Li Jing XXX
Fang Ji
Berdasar apa yang disabdakan Nabi Kongzi dikatakan, “Jalan suci seorang Junzi itu dapat dibandingkan sebuah tanggul, yakni menanggulangi apa-apa yang menjadikan rakyat tidak berkecukupan; dan meskipun menghadapi masalah besar, rakyat tetap dapat mengatasainya. Maka, seorang Junzi membangun Li untuk menanggul kebajikan; diterapkan hukuman untuk memanggul perilaku maksiat dan diungkapkan firman (Tian) untuk menanggul keinginan-keinginan (buruk).”
Nabi bersabda, “Orang rendah budi (Xiao Ren) saat miskin merasa terhimpit; saat kaya cenderung menjadi sombong. Perasaan terhimpit karena kemiskinan, bisa mendorong untuk mencuri; dan kesombongan, bisa mendorong mengacau. Li, menjadikan orang memahami perasaan itu, maka diletakkan di dalamnya ketentuan-ketentuan yang membatasi untuk menjadi tanggul bagi rakyat. Maka para Nabi mengatur bagi mereka yang kaya dan mulia, sehingga rakyat yang kaya itu tidak cukup terdorong menjadi sombong; yang miskin tidak sampai merasa terhimpit; orang yang berkedudukan mulia tidak riang-ria karena berasa di atas. Dengan cara ini, kekacauan akan berangsur hapus.”
Nabi bersabda, “Di bawah langit ini jarang orang yang miskin mampu menemukan kebahagiaan, yang kaya tetap mencintai Li, yang berjumlah banyak tetap tenang dan mencintai kedamaian. Tersurat di dalam kitab sanjak, ‘Banyak orang tamak akan mengacau dan menyukai perilaku yang menimbulkan rasa pahit serta meracuni.’(III.iii.3,11). Maka, diundangkan ketentuan sebuah negeri tidak boleh mempunyai kereta lebih dari seribu buah, tidak ada kota besar mempunyai tembok lebih dari seratus pos jaga (Zhi) dan tidak ada keluarga betapapun kaya, mempunyai kereta lebih dari seratus buah. Peraturan ini bermaksud melindungi / memberi tanggul bagi rakyat; meskipun demikian, beberapa rajamuda melakukan pemberontakan juga.”
Nabi bersabda, “Dengan Li itu, maka apa-apa yang meragukan digelar dan apa-apa yang lembut rahasia dipilahkan agar semuanya boleh menjadi tanggul bagi rakyat. Maka antara yang berkedudukan mulia dan rendah diberi peringkat, pakaian yang dikenakan dibedakan, dibedakan kedudukan istana yang satu dengan yang lain; dan dengan demikian rakyat (mendapatkan pendidikan) untuk bersedia saling mengalah.”
Nabi bersabda, Tidak ada dua matahari di langit, tidak ada dua raja di satu wilayah, tidak ada dua orang kepala dalam keluarga dan tidak ada dua orang junjungan bagi atasan seseorang; ini menunjukkan kepada rakyat betapa ada pemilah antara penguasa dengan menteri atau pembantunya. Di dalam kitab Chun Qiu tidak ada sebutan raja bagi penguasa negeri Chu dan Yue saat pemakamannya (karena penguasa negeri Chu dan Yue itu hanya berperingkat Zi / Count / bangsawan peringkat empat) berdasarkan Li, penguasa suatu negeri, gelarnya tidak dikaitkan dengan Tian dan seorang pembesar, gelarnya tidak dikaitkan dengan Jun (penguasa); ini untuk menjaga agar rakyat tidak bercerai berai. Tersurat di dalam kitab sanjak, perhatikanlah (Burung / ayam jantan itu), malam hari berkokok menyambut datangnya pagi hari’ (sanjak ini tidak ada di dalam Shi Jing). Meski demikian, masih banyak hal-hal yang memprihatinkan.”
Nabi bersabda, “Seorang Junzi (penguasa) tidak mengendarai kereta yang sama dengan orang yang semarga; dan bila bersama dengan orang yang berlain marga, ia mengenakan pakaian yang berbeda warna; --- untuk menunjukkan kepada rakyat agar mereka tidak timbul rasa curiga, ini memberi tanggul kepada rakyat (mengenai kecurigaan). Tetapi rakyat masih juga mendapati peristiwa orang semarga yang membunuh penguasanya.”
Catatan:
Nabi bersabda, “Seorang Junzi menolak keddudukan tinggi tetapi tidak menolak kedudukan rendah; menolak untuk kaya tetapi tidak menolak untuk miskin. Dengan cara ini berbagai kekacaauan akan kian terhapuskan. Maka seorang junzi daripada harus menerima upah lebih dari kemampuannya, lebih baik kemampuannya lebih daripada upahnya.”
Nabi bersabda, “Dalam hal secawan anggur atau semangkuk daging, orang boleh mengalah akan jumlah yang harus diterimanya, tetapi orang-orang biasanya berupaya mendapatkan lebih daripada kenyataan usia. Bila orang telah menggelar tikar di tempat yang ketinggian, orang boleh pindah ke tempat duduk yang lebih rendah; tetapi orang-orang biasanya ingin menempati tempat yang lebih mulia. Dari tempat duduk yang mulia di istana, oleh kerendahan hatinya orang boleh mengalah menduduki tempat yang lebih rendah, tetapi orang-orang biasanya ingin tampil di tempat kedudukan penguasa. Tersurat di dalam kitab sanjak, ‘Tidak baiknya orang-orang ialah saling membuat penyesalan, menerima jabatan tidak mau mengalah, dan akhirnya diri kehilangan semuanya.’ (II.vii.9,4).”
Nabi bersabda, Seorang Junzi memuliakan orang lain dan merendahkan diri sendiri; ia mendahulukan orang lain dan membelakangkan diri sendiri; dengan demikian menjadilkan rakyat mendapatkan bimbingan untuk bersedia mengalah. Maka di dalam menyebut nama penguasa negeri lain, disebut ‘penguasa’. Untuk menyebut nama penguasa negeri sendiri orang menyebutnya “penguasaku yang banyak kekurangan’.”
Nabi bersabda, “Keuntungan dan anugerah yang diberikan kepada orang yang telah mati didahulukan sedangkan kepada yang masih hidup di belakangkan; --- dengan demikian rakyat tidak melakukan tindakan yang bertentangan (dengan yang telah mendahulu) didahulukan perhatian kepada yang terbuang (jauh dari negeri) dan membelakangkan yang masih tinggal atau terpelihara, menjadikan rakyat dapat diberikan kepercayaan (mengemban tugas yang berat). Di dalam kitab sanjak tersurat, “Kenangan kepada baginda yang telah mendahulu, memberikan banyak dorongan bagiku yang banyak kekurangan ini.’ (Shi Jing I.iii.3,4). Bila tanggul yang demikian dibangun bagi rakyat, masihkah mereka akan berbuat yang bertentangan dan meratapi nasibnya, serta tiada tempat melapor?”
Nabi bersabda, “Bila penguasa suatu negeri beserta keluarga-keluarganya memuliakan orang-orang dan memandang kecil masalah pendapatan atau kemuliaan yang diperolehnya, maka rakyat akan bangkit semangat sedia mengalah. Bila dimuliakan kemampuan yang mereka miliki memandang kecil masalah kereta-kereta (yang akan dijadikan hadiah), maka rakyat akan bangkit menunjukkan kemampuan seninya. Maka seorang Junzi mengendalikan kata-katanya, sedangkan seorang rendah budi (Xiao Ren) mendahulukan kata-kata.”
Nabi bersabda, “Bila yang di atas memperhatikan dan mengikuti apa yang dikatakan rakyat, maka rakyat yang di bawah akan menerima amanat seolah pemberian Tian. Bila yang di atas tidak memperhatikan apa yang menjadi kata-kata rakyat, mereka akan melakukan perlawanan. Bila yang di bawah tidak dapat menerima pemberian itu seperti dari Tian, akan timbul kekacauan. Maka, seorang Junzi bersikap dapat dipercaya dan dengan rendah hati mengatur rakyat yang beratus marga itu sehingga mereka menanggapi pengamalan Li itu penuh kesungguhan. Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘ingatlah akan kata-kata rakyat zaman dahulu itu, seperti yang dilakukan para pengumpul rumput dan kayu bakar.’ (Shi Jing III.ii.10,3).
Nabi bersabda, “Tentang kebaikan bila disebutkan nama orang lain, dan tentang kesalahan disebutkan diri sendiri, akan menjadikan rakyat tidak saling berebut. Tentang kebaikan bila disebutkan orang lain, dan tentang kesalahan disebutkan diri sendiri, maka rasa penyesalan akan kian punah. Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘Dikau telah mengkaji dengan batok kura-kura, engkau telah mengkaji dengan batang-batang rumput, hasilnya ternyata tiada keliru.’ (Shi Jing I.v.4,2).”
Nabi bersabda, “Tentang kebaikan bila disebutkan orang lain, dan tentang kesalahan disebutkan diri sendiri, menjadikan rakyat akan saling mengalah tentang kebaikannya. Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘Dilakukan pemeriksaan dan dilakukan pengkajian dengan batok kura-kura. Demikian yang dilakukan oleh baginda saat menentukan letak ibukota Gao Jing. Batok kura-kura meluruskan letaknya dan baginda Wu menyempurnakannya.”(Shi Jing III.i.10,7).
Nabi bersabda, “Bila (seorang menteri) mengungkapkan apa yang baik, menyebut penguasanya dan yang salah menyebut diri sendiri, menjadikan rakyat setia. Di dalam kitab dokumen sejarah (Shu Jing) bagian Jun Chen tersurat, “Bila engkau mempunyai rencana atau nasihat yang baik, masuklah ke istana dan letakkan di hadapan penguasamu; dan selanjutnya bila kamu melakukan perjalanan ke luar negeri sesuai rencana itu, katakan ~ rencana ini atau pandangan ini semuanya adalah oleh kebajikan baginda! ~ O, dengan demikian betapa baik dan mulia kamu!’ (Shu Jing V.xxi.6).”
Nabi bersabda, “Bila (seorang penguasa, sebagai anak) tentang yang baik menyebut orang tuanya dan apa yang salah menyebut dirinya. Ini akan menjadikan rakyat berlaku bakti. Tersurat di dalam Da Shi (maklumat agung), ‘Bila aku dapat menundukkan Shou (Zhou Wang), itu bukanlah karena keperkasaanku tetapi karena baginda Wen ayahku yang bersih dari segala kesalahan. Bila Shou mengalahkanku, itu bukanlah karena kesalahan baginda Wen ayahku itu, tetapi hanya karena aku yang anak kecil ini tidak baik’ (Shu Jing V.IC.6)”
Nabi bersabda, “Seorang Junzi melupakan kesalahan-kesalahan orang tuanya dan memuliakan keindahannya. Disuratkan di dalam kitab Lun Yu, ‘Bila selama tiga tahun tidak mengubah jalan suci orang tuanya, boleh ia disebut seorang anak berbakti.’ (Lun Yu I.11). Tentang raja Gao Zong disuratkan, ‘Tiga tahun lamanya raja Gao Zong (melewatkan masa berkabung) dengan tidak berbicara; ketika ia berbicara, orang-orang menjadi gembira.’ (Shu Jing IV.VIII A.1).”
Nabi bersabda,”Mengikuti perintah (orang tua) tanpa rasa marah, melakukan penentangan dengan cara yang lembut dan tidak merasa lelah; meskipun harus berjerih payah, tidak menggerutu atau menyesali; itu boleh dinamai laku berbakti. Disuratkan di dalam kitab sanjak, ‘Seorang anak berbakti tidak merasa payah.’ (Shi Jing III.ii.3,5).”
Nabi bersabda, “Membina kerukunan dengan seluruh kerabat ayah bunda; boleh dinamai berbakti. Maka seorang Junzi menjadikan rukun dan memadukan kaum. Di dalam kitab sanjak tersurat,’Kakak dan adik yang baik akan lestari mampu menggelar banyak kemurahan hati; kakak adik yang tidak baik hubungannya akan dipenuhi banyak masalah.’ (Shi Jing II.vii.9,3).”
Nabi bersabda, “(Seorang anak) boleh mengendarai kereta kawan akrab ayahnya tetapi ia tidak boleh mengenakan jubahnya. Dengan demikian seorang Junzi meluaskan kewajiban baktinya.”
Nabi bersabda, Biar seorang rendah budi, juga dapat merawat orang tuanya. Seorang Junzi bila tidak ada rasa hormat, apa yang membedakannya?”
Nabi bersabda,”Ayah dan anak tidak memangku jabatan yang seperingkat; --- untuk menebalkan rasa hormat (kepada ayah). Disuratkan di dalam kitab Shu Jing, ‘Pemegang kedaulatan bila tidak pantas sebagai pemegang kedaulatan, itu akan menodakan leluhur.’ (Shu Jing IV.V A.i.3).”
Nabi bersabda, “Dihadapan orang tuanya (seorang anak) tidak menyebut dirinya ‘tua’; ia berbicara tentang laku bakti, tidak berbicara bagaimana harus mengasihi anak; memasuki pintu ruang puteri, ia boleh bergurau tidak boleh mengeluh. Dengan demikian Junzi membangun tanggul bagi rakyat (dari tindak jahat); meski demikian, rakyat masih juga memandang ringan laku bakti dan masih lebih tebal rasa kasihnya terhadap anaknya.”
Nabi bersabda, “Bila orang-orang menjadi pemimpin rakyat menunjukkan sikap rendah hati dan hormat kepada yang tua, rakyat akan menjadi berbakti.”
Nabi bersabda, “Adanya Shi (pemeran mendiang) dalam upacara sembahyang dan adanya orang yang menjadi pemimpin dalam upacara di Zong Miao (kuil leluhur), adalah bermaksud menunjukkan kepada rakyat bagaimana mereka wajib mengabdi/melayani (leluhur). Memugar Zong Miao dan penampilan yang menunjukkan rasa hormat dalam upacara sembahyang bermaksud menunjukkan kepada rakyat bagaimana wajib mengenang yang telah mendahulu dengan semangat bakti. Semuanya ini adalah untuk membangun tanggul bagi rakyat (dari tindak jahat) dan meski demikian, dan masih juga rakyat cenderung melupakan orang tuanya.”
Nabi bersabda, “Untuk menunjukkan rasa hormat (kepada tamu), maka digunakan barang-barang peralatan sembahyang. Maka seorang Junzi tidak karena miskin lauk pauk (untuk sajian) lalu mengabaikan Li, juga tidak karena indah dan megahnya segala sesuatu lalu menghapuskan Li. Maka, menurut Li di dalam suatu jamuan makan, bila tuan rumah langsung memberi sesuatu kepada tamu, tamu itu lalu melakukan sembahyang; bila tuan rumah tidak langsung memberikan, tamu itu tidak melakukan sembahyang. Maka seorang Junzi bila sesuatu tidak dilakukan sesuai Li betapapun indah barang itu, tidak dimakan. Di dalam kitab Yi Jing tersurat, “tetangga di timur menyembelih lembu untuk (korban sembahyang); (tetapi kalah beruntung) tidak seperti tetangga di barat yang melakukan sembahyang Yue (sembahyang musim semi dinasti Xia atau sembahyang musim panas dinasti Zhou) yang sungguh menerima berkah kebahagaiaan.’ (Yi Jing Heksagram 63 Kalam Garis kelima). Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘Telah kau puaskan kami dengan anggurmu, telah kau kenyangkan kami dengan kebajikanmu.’ (Shi Jing III.iii.3,1). Meski demikian rakyat diberi petunjuk, masih juga rakyat berebut keuntungan dan melupakan kebenaran.”
Nabi bersabda, ”Dilakukan tujuh hari puasa (Jie) dan tiga hari berjaga (Zhai) untuk meluruskan batin; itulah yang harus dilakukan seorang Shi (pemeran mendiang) dan orang yang melewatinya harus melangkah cepat-cepat: --- semuanya untuk mengajarkan bagaimana wajib ada rasa hormat (kepada yang telah mendiang). Anggur manis ada di dalam kamar (tempat Shi/pemeranan itu); anggur merah di ruangan (pendapa); dan anggur putih di bawah teras; --- semuanya itu mengajarkan agar orang tidak serakah. Seorang Shi / pemeran mendiang minum tiga kali, seluruh tamu masing-masing minum satu kali: --- inti untuk menunjukkan kepada rakyat memahami adanya yang berkedudukan di atas dan yang di bawah. Orang menggunakan kesempatan jamuan anggur dan daging dalam sembahyang untuk menghimpun sanak keluarga: --- untuk mengajarkan rakyat membangun kerukunan. Dengan demikian yang ada di balai atas melihat apa yang ada di dalam kamar, dan yang ada di bawah teras melihat yang di balai atas. Di dalam kitab sanjak tersurat, segala tata upacara sesuai ketentuan; setiap senyum dan kata dilakukan sesuai yang semestinya.’ (Shi Jing II. Vi.5,3).”
Nabi bersabda, “Di dalam Li menerima tamu, tiap masuk kedalam dilakukan tata cara saling mengalah (antara tuan rumah dengan tamu). Di dalam Li untuk upacara perkabungan, kian jauh kian diulang tata caranya. Memandikan jenazah dilakukan di tengah-tengah pendapa; memasukkan nasi ke mulut jenazah dilakukan di bawah jendela; pengenaan Xiao Lian (pakaian tipis untuk jenazah) dilakukan di ruang dalam pintu; pengenaan Da Lian (pakaian besar) dilakukan di puncak tangga timur; penyemayaman ke dalam peti mati dilakukan di ruang tamu; upacara sembahyang pemberangkatan dilakukan di pelataran; dan upacara pemakaman dilakukan di makam: --- semuanya itu bermaksud untuk menunjukkan bagaimana semuanya itu menjadi jauh. Pada zaman dinasti Yin (Shang), orang melakukan kunjungan bela sungkawa di makam. Pada zaman dinasti Zhou, orang melakukan kunjungan bela sungkawa di rumah: --- ini bermaksud menunjukkan kepada rakyat agar tidak melupakan apa yang telah menjadi kebiasaan kepada rakyat agar tidak melupakan apa yang telah menjadi kebiasaan.”
Nabi bersabda, kematian itu berkait dengan urusan akhir yang harus dilakukan rakyat (kepada yang meninggal dunia). Aku mengikuti dinasti Zhou. Semuanya itu bermaksud membangun tanggul bagi rakyat (agar tidak berbuat salah). Di antara para Zhu Hou (raja muda) masih juga ada yang tidak menghadiri acara pemakaman pangeran yang lain.”
Nabi bersabda, Naik ke pendapa lewat tangga untuk tamu, dan penerimaan kunjungan bela sungkawa dilaksanakan di tempat tamu, ini juga mengajarkan kepada rakyat bagaimana dengan semangat bakti melaksanakan kewajiban kepada yang telah jauh (mendiang). “Sebelum upacara perkabungan usai (putera pewaris) tidak menyebut dirinya ‘penguasa’: --- ini untuk menunjukkan kepada rakyat agar tidak saling berebut (Antara orang tua dan anak). Maka di dalam kitab Chun Qiu negeri Lu, mencatat peristiwa kematian di negeri Jin dikatakan, ”(Li Ke) membunuh Xi Qi (putera penguasanya) dan penguasa yang menggantikannya ialah Zhuo-zi (adik tiri Xi Qi): --- catatan ini untuk membangun tanggul bagi rakyat tidak melakukan perbuatan (semacam itu). Kenyataaannya masih ada juga anak-anak yang membunuh orang tuanya.”
Nabi bersabda, “Laku bakti mendorong orang melakukan pengabdian pada penguasanya, dan laku rendah hati (mencintai saudara) mendorong orang mengabdi kepada yang lebih tua: --- ini untuk menunjukkan kepada rakyat agar mereka tidak mendua hati. Karena itu seorang Junzi selama penguasanya masih hidup tidak berencana memangku jabatan (di negeri lain). Hanya pada hari dilakukan pengkajian dengan batok kura-kura, disebutkan pengertian adanya dua penguasa.” Perkabungan untuk seorang ayah dilakukan selama Tiga tahun, perkabungan untuk penguasanya juga tiga tahun: --- ini untuk menunjukkan kepada rakyat agar mereka tidak ragu (tentang) kewajiban mereka terhadap penguasanya). “Saat ayah bunda masih hidup, seorang anak tidak berani menganggap sesuatu menjadi milik pribadinya dan tidak berani menganggap harta kekayaan hanya untuk pribadinya: --- ini untuk menunjukkan hubungan antara atasan dan bawahan. Maka kepada seorang Tianzi di empat penjuru lautan tidak ada Li sebagai tamu baginya, juga tidak ada orang yang berani berlaku sebagai tuan rumah. Maka, seorang penguasa saat berkunjung ke kediaman menterinya ia naik lewat tangga (tuan rumah) yang terletak di timur dan mengambil tempat (yang paling terhormat di pendapa itu: --- ini untuk menunjukkan kepada rakyat agar mereka tidak berani menganggap kediamannya sebagai rumah sendiri. “Saat ayah bunda seseorang masih hidup, pemberian kepada seorang anak tidak diluaskan sampai berupa kereta dan kuda-kudanya: --- ini untuk menunjukkan kepada rakyat agar mereka tidak berani memonopoli (penghormatan) apapun. “Dengan cara ini dibangun tanggul bagi rakyat agar tidak melewati batas, tetapi masih juga ada orang-orang yang melupakan orang tua dan mendua terhadap penguasanya.”
Nabi bersabda, Penyelenggaraan Li didahului dengan pemberian kain sutera: --- ini menginginkan agar rakyat mendahulukan pengabdian dan membelakangkan upah. Mendahulukan harta dan membelakangkan Li menjadikan rakyat hanya mengejar keuntungan. Bila hanya menuruti perasaan tanpa menjaga kerendahan hati, itu akan menjadikan rakyat berebut. Maka seorang Junzi bila suatu hadiah diantarkan kepadanya, jika tidak melihat siapa yang memberikan ia tidak memandang hadiah pemberian itu. Di dalam kitab Yi Jing tersurat, ‘Menuai tanpa meluku, menikmati tanpa menyiangi, nahas.’ (Yi Jing Heksagram 25 Kalam : baris kedua; --- kalimat terakhir berbeda dengan yang tersurat dalam Yi Jing). Dengan cara ini dibangun tanggul untuk rakyat demi menjaga batinnya, tetapi masih juga banyak rakyat yang hanya memuliakan upah (kedudukan) dan meremehkan perilakunya.”
Nabi bersabda, “Seorang Junzi tidak mengambil habis-habis keuntungan sehingga tidak menyisakan untuk rakyat. Di dalam kitab Sanjak tersurat.’Ada yang dibiarkan tertinggal di tanah, dan ada bulir-bulir disana-sini yang tidak disentuh; --- untuk menjadi keuntungan para janda.’ (Shi Jing II.vi.8,3). Maka seorang Junzi di dalam kedudukannya (dan menikmati upah), ia tidak merangkap dengan bercocok tanam; bila berburu, ia tidak menangkap ikan: ia makan hasil musim itu dan tidak memacu tenaga untuk mengejar kenikmatan; bila menjadi pembesar (Da Fu), ia tidak duduk beralas kulit kambing; jika hanya pejabat biasa, ia tidak duduk beralas kulit anjing. Tersurat di dalam kitab sanjak, “Memetik lada, memetik melon, jangan merusak batang di bawah. Bila nama baik yang berkebajikan tidak dilanggar, aku akan bersamamu sampai mati.’ (Shi Jing I.iii.10,1). Dengan cara ini dibangun tanggul untuk menjaga agar rakyat tidak melupakan kebenaran dan berebut keuntungan yang akan memusnahkan dirinya.”
Nabi bersabda, “Adapun Li itu menjadi tanggul rakyat dari laku maksiat. Memaparkan dengan jelas bagi rakyat apa yang wajib dipilahkan (antara laki-laki dan perempuan), sehingga tidak ada kesempatan untuk saling curiga dan hubungan kehidupan rakyat menjadi jelas batas-batasnya. Maka antara laki-laki dan perempuan, tanpa telangkai tidak berjalin hubungan; tanpa mahar, tidak saling bertemu, ini karena dikhawatirkan antara laki-laki dan perempuan tiada pemilahannya. Dengan cara ini dibangun tanggul untuk rakyat, meski demikian masih ada juga yang mempersembahkan diri. Tersurat di dalam kitab sanjak, ‘Bagaimana mengapak sebuah kapak? Tanpa kapak lain tidak dapat terjadi. Bagaimana mengambil seorang istri? Tanpa seorang telangkai, tidak boleh didapatkan. Bagaimana bertanam rami? Lahan wajib diberi garis melajur dan melintang. Bagaimana mengambil seorang istri? Wajib memberitahu ayah dan bunda.’ (Shi Jing I.viii.6,3-4).”
Nabi bersabda, “Mengambil seorang istri tidak mengambil yang sama marga: --- untuk menunjukkan lebih dalam betapa wajib dipilahkan (antara suami dan istri). Maka, bila membeli seorang pembantu dan tidak mengerti marganya, perlu dikaji dengan batok kura-kura. Dengan cara ini dibangun tanggul bagi rakyat (dari perbuatan yang salah); meskipun demikian di dalam kitab Chun Qiu negeri Lu masih ada nama marga istri yang disingkirkan (istri pangeran Lu Zhao Gong) yang hanya dikatakan berasal dari negeri Wu dan dicatat ketika meninggal dunia: ‘(Wu) Ming zi meninggal dunia.’”
Nabi bersabda, “Berdasarkan Li, bila tidak pada upacara sembahyang, antara laki-laki dan perempuan tidak saling memberikan piala (anggur). Dengan cara ini dibangun tanggul bagi rakyat (terhadap jalinan bebas); meski demikian, pangeran (Marquis) Yang Hou membunuh pangeran Mu Hou dan mencuri / membawa lari istrinya. Karena itu, Li menghadirkan istri pada acara jamuan besar ditiadakan.”
Nabi bersabda, “Dengan anak laki-laki seorang janda, orang tidak diwajibkan menemuinya: ini nampak menghambat persahabatan, tetapi seorang Junzi menjauhkan jalinan yang demikian ini untuk menjauhkan kecurigaan. Maka di dalam jalinan persahabatan bila tuan rumah tidak ada, pengunjung, bila bukan karena urusan besar, tidak memasuki gerbang. Ini untuk membangun tanggul bagi rakyat (dari segala perilaku yang buruk); meski demikian kenyatannya masih ada orang yang lebih mengutamakan kecantikan daripada kebajikan.”
Nabi bersabda, “Mencintai kebajikan hendaknya seperti mencintai keelokan. Para rajamuda hendaknya jangan menjadi penjaring kecantikan. Maka seorang Junzi menjauhi masalah kecantikan agar mampu membangun tanggul bagi rakyat. Maka antara laki-laki dan perempuan di dalam memberi dan menerima tidak diserahkan langsung; saat naik kereta bersama istri, seorang suami memajukan tangan kirinya. Bila seorang bibi, kakak perempuan atau adik perempuan atau anak perempuan yang sudah menikah dan kembali (ke rumah ayahnya), tidak ada laki-laki yang boleh duduk setikar dengannya; seorang janda tidak menangis pada malam hari; bila ada seorang istri sakit, di dalam menanyakannya tidak menanyakan tentang sakitnya: dengan cara ini dibangun tanggul untuk rakyat (agar tidak ada jalinan yang tidak pantas); kenyataannya ada juga orang yang berbuat maksiat, mengacaukan dan mengeruhkan suasana kaum.”
Nabi bersabda,”Berdasarkan Li, calon menantu wajib secara pribadi menjemput calon mempelainya. Setelah ia dikenalkan kepada ayah bundanya, mereka membawa calon mempelai puteri itu maju dan menyerahkan kepadanya: hal ini karena dikhawatirkan ada yang tidak benar. Dengan cara ini dibangun tanggul bagi rakyat agar memberi kemudahan; tetapi, ternyata masih juga ada calon istri yang tidak mau mengikuti (calon suaminya).”