logo

Li Jing XXIII

Ji Fa

  1. Hukum sembahyang menyebutkan, (Raja Suci Shun), dari kaum You Yu itu, pada waktu melakukan sembahyang besar kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atau Di (yang dilakukan raja tiap lima tahun sekali), baginda Huang Di diberi tempat terhormat untuk turut dihormati; dan di dalam upacara sembahyang besar kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Jiao (yang dilakukan raja tiap hari Dong Zhi), baginda Ku turut dihormati; baginda Zhuan Xu juga dihormati sebagai leluhur kerajaan; dan, baginda Yao dihormati sebagai pendahulu yang dimuliakan. Raja-raja dinasti Xia (2205 s.M – 1766 s.M) pada waktu melakukan sembahyang besar Di, juga memberi tempat terhormat untuk turut dihormati kepada baginda Huang Di; dan di dalam upacara sembahyang besar Jiao, Guan (ayah Yu Agung) turut dihormati; baginda Zhuan Xu dihormati sebagai leluhur kerajaan; dan baginda Yu dihormati sebagai pendahulu yang dimuliakan. Orang-orang dinasti Yin (Sang : 1766 s.M – 1122 s.M), memberi baginda Ku tempat terhormat untuk turut dihormati; dan di dalam upacara sembahyang besar Jiao, Ming (menteri pekerjaan umum yang gugur dalam menanggulangi bencana banjir; salah seorang leluhur dinasti Shang turut dihormati; Xie (menteri pendidikan zaman raja Yao) dihormati sebagai leluhur kerajaan; baginda Cheng Tang dihormati sebagai pendahulu yang dimuliakan. Orang-orang dinasti Zhou (1122 s.M – 255 s.M), pada waktu melakukan upacara sembahyang besar Di, memberi tempat terhormat kepada baginda Ku untuk turut dihormati; dan di dalam upacara sembahyang besar Jiao, Ji (menteri pertanian zaman raja Yao) turut dihormati; baginda Wen dihormati sebagai leluhur kerajaan; dan baginda Wu dihormati sebagai pendahulu yang dimuliakan.

  2. Dengan korban bakaran dengan tumpukan kayu di atas Altar Agung (Tai Tan) dilakukan sembahyang kepada Tian Tuhan Yang Maha Esa; dengan menanam (hewan korban) di dalam gundukan agung (Tai She) dilakukan sembahyang kepada Malaikat Bumi. Semuanya digunakan hewan korban berbulu merah (lembu berwarna merah digunakan khusus pada zaman dinasti Zhou).

    Dengan menanam korban kecil / Shao Lao (kambing dan babi) di altar sembahyang pancaran cahaya terang (Tai Zhao) disambut datangnya musim. Dengan korban yang serupa dilakukan pengucapan doa penolak bala dan doa permohonan di hadapan altar Kan (menghadap bulan) dan Tan (menghadap matahari) untuk sembahyang musim panas dan musim dingin; di istana raja dilakukan sembahyang untuk matahari; pada malam terang dilakukan sembahyang untuk bulan; pada malam gelap diadakan sembahyang untuk bintang-bintang; dan sesuai cuaca diadakan sembahyang untuk masalah bencana banjir dan kekeringan. Di empat penjuru altar Kan maupun Tan, dilakukan sembahyang kepada para malaikat di empat penjuru. Di gunung, hutan, sungai, lembah, bukit, gundukan, yang dapat mengeluarkan awan, membuat angin dan hujan --- wujud gaib yang nampak disebut malaikat (shen). Dia yang memiliki bawah langit ini berkewajiban melakukan sembahyang di wilayahnya; di tempat yang bukan wilayahnya, mereka tidak melakukan sembahyang itu.

  3. Semua yang hidup di antara langit dan bumi ini, seluruhnya disebut Firman (Ming); kematian berlaksa makhluk itu disebut peleburannya; tetapi bila manusia mati, disebut berada di alam Gui (nyawa). Keyakinan dalam hal ini, kelima dinasti (Yao, Shun, Xia, Shang, dan Zhou) itu tiada perubahan. Ke tujuh dinasti (yaitu kalau ditambah baginda Ku dan Zhuan Xu yang semuanya keturunan baginda Huang Di) membuat perubahan tokoh pendamping dalam upacara sembahyang besar Di, Jiao dan sembahyang leluhur serta pendahulunya; --- dalam hal lain tiada perubahan.

  4. Di bawah langit ini setelah ada raja, lalu di bagian tanah, dibangun negeri-negeri, diserahkan kota besar dan ditegakkan kota kecil (untuk para bangsawan dan kepala-kepala daerah); mereka, membangun Miao leluhurnya, dan disusun perubahan kedudukan tokoh-tokoh yang dihormati; mereka mendirikan altar dan membersihkan tanah lapang sekelilingnya untuk penyelenggaraan upacara sembahyang. Di dalam seluruh penyusunan itu dipertimbangkan dekat jauhnya hubungan keluarga dan banyak sedikitnya tanah yang diterimanya. Maka, raja yang mendirikan tujuh Miao (kuil) beserta altar dan tanah lapang keliling masing-masing. Dinamakan Kao Miao (kuil untuk mendiang orang tuanya), Wang Kao Miao (untuk neneknya), Huang kao Miao (untuk moyangnya), Xian Kao Miao (untuk orang tua moyangnya), dan Zu Kao Miao (untuk nenek moyangnya). Di sana diselenggarakan upacara sembahyang tiap bulan. Di Miao leluhur yang lebih jauh lagi (Yuan Miao), dibangun meja altar untuk meletakkan papan roh penghormatannya; ada dua altar tempat penyimpanan itu, disana dilakukan sembahyang pada acara menyambut musim. Untuk leluhur yang sudah disingkirkan papan roh penghormatannya, dibangun altar beserta lapangan kelilingnya; hanya pada saat acara doa, sembahyang diselenggarakan; bila tiada acara doa, tidak diselenggaraklan upacara sembahyang. Akan hal leluhur yang lebih jauh, --- mereka di alam Gui (nyawa). Para pangeran menegakkan lima miao beserta altar dan tanah lapang keliling masing-masing. Dinamakan: Kao Miao, Wang Kao Miao, dan Huang Kao Miao. Di sana diselenggarakan upacara sembahyang tiap bulan. Untuk Xian Kao Miao dan Zu Kao Miao hanya diselenggarakan upacara sembahyang pada acara menyambut musim. Untuk leluhur yang lebih jauh dibangun altar beserta lapangan kelilingnya; hanya pada saat acara doa, sembahyang diselenggarakan; bila tiada acara doa tidak diselenggarakan sembahyang. Untuk leluhur yang sudah tidak disediakan lapangan untuk upacara, mereka di alam Gui. Para Da Fu (pembesar) menegakkan tiga Miao dan dua altar. Dinamakan Kao Miao, Wang Kao Miao dan Huang Kao Miao. Hanya dilakukan sembahyang pada waktu acara menyambut musim. Untuk nenek moyangnya tidak dibangunkan Miao. Pada waktu ada acara doa, dibangun altar dan diselenggarakan sembahyang. Yang sudah tidak dibangunkan altar, mereka sudah di alam Gui. Para pejabat tinggi mempunyai dua miao dan satu altar, dinamakan Kao Miao dan Wang Kao Miao. Diselenggarakan sembahyang hanya pada acara menyambut musim. Tidak ada Miao untuk moyangnya. Bila ada acara doa, dibangun altar untuk upacara sembahyang. Yang sudah tiada altarnya, mereka di alam Gui. Para kepala jawatan hanya mempunyai satu Miao, yakni : Kao Miao. Tidak ada Miao untuk neneknya, kepada mereka dilakukan sembahyang (di Kao Miao). Leluhur di atas neneknya, mereka di alam Gui. Pegawai biasa dan rakyat jelata tidak mempunyai Miao. Setelah meninggal, mereka di alam Gui (nyawa).

  5. Raja, untuk semua warga, mendirikan satu altar untuk Malaikat Bumi (She), disebut Altar Agung (Da She); untuk dirinya didirikan satu altar untuk Malaikat Bumi (She), disebut Altar Kerajaan (Wang She). Seorang rajamuda, untuk rakyat beratus marga, mendirikan satu altar untuk malaikat bumi, disebut Altar Negeri (Guo She), untuk dirinya didirikan satu altar untuk Malaikat Bumi disebut : Altar Pangeran (Hou She). Seorang pembesar (Da Fu) beserta bawahannya mendirikan satu altar untuk Malaikat Bumi (She) disebut Altar Penyemayaman (Zhi She).

  6. Raja, untuk seluruh marga (rakyat), mendirikan altar untuk tujuh macam persembahyangan (Qi Si), disebut : 1. Si Ming (altar untuk Malaikat Pengawas Firman), 2. Zhong Liu (altar untuk Malaikat Tengah Istana), 3. Gou Men (altar untuk malaikat Gerbang Negara), 4. Guo Xing (altar untuk Malaikat Jalan Negara), 5. Tai Li (altar untuk arwah raja yang mati penasaran karena tiada keturunan), 6. Hu (altar untuk Malaikat Pengawas Pintu), 7. Zao (altar untuk Malaikat Pengawas Dapur). Raja juga mendirikan tujuh altar yang demikian untuk dirinya sendiri. Rajamuda untuk negerinya mendirikan lima altar untuk lima macam persembahyangan (Wu Si) disebut altar untuk Malaikat Pengawas Firman (Si Ming), altar untuk Malaikat Tengah Istana (Zhong Liu), altar untuk Malaikat Gerbang Negara (Gou Men), altar untuk Malaikat Jalan Negara (Guo Xing), dan altar untuk arwah pangeran yang mati penasaran karena tiada keturunan (Gong Li Zhu Hou). Rajamuda itu juga mendirikan lima altar yang demikian untuk diri sendiri. Pembesar (Da Fu) mendirikan tiga altar untuk tiga macam persembahyangan (San Si) disebut : altar untuk arwah-arwah kaum yang penasaran karena tiada keturunan (Zu Li), altar untuk Malaikat Pengawas Gerbang (Men) dan altar untuk Malaikat Pengawas Jalan (Xing). Para pejabat tinggi (Shi Shi) mendirikan dua altar untuk dua macam persembahyangan, disebut: altar untuk Malaikat Penjaga Gerbang dan altar untuk Malaikat Penjaga Jalanan. Pegawai biasa dan rakyat jelata mendirikan satu altar persembahyangan. Ada yang mendirikan altar untuk Malaikat Pengawas Pintu (Hu) dan ada yang mendirikan altar untuk Malaikat Pengawas Dapur (Zao).

  7. Turun ke bawah, raja mengadakan sembahyang untuk lima macam orang yang mati muda; putera tertua raja mendiang yang berhak (Shi Zi) cucu yang berhak (Shi Shun), cicit yang berhak (Shi Zeng Sun), piut yang berhak (Shi Xian Sun), dan putera piut yang berhak (Shi Lai Sun). Seorang rajamuda ke bawah mengadakan tiga macam sembahyang seperti itu. Seorang pembesar ke bawah mengadakan dua macam sembahyang seperti itu. Dan, para pegawai biasa dan rakyat jelata berhenti dengan sembahyang untuk anak.

  8. Berdasar peraturan para raja suci (Sheng Wang) tentang upacara sembahyang, sembahyang dilakukan kepada orang yang menegakkan hukum bagi rakyat; kepada orang yang gugur menunaikan tugas; kepada orang yang telah berjerih payah membangun kemantapan dan kejayaan Negara; kepada orang yang dengan gagah dan berhasil menghadapi dan mengatasi bencana besar; dan kepada orang yang mampu mencegah terjadinya kejahatan / penyesalan besar. Demikianlah dikisahkan: --- Kaum sari Gunung Li Shan itu memiliki bawah langit karena puteranya yang bernama (Shen Nong (l.k. 3072 s.M) telah menunjukkan betapa membudidaya beratus biji-bijian; Qi, nenek moyang yang menjadi cikal bakal dinasti Zhou; melanjutkan pekerjaan itu. Pada zaman dinasti Xia saat masih lemah, kepadanya dilakukan sembahyang dengan sebutan Hou Ji; seorang putera keturunan Gong Gong (hidup antara zaman Fu Xi dan Shen Nong, demikian disebutkan di dalam kitab Chun Qiu Zuo Chuan) yang menjadi Ba (dictator) atas kesembilan provinsi, puteranya yang bernama Hou Tu mampu menciptakan kedamaian atas kesembilan provinsi, maka kepadanya dilakukan sembahyang yang disebut She (persujudan kepada Malaikat Bumi); baginda Di Gu mampu mendefinisikan semua rasi bintang dan menunjukkan waktunya kepada rakyat banyak, baginda Yao mampu memberi ganjaran (kepada yang pantas), membuat keputusan hukum yang tidak menyebelah dan pada akhirnya benar-benar meyakinkan kebenarannya; baginda Shun sekuat tenaga menangani berbagai masalah dan meninggal di hutan (daerah yang jauh dari ibukota); Guan dihukum buang sampai meninggal dunia karena salah di dalam menanggul banjir, Yu (puteranya) mampu menyelesaikan pekerjaan dan menebus kegagalan ayahnya; baginda Huang Di meluruskan nama-nama beratus benda, dan menjelaskan kepada rakyatnya bagaimana manfaat semuanya itu; baginda Zhuan Xu menggenapkan pekerjaan itu; Xie yang menteri pendidikan / Si Tu) (pada zaman Yaou dan Shun) menyempurnakan peradaban rakyat; Ming (menteri pekerjaan umum) yang sangat sungguh-sungguh mengerjakan tugasnya, mati karena air; baginda Cheng Tang mengatur rakyat dengan mulia/lapang hati dan membebaskan mereka dari kesewenang-wenangan; raja Wen Wang mengatur rakyat dalam damai, dan raja Wu Wang dengan bala tentaranya membebaskan rakyat dari penindasan. Mereka semuanya berbuat kebaikan bagi rakyat. Sebagai kepada matahari dan bulan, kepada bintang dan rasi bintang, rakyat menengadah memandangnya; sementara itu, pegunungan, hutan, sungai, lembah, bukit, gundukan menyediakan bagi rakyat bahan-bahan keperluannya. Kepada yang tidak tergolong ke dalamnya, tidak tercantum di dalam hukum persembahyangan.