhatian untuk mendapat pujian di kampung halamannya itu?"

    "Mereka hanya pandai mencela orang-orang yang kata-katanya tinggi dengan berkata, 'Kata-katanya tidak sesuai dengan perbuatannya, perbuatannya tidak sesuai dengan kata-katanya, dan hanya bisa berkata: Demikianlah orang zaman dahulu! Demikianlah orang zaman dahulu!' Dan kepada orang yang bersikap hati-hati, mereka berkata, 'Mengapa mereka bersikap begitu diam dan dingin? Hidup dalam zaman ini, berbuatlah menurut zaman. Bukankah itu terbaik?' Demikianlah sikapnya seperti budak-budak istana; merekalah yang dinamai orang yang hanya pandai menarik perhatian untuk mendapat pujian di kampung halamannya." Wan Zhang bertanya, "Orang-orang sekampung menganggap perbuatan mereka cocok, mengapa Kong Zi menamakan mereka pencuri Kebajikan?"

    "Kalau hendak disalahkan, tidak ada yang dapat disalahkan. Kalau hendak dicela, tidak ada yang dapat dicela. Mereka mengikuti adat yang ada dan bersikap seolah-olah Setia dan Dapat Dipercaya, dapat berbuat seperti suci dan bersih sehingga umum suka kepadanya. Mereka menganggap dirinyalah paling betul dan tidak mau menerima Jalan Suci Yao dan Shun. Maka dinamai pencuri Kebajikan."

    "Kong Zi bersabda, 'Aku benci hal-hal yang mirip tetapi palsu. Aku benci akan rumput perusak yang dapat mengacaukan tunas yang baik. Aku benci akan kata-kata muslihat yang dapat mengacaukan Kebenaran. Aku benci akan mulut yang tajam dapat mengacaukan sikap Dapat Dipercaya. Aku benci akan musik Negeri Zheng yang dapat mengacaukan musik yang baik. Aku benci akan warna ungu yang dapat mengacaukan warna merah. Dan Aku benci akan orang yang hanya pandai menarik perhatian untuk mendapat pujian di kampung halamannya.'"

    "Seorang Jun Zi harus mencari kembali aturan-aturan yang benar. Kalau aturan-aturan yang benar itu sudah dapat diluruskan kembali, rakyat niscaya dapat sadar. Setelah demikian maka segala hal yang menyimpang tadi akan hilang dengan sendirinya."

  38. Meng Zi berkata, "Dari Yao dan Shun sampai Cheng Tang kira-kira lima ratus tahun lamanya. Orang-orang seperti Yu dan Gao Yao masih dapat langsung mengenalnya, tetapi Cheng Tang mengenalnya hanya karena mendengar."

    "Dari Cheng Tang sampai Raja Wen kira-kira lima ratus tahun lamanya. Orang-orang seperti Yi Yin dan Lai Zhu masih dapat langsung mengenalnya, tetapi Raja Wen mengenalnya hanya karena mendengar."

    "Dari Raja Wen sampai Kong Zi juga kira-kira lima ratus tahun lamanya. Orang-orang seperti Tai Gong Wang dan San Yi Sheng masih dapat langsung mengenalnya, tetapi Kong Zi mengenalnya karena mendengar."

    "Dari Kong Zi sampai sekarang, baru kira-kira seratus tahun. Kalau dilihat jarak Nabi meninggalkan kita, belum terlalu jauh dan kediaman Nabi juga dekat saja, bahkan sangat dekat. Mengapa tiada yang meneruskan Ajarannya? Benarkah tiada yang meneruskan Ajarannya?"