Shu Jing XVII
Bersama Miliki Kebajikan Yang Esa Murni
Nabi Yi-Yin telah mengembalikan pemerintahan kepada yang berdaulat (Raja Tai Jia), dan akan melapor untuk pulang (ke kampung halaman), lalu menyampaikan nasihat tentang kebajikan.
Sabdanya, “Wu hu! Sungguh sukar untuk patuh kepada Tian Tuhan Yang Maha Esa; ----- FirmanNya tidak dikaruniakan selamanya. Itu akan lestari bila di dalam kebajikan, sehingga terlindung kedudukan itu. Bila kebajikan itu tidak lestari, kesembilan wilayah itupun akan musnah.
“Raja dinasti Xia itu tidak mampu melestarikan kebajikan yang wajar itu, bahkan lalai kepada Tuhan Yang Maha Rokh dan menindas rakyat. Huang Tian Tuhan Yang Maha Esa Maha Besar tidak melindunginya lagi. Maka diperiksa berlaksa daerah, dicari orang yang diperkenan menerima firman; dicari dia yang esa kebajikannya, yang patut sebagai tuan altar para rokh. Adalah aku dan Tang (kakek raja Tai Jia pendiri dinasti Shang), bersama memiliki kebajikan yang esa, sungguh berkenan di hati Tian. Dia menerima firman Tian yang gemilang itu, dan menjadi pemimpin kesembilan wilayah, dan mengubah bulan pertama penanggalan dinasti Xia (melakukan revolusi terhadap dinasti Xia).
“Hal itu bukan karena Tian memihak kepada kita yang memiliki dinasti Shang ini, hanya Tian melindungi kebajikan yang Esa. Bukanlah dinasti Shang mencari rakyat di bawah itu, hanya rakyatlah yang berpulang kepada kebajikan yang esa itu
“Bila kebajikan itu esa, tiap gerak tiada yang tidak membawa karunia; sebaliknya bila kebajikan itu mendua,meniga, tiap gerak tiada yang tidak membawa malang. Karunia malang itu bukan berkait kepada orang, hanya Tian menurunkan bencana atau bahagia itu berdasar kebajikan.
“Kini, dikau raja pewaris, baharu saja menyandang firman mulia itu; ----- baharukan selalu kebajikan itu. Dari awal sampai akhir perhatikanlah hal yang satu ini, sehingga tiap hari baharu.
“Angkatlah pada departemen-departemenmu orang-orang yang mampu bajik dan bijak, sehingga di kanan-kirimu adalah orang yang demikian. Para menteri dalam hubungan dengan atasan harus berlandaskan kebajikan, dan dalam hubungan dengan bawahan wajib demi kebaikan rakyat. Betapa sulitnya itu, betapa perlu hati-hati. Jagalah keharmonisan, jagalah keesaan itu.
“Kebaikan itu tiada guru ditetapkannya; ----- mengutamakan kebaikan itulah gurunya. Kebaikan itu tiada bentuknya yang tetap; ----- hanya didapat pada yang menyatu dengan yang esa itu.
“Itulah yang akan menjadikan berlaksa marga bersama berseru, ‘Betapa agung titah baginda!’, dan juga, ‘Betapa esa hati baginda!’ Ini akan sangat berguna untuk menjaga kelestarian kemuliaan yang telah dibangun baginda yang telah mendahulu itu, dan lestari menjaga kesejahteraan rakyat banyak.
“Wu hu! Lestarinya kuil leluhur sampai tujuh generasi, itulah boleh menjadi saksi pemeritahan.
“Raja tanpa rakyat tiada yang diperintah, rakyat tanpa raja tiada yang dilayani. Jangan menganggap diri besar dan meremehkan orang lain. Bila orang kebanyakan, laki-laki maupun perempuan, tiada kesempatan memacu dan mengembangkan diri, tuan dari rakyat itu tiada pembantu yang tepat untuk menyempurnakan karyanya.”