Li Jing XXXI
Zhong Yong
Firman Tian/Tuhan Yang Maha Esa (Tian Ming) itulah dinamai Watak Sejati (Xing). Hidup mengikuti Watak Sejati itulah dinamai menempuh jalan suci (Dao). Bimbingan untuk menempuh jalan suci itulah dinamai Agama (Jiao).
Jalan suci itu tidak boleh terpisah biar sekejap pun. Yang boleh terpisah, itu bukan jalan suci.
Maka Seorang Junzi hati-hati teliti kepada dia yang tidak kelihatan, Khawatir takut kepada dia yang tidak terdengar.
Tiada yang lebih nampak daripada yang tersembunyi itu, tiada yang lebih jelas daripada yang terlembut itu. Maka seorang Junzi hati-hati pada waktu seorang diri.
Gembira, marah, sedih, senang (Xi, Nu, Ai, Le), sebelum timbul dinamai Tengah (Zhong); setelah timbul tetapi masih tetap di dalam batas tengah (Zhong Jie), dinamai harmonis (He), Tengah itulah pokok besar daripada dunia dan keharmonisan itulah cara menempuh jalan suci di dunia.
Bila dapat terselenggara Tengah dan harmonis, maka kesejahteraan akan meliputi langit dan bumi, segenap makhluk dan benda akan terpelihara.
Zhong Ni bersabda,”Seorang Junzi hidup di dalam tengah sempurna (Zhong Yong); seorang rendah budi hidup menentang tengah sempurna.” “Tengah sempurnanya seorang Junzi ialah karena sepanjang waktu ia bersikap tengah. Seorang rendah budi menentang tengah sempurna, karena seorang rendah budi tiada sesuatu yang diseganinya.”
Nabi bersabda, “Sungguh sempurna hidup di dalam tengah sempurna; sayang sudah lama jarang di antara rakyat yang dapat melaksanakannya!”
Nabi bersabda, “Adapun sebabnya jalan suci itu tidak terlaksana, Aku sudah mengetahui: Yang pandai melampaui dan yang bodoh tidak dapat mencapai. Adapun jalan suci itu tidak dapat disadari jelas-jelas, Aku sudah mengetahui: yang bijaksana melampaui, sedang yang tidak tahu tidak dapat mencapai.”
Nabi bersabda, “O, demikianlah sebabnya mengapa jalan suci (Dao) itu tidak dapat dilaksanakan!”
Nabi bersabda, Adapun yang menyebabkan Raja Shun itu besar bijaksananya ialah: ia suka bertanya dan meneliti kata-kata yang sederhana sekalipun. Yang buruk disembunyikan dan yang baik diluaskan. Dengan mengambil kedua ujung tiap perkara dan menetapkan tengahnya, ia mengatur rakyat. Demikianlah sebabnya ia terkenal sebagai raja Shun.”
Nabi bersabda, “Banyak orang berkata ‘aku pandai’, tetapi jika dihalau ke jaring, pikatan atau perangkap, mereka tidak dapat mengetahui bagaimana harus membebaskan diri. Banyak orang berkata ‘aku pandai’, tetapi jika suatu ketika bertekad hendak hidup di dalam tengah sempurna, ternyata tidak dapat mempertahankan sekalipun hanya sebulan.”
Nabi bersabda, “Demikianlah Hui bersikap sebagai manusia; setelah dipilih hidup di dalam tengah sempurna dan mendapatkan satu yang baik itu, didekaplah erat-erat di dada seolah-olah takut kehilangan pula.”
Nabi bersabda, “Negara-negara di dunia dapat dibagi-bagi, kedudukan tinggi dan gaji besar dapat ditolak, mata senjata tajam dapat diinjak-injak, namun hidup di dalam tengah sempurna belum tentu dapat dilaksanakan.”
Zi lu bertanya hal keperwiraan.
Nabi bersabda, “Keperwiraan daerah selatankah, keperwiraan daerah utarakah, atau keperwiraan sejati?
“Dengan lemah lembut mendidik sesama, tidak membalas perbuatan yang ingkar jalan suci, itulah keperwiraan dari selatan yang juga dipegang teguh oleh seorang Junzi.
“Rebah dengan tetep mengenakan pakaian perang dan senjata, mati dengan tidak menaruh sesal; itulah keperwiraan dari utara yang juga dipegang teguh oleh seorang yang gagah berani.
“Maka Seorang Junzi bersikap harmonis (He), tidak melanda; betapa perwira ia! Bersikap tengah dalam pendirian dan tidak goyah, betapa perwira ia! Negara dalam jalan suci ia tidak mengubah cita-cita, betapa perwira ia! Negara ingkar dari jalan suci, sekalipun binasa ia tidak berubah sikap, betapa perwira ia!”
Nabi bersabda,”Hidup dalam kerahasiaan dan melakukan perbuatan aneh-aneh agar termasyhur pada zaman mendatang, Aku tidak akan melakukannya.“
Seorang Junzi bertekad hidup di dalam jalan suci, tetapi setengah jalan membatalkan tekadnya; bagiku tidak dapat tidak melanjutkannya.
“Seorang Junzi yang dapat terus di dalam tengah sempurna, sekalipun tidak dikenal dunia, ia tidak menyesal; hanya seorang Nabi (Sheng Ren) mampu berbuat demikian.”
‘Jalan suci seorang Junzi sangat luas guna, dan sangat rahasia hakikatnya.
“Seorang laki-laki atau perempuan bodoh sekalipun masih dapat memahami dengan sempurna. Seorang laki-laki atau perempuan yang sekalipun tidak pandai, masih dapat menjalankannya; tetapi untuk mencapai puncaknya, meskipun seorang nabi takkan dapat menjalankannya dengan sempurna. Segenap hal di antara langit dan bumi yang besar ini, orang masih dapat mencacatnya.
Maka, jalan suci seorang Junzi itu kalau dikatakan besar, tiada benda di dunia ini yang dapat mendukungnya, kalau dikatakan kecil, tiada alat di dunia ini yang dapat memecahnya.
“Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘Elang terbang meninggi langit, ikan menyelam menyusup air,’ Kata-kata ini menunjukkan kenyataan (jalan suci) itu dapat diteliti di atas maupun di bawah. (Shi Jing III.i.5,3)
“Jalan suci seorang Junzi dasarnya terdapat dalam hati tiap laki-laki dan perempuan, dan pada puncaknya meliputi segenap kenyataan yang dapat diteliti dimanapun di antara langit dan bumi.”
Nabi bersabda, “Jalan suci itu tidak jauh dari manusia. Bila orang memaksudkan jalan suci (Dao) itu ialah hal yang menjauhi manusia, itu bukan jalan suci.
Di dalam kitab sanjak tersurat, “Buatlah tangkai kapak dengan kapak, contohnya tidak jauh.’ (Shi Jing I.xv.5,2) Buatlah tangkai kapak dengan kapak. Dengan kapak mengapak tangkai kapak; bila dipandang selintas, nampak jauh juga.
Maka, seorang Junzi dengan kemanusiaan mengatur manusia, dan berhenti hanya setelah dapat memperbaiki kesalahannya.
“Satya dan tepasarira / tahu menimbang (Zhong Shu) itu tidak jauh dari jalan suci. Apa yang tidak diharapkan mengenai diri sendiri, janganlah diberikan kepada orang lain.
“Jalan suci seorang Junzi ada empat yang khawatir belum satu Kulakukan, apa yang kuharapkan dari anakKu, belum dapat Kulakukan terhadap orang tuaKu; apa yang Kuharapkan dari menteriKu, belum dapat kulakukan terhadap rajaKu; apa yang Kuharapkan dari adikKu, belum dapat kulakukan terhadap kakakKu; dan apa yang Kuharapkan dari temanKu, belum dapat kuberikan lebih dahulu.
Di dalam menjalankan kebajikan sempurna (Yong De), di dalam berhati-hati membicarakannya, bila ada kekurangannya aku tidak berani tidak sekuat tenaga mengusahakannya; dan bila ada yang berkelebihan Aku tidak berani menghamburkannya; Maka di dalam berkata-kata selalu ingat akan perbuatan dan di dalam berbuat selalu ingat akan kata-kata.
Bukankah demikian ketulusan hati seorang Junzi?”
Seorang Junzi berbuat sesuai kedudukannya, ia tidak ingin berbuat di luar dari padanya. Dikala kaya dan mulia, ia berbuat sebagai layaknya seorang kaya dan mulia; dikala miskin dan berkedudukan rendah, ia berbuat sebagai layaknya orang miskin dan berkedudukan rendah; dikala berdiam di antara suku Yi dan Di, ia berbuat sebagai layaknya suku Yi dan Di; dikala ia sedih dan menghadapi kesukaran, ia berbuat sebagai layaknya seorang yang sedih dan berkesukaran. Maka seorang Junzi di dalam keadaan bagaimanapun, selalu berhasil menjaga dirinya.
Dikala berkedudukan tinggi ia tidak meremehkan bawahannya dan di dalam kedudukan rendah ia tidak bersikap menjilat kepada atasannya;
Ia hanya meluruskan diri dan tidak mencari-cari kesalahan orang lain. Demikianlah maka ia tidak mempunyai rasa sesal. Ke atas ia tidak menyesali Tian Tuhan YME dan kebawah tidak menyalahkan sesamanya (Shang, Bu Yuan Tian; Xia, Bu You Ren).
Maka seorang Junzi selalu damai menerima firman, sebaliknya seorang rendah budi melakukan perbuatan sesat untuk memuaskan nafsunya.
Nabi bersabda, “Hal memenah itu seperti sikap seorang Junzi. Bila memanahnya meleset dari bulan-bulannya, si pemanah berbalik mencari sebab-sebab kegagalannya di dalam diri sendiri.”
Jalan suci seorang Junzi itu seumpama pergi ke tempat jauh, harus dimulai dari dekat; seumpama mendaki tempat yang tinggi, harus dimulai dari bawah.
Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘Keselarasan hidup bersama anak istri itu laksana alat musik yang ditabuh harmonis. Kerukunan di antara kakak dan adik itu membangun damai dan bahagia. Maka demikianlah hendaknya engkau berbuat di dalam rumah tanggamu; bahagiakanlah istri dan anak-anakmu.” (Shi Jing II.i.7/8)
Nabi bersabda,”Dengan demikian yang menjadi ayah bunda pun akan tenteram hatinya.”
Nabi bersabda, “Sunggguh maha besarlah kebajikan Gui Shen (Tuhan Yang Maha Rokh).” Dilihat tiada Nampak, didengar tiada terdengar, namun tiap wujud tiada yang tanpa dia.
Demikianlah menjadikan semua umat di dunia berpuasa, membersihkan hati dan mengenakan pakaian lengkap (Zhai, Ming, Sheng Fu) sujud bersembahyang kepadaNya. Sungguh Maha Besar Dia, terasakan dia atas dan di kanan kiri kita!
Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘Adapun kenyataan Tuhan Yang Maha Rokh itu tidak boleh diperkirakan, lebih-lebih tidak dapat ditetapkan.” (Shi Jing III.iii.2.7)
Maka sungguh jelas sifatnya yang halus itu, tidak dapat disembunyikan dari iman kita; demikianlah Dia.
Nabi bersabda, “Sungguh besar laku bakti Shun. Kebajikannya sebagai Nabi, keagungannya sebagai raja, kekayaannya meliputi empat samudera, Miao (kuil) leluhurnya tetap dipuja dan terpeliharalah anak cucunya.
"Maka seorang yang mempunyai kebajikan besar niscaya mendapat kedudukan, mendapat berkah, mendapat nama dan mendapat panjang usia.
“Demikianlah Tuhan YME menjadikan segenap wujud, masing-masing dibantu sesuai sifatnya.
“Kepada pohon yang bersemi dibantu tumbuh, sementara kepada yang condong dibantu roboh (Zai Zhe Pei Zhi, Qing Zhe Fu Zhi)
“Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘Betapa mengagumkan dan bahagia seorang Junzi, gemilanglah kebajikannya yang selaras dengan kehendak rakyat dan selaras dengan kemanusiaan. Diterimanya karunia Tuhan (Tian); terlindung Firman yang dikaruniakan kepadanya. Demikianlah selalu diterimanya dari Tuhan’ (Shi Jing III.ii.5, 1). “Maka seorang yang ber-kebajikan besar (Da De) itu niscaya menerima firman.”
Nabi bersabda, “Yang tidak pernah bersedih itu raja Wen, raja Ji sebagai ayahnya dan raja Wu sebagai puteranya. Ayahnya yang meletakkan dasar dan puteranya yang melanjutkan.
“Raja Wu melanjutkan pekerjaan raja Tai, Ji dan Wen. Hanya dengan sekali mengenakan pakaian perang, seluruh dunia menjadi miliknya, tanpa kehilangan keharuman namanya, keagungannya sebagai raja, kekayaannya meliputi empat penjuru lautan, Miao leluhurnya tetap dipuja dan anak-cucunya terpelihara.
“Raja Wu di dalam usia lanjut baharu menerima firman (Anugerah). Pangeran Zhou menyempurnakan kebajikan raja Wen dan Wu dengan memuliakan raja Tai dan Ji dengan gelar ‘raja’ dan menyembahyangi dengan upacara kerajaan kepada leluhurnya. Upacara ini diluaskan sehingga kepada pangeran-pangeran, pembesar-pembesar, para siswa dan rakyat jelata. Ditetapkan peraturan: bagi seorang ayah yang berpangkat pembesar sedang puteranya adalah seorang siswa; maka bila sang ayah meninggal dunia, upacara penguburannya sebagai seorang pembesar, dan upacara sembahyangnya dilakukan sebagai siswa. Sebaliknya, seorang ayah yang hanya seorang siswa dan puteranya seorang pembesar; maka bila sang ayah meninggal dunia, upacara penguburannya sebagai seorang siswa sedang upacara sembahyangnya dilakukan sebagai pembesar. Upacara setahun berkabung (kematian paman) ditetapkan berlaku sampai kepada pembesar, sedang upacara tiga tahun berkabung (kematian orang tua) ditetapkan sampai kepada raja. Demikianlah di dalam upacara berkabung untuk ayah bunda, mulia dan hina hanya satu peraturannya.”
Nabi bersabda, “Sungguh sempurna laku bakti raja Wu dan pangeran Zhou. “Adapun yang dinamai berbakti ialah dapat baik-baik meneruskan pekerjaan mulia manusia / orang tuanya.” “Di dalam sembahyang musim semi dan musim rontok hendaklah dibangun kembali Miao leluhur, diatur rapi barang-barang warisannya, diatur rapi pakaian-pakaiannya dan disajikan makanan sesuai dengan musimnya.
“Di dalam upacara di Miao leluhur, orang-orang yang sama marga (Xing) diatur kiri dan kanan, sehingga dapat dibedakan jauh dekatnya hubungan kekeluargaannya. Orang-orang dari marga lain dibagi menurut tingkat kedudukannya, sehingga dapat dibedakan tinggi rendah kedudukannya. Bagi para petugas diatur menurut tugasnya, sehingga dapat dibedakan kecakapannya. Kemudian hadir saling memberi selamat, dengan pihak yang muda menyampaikan minuman kepada yang lebih tua. Dengan demikian pihak muda mendapat berkah. Apabila upacara itu telah selesai, lalu dibagilah tempat duduk menurut warna rambutnya, sehingga dapat dibedakan tingkat usianya.
“Dengan demikian dapat memberi kedudukan kepada leluhur dan menjalankan upacara. Kemudian ditabuh musik leluhur dan menghormati yang diagungkan oleh leluhur, melayani kepada yang telah mangkat sebagai melayani yang masih hidup, melayani kepada yang sudah tiada sebagai melayani yang masih ada. Demikianlah laku bakti yang sempurna.
“Dengan melakukan upacara sembahyang Jiao dan She, berarti melakukan pengabdian kepada Shang Di, Tuhan Yang Maha Tinggi; dengan melakukan upacara di Miao leluhur berarti memberikan persembahan kepada nenek moyang.
Kalau orang dapat mengerti jelas tata upacara sembahyang Jiao dan She serta makna sembahyang Di dan Chang, maka untuk mengatur negara laksana melihat tapak tangan saja.”
Pangeran Ai bertanya tentang pemerintahan. Nabi bersabda,”Tata negara raja Wen dan Wu termaktub di dalam kitab yang dibuat dari potongan-potongan bambu dan kayu. Kalao orang yang dapat menjalankan masih ada, pemerintahan semacam itu dapat dijalankan. Kalau orangnya sudah tiada, maka pemerintahan demikian akan berakhir pula.
“Adapun jalan suci manusia (Ren Dao) itu menyempurnakan pemerintahan, dan jalan suci bumi (Di Dao) itu ialah menyempurnakan tumbuhnya pohon-pohonan.
“Maka, bila ada orang yang tepat di dalam pemerintahan, urusan pemerintahan itupun akan menjadi mudah laksana tumbuhnya tanaman Pu-lu.
“Maka pemerintahan itu bergantung pada diri pribadinya;
Untuk membina diri itu harus hidup dalam jalan suci dan untuk membina jalan suci itu harus hidup dalam cinta kasih (Ren).
“Cinta kasih itulah kemanusiaan, dan mengasihi orang tua itulah yang terbesar. Kebenaran (Yi) itulah kewajiban hidup, dan memuliakan para bijak itulah yang terbesar. Perbedaan dalam mengasihi orang tua dan pertingkatan dalam memuliakan para bijak itu terjadi oleh adanya tata susila (Li).
“Bila pihak bawah tidak mendapat kepercayaan tingkat atas, simpati rakyatpun tidak didapat dan pemerintahan tidak akan berjalan lancar.
“Maka seorang Junzi tidak boleh tidak membina diri; bila berhasrat membina diri, tidak boleh tidak mengabdi kepada orang tua; bila berhasrat mengabdi kepada orang tua, tidak boleh tidak mengenal manusia; dan bila berhasrat mengenal manusia, tidak boleh tidak mengenal kepada Tian (Tuhan Yang Maha Esa).
“Adapun jalan suci yang harus ditempuh di dunia ini mempunyai lima perkara (Wu Da Dao) dengan tiga pusaka di dalam menjalankannya (San Da De), yakni: hubungan raja dengan menteri, ayah dengan anak, suami dengan istri, kakak dengan adik, dan kawan dengan sahabat: Lima perkara inilah jalan suci yang wajib ditempuh di dunia. Kebijaksanaan, Cinta kasih dan berani: Tiga pusaka inilah yang harus di tempuh di dunia. Maka yang hendak menjalankan haruslah satu tekadnya.
“Ada orang yang sejak lahir sudah bijaksana, ada yang karena belajar lalu bijaksana, dan ada yang karena menanggung sengsara lalu bijaksana; tetapi kebijaksanaan itu satu juga.
“Ada orang yang dengan tenang tenteram dapat menjalani, ada yang karena melihat faedahnya lalu dapat menjalani, dan ada pula yang bersusah payah memaksa diri untuk menjalani. Tetapi hasilnya akan satu juga.”
Nabi bersabda, “Suka belajar itu mendekatkan kita kepada kebijaksanaan (Zhi); dengan sekuat tenaga melaksanakan tugas mendekatkan kita kepada cinta kasih (ren) dan rasa tahu malu mendekatkan kita kepada berani (Yong). “Bila dapat memahami ke tiga pusaka itu niscaya dapat memahami pula bagaimana dapat membina diri; bila telah memahami bagaimana harus membina diri, niscaya dapat memahami pula bagaimana cara mengatur manusia; bila telah memahami bagaimana cara mengatur manusia, niscaya dapat pula memahami bagaimana harus mengatur dunia, negara dan rumah tangga.
“Untuk memimpin dunia, negara dan rumah tangga, ada Sembilan pedoman, yakni: membina diri, memuliakan para bijak, mengasihi orang tua, menghormati menteri-menteri besar, bertepasarira kepada menteri-menteri bawahan, mencintai rakyat sebagai mencintai anak sendiri, mengundang beratus macam ahli, merawankan hati orang-orang yang datang dari tempat jauh dan menimbulkan rasa patuh dari para raja muda.
“Dengan membina diri kita dapat menegakkan jalan suci; dengan memuliakan para bijak, kita dapat menghindarkan kesesatan; dengan mengasihi orang tua dapat menghindarkan sesalan para bapak, kakak dan adik; dengan menghormati menteri-menteri besar, berarti kita memberi keteguhan hati; dengan bertepasarira kepada menteri-menteri bawahan, menyebabkan mereka akan bersungguh-sungguh hati untuk membalas kesusilaan; dengan mencintai rakyat sebagai mencintai anak sendiri, menyebabkan mereka mudah diatur; dengan mengundang beratus macam ahli, kita mencukupkan segenap keperluan; dengan merawankan hati orang yang datang dari tempat jauh, kita menjadikan orang-orang dari empat penjuru datang; dan dengan menimbulkan rasa patuh dari para rajamuda, menjadikan dunia menaruh hormat.
“Dengan berpuasa membersihkan hati, mengenakan pakaian lengkap, tidak melakukan yang tidak susila, kita dapat membina diri. Dengan menyingkirkan kaum penghasut, menjauhi foya-foya, tidak mengutamakan harta dan memuliakan kebajikan, akan dapat menarik para bijak. Dengan memuliakan kedudukan, memberi gaji cukup, mengimbangi apa yang disuka dan dibenci manusia, akan dapat menganjurkan rakyat mengasihi orang tua. Dengan melengkapi anggota tiap-tiap jawatan, akan dapat menarik para pembesar tinggi. Dengan sikap satya, dapat dipercaya dan memberi gaji cukup akan dapat menarik para menteri bawahan. Dengan mengingat waktu di dalam memerintah rakyat, meringankan beban pajak, akan dapat menarik hati rakyat. Dengan tiap hari melakukan pemeriksaan, tiap bulan melakukan pengujian dan menimbang pemberian tunjangan atas hasil pekerjaan, akan dapat menarik beratus macam kaum ahli. Dengan mengantarkan mereka yang pergi, menyambut mereka yang datang, menghargai yang baik dan cakap serta menaruh simpati kepada yang tidak pandai, akan dapat merawaankan hati orang yang datang dari tempat jauh. Dengan melanjutkan persembahyangan bagi mereka yang putus turunan, membangun kembali tempat-tempat yang hancur, menenteramkan yang kacau, menolong yang berkesukaran, bersidang tepat pada waktunya, banyak memberi dan sedikit menerima, akan mendapatkan rasa hormat di hati para raja muda.
“Memang untuk memimpin dunia ada Sembilan pedomannya; tetapi untuk melaksanakan itu hanya satu dasarnya.
“Di dalam tiap perkara bila ada rencana yang pasti, niscaya dapat berhasil / tegak; bila tanpa rencana yang pasti, niscaya gagal. Di dalam berbicara lebih dahulu mempunyai ketetapan, niscaya tidak gagap. Di dalam pekerjaan bila lebih dahulu mempunyai ketetapan, niscaya tidak akan berbuat terlanjur. Di dalam menjalankan sesuatu bila lebih dahulu mempunyai ketetapan, niscaya tidak akan menemui jalan buntu. Di dalam berusaha hidup sesuai jalan suci bila lebih dahulu mempunyai ketetapan, niscaya tidak akan mengalami keputusasaan.
“Bila pihak bawah tidak mendapat kepercayaan dari pihak atas, simpati rakyat tidak akan didapat dan pemerintahan tidak akan berjalan lancar.
“Untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak atas ada jalannya:bila tidak mendapatkan kepercayaan dari teman-teman, niscaya tidak akan mendapat kepercayaan dari pihak atas; untuk mendapatkan kepercayaan teman-teman ada jalannya: bila tidak patuh kepada orang tua , niscaya tidak akan mendapat kepercayaaan dari teman-teman; untuk dapat patuh kepada orang tua ada jalannya: bila tidak dapat memenuhi diri dengan iman , niscaya tidak akan dapat patuh kepada orang tua; untuk dapat memenuhi diri dengan iman, ada jalannya: bila tidak dapat benar-benar sadar tentang apa yang baik, niscaya tidak dapat memenuhi diri dengan iman.
“Iman, itulah jalan suci Tuhan YME (Tian Dao); berusaha beroleh iman, itulah jalan suci manusia (Ren Dao). Yang sudah di dalam iman itu, dengan tanpa memaksakan diri, telah dapat berlaku tengah (Zhong); dengan tanpa berpikir-pikir, telah berhasil dan dengan wajar selaras dengan jalan suci, dialah seorang Nabi. Yang beroleh iman itu ialah orang yang setelah memilih kepada yang baik, lalu didekap sekokoh-kokohnya.
“Banyak-banyaklah belajar, pandai-pandailah bertanya, hati-hatilah memikirkannya, jelas-jelaslah menguraikannya dan sungguh-sungguhlah melaksanakannya.” “Memang ada hal yang tidak dipelajari, tetapi hal yang dipelajari bila belum dapat janganlah dilepaskan; ada hal yang tidak ditanyakan, tetapi hal yang ditanyakan bila belum sampai benar-benar mengerti janganlah dilepaskan; ada hal yang tidak dipikirkan, tetapi hal yang dipikirkan bila belum dapat dicapai janganlah dilepaskan; ada hal yang tidak diuraikan, tetapi hal yang diuraikan bila belum terperinci jelas janganlah dilepaskan; dan ada hal yang tidak dilakukan, tetapi hal yang dilakukan bila belum dapat dilaksanakan sepenuhnya janganlah dilepaskan; “Bila orang lain dapat melakukan hal itu dalam satu kali, diri sendiri harus berani melakukan seratus kali. Bila orang lain dapat melakukan sepuluh kali, diri sendiri harus berani melakukan seribu kali. “Hasil yang dapat dicapai dengan jalan ini, sekalipun yang bodoh akan menjadi mengerti, sekalipun yang lemah akan menjadi kuat.”
Orang yang oleh iman (Cheng) lalu sadar (Ming), dinamai hasil perbuatan watak sejati (Xing); dan orang yang karena sadar lalu beroleh iman, dinamai hasil mengikuti agama (Jiao). Demikianlah iman itu menjadikan orang sadar dan kesadaran itu menjadikan orang beroleh iman.
Hanya orang yang telah mencapai puncak iman (Zhi Cheng) di dunia ini, dapat sempurna mengembangkan watak sejatinya. Karena dapat sempurna mengembangkan watak sejatinya, maka dapat membantu mengembangkan watak sejati orang lain. Karena dapat membantu mengembangkan watak sejati orang lain, maka akan dapat pula membantu mengembangkan watak sejati segenap wujud; karena dapat membantu mengembangkan watak sejati segenap wujud, maka dapat membantu langit dan bumi menyelenggarakan peleburan dan pengembangan; karena dapat membantu langit dan bumi menyelenggarakan peleburan dan pengembangan, maka menjadi tritunggal dengan langit dan bumi.
Orang tingkat kedualah yang walau harus menempuh cara berbelit-belit, akhirnya dapat beroleh iman. Iman itu menjadikan bentuk, bentuk menjadikan kenyataan, kenyataan menjadikan gilang gemilang, gilang-gemilang menjadikan gerak, gerak menjadikan perubahan dan perubahan menjadikan peleburan. Hanya orang yang beroleh puncak iman di dunia ini dapat melakukan peleburan.
Jalan suci seseorang yang mencapai puncak iman itu menjadikannya dapat mengetahui tentang apa yang akan terjadi. Negara yang akan berkembang niscaya ada gejala-gejala yang membawa bahagia, dan negara yang akan musnah niscaya ada gejala-gejala yang jahat. Hal itu dapat diketahui dari tanda-tanda yang terdapat pada rumput Shi atau pada tempurung kura-kura dan nampak pula di dalam gerakan-gerakan keempat anggota badan. Tentang datangnya celaka atau bahagia itu, yang baik akan diketahui lebih dahulu dan yang tidak baik pun akan diketahui lebih dahulu. Maka yang beroleh puncak iman (Zhi Cheng) itu akan seperti malaikat.
Iman itu harus disempurnakan sendiri dan jalan suci itu harus di jalani sendiri pula.
Iman itulah pangkal dan ujung segenap wujud. Tanpa iman, suatupun tiada.
Maka, seorang Junzi memuliakan iman.
Iman itu bukan dimaksudkan selesai dengan menyempurnakan diri sendiri melainkan menyempurnakan segenap wujud juga. Cinta kasih itu menyempurnakan diri dan bijaksana itu menyempurnakan segenap wujud. Inilah kebajikan watak sejati (Xing Zhi De) dan inilah keesaan luar dalam daripada jalan suci.
Maka setiap saat jangan dilalaikan.
Maka yang mencapai puncak iman itu tiada saat berhenti. Tiada saat berhenti maka berlangsung lamalah Dia; karena berlangsung lama dia menghimpun banyak pengetahuan; karena menghimpun banyak pengetahuan, jauhlah yang dicapaiNya, karena jauh yang dicapaiNya, maka luas dan teballah pengertiannya; karena luas dan tebal pengertianNya maka tinggi dan cemerlanglah Dia.
Karena luas dan tebal maka mendukung segenap wujud; karena tinggi dan cemerlang, maka melindungi segenap wujud dan karena berlangsung lama dan jauh, maka menyempurnakan segenap wujud. Luas dan tebal itu menyebabkan ia selaras dengan bumi, tinggi dan cemerlang itu menyebabkan ia selaras dengan langit. Berlangsung lama dan jauh itu menyebabkan ia tidak terbatas.
Demikianlah dengan tanpa menonjolkan diri terlihat jelas dengan tanpa bergerak telah melakukan perubahan dan dengan tanpa berbuat telah menyempurnakan.
Jalan suci langit dan bumi itu cukup dinyatakan dengan satu kalimat saja:---
Yang menjadikan wujud itu bukan prinsip yang mendua tetapi wujud yang tumbuh tidak dapat diperkirakan.
Jalan suci langit dan bumi itu luas, tebal, tinggi, gemilang, jauh dan abadi.
Sekarang dibicarakan tentang langit. Dari satu sudut, hanya berwujud sesuatu yang guram-suram, tetapi sesungguhnya tiada batasnya: matahari, bulan, bintang-bintang, dan rasi-rasi bintang tertebar di dalamnya, berlaksa benda diliputinya. Sekarang dibicarakan tentang bumi. Dari satu sudut tidak lebih dari segenggam tanah, tetapi sesungguhnya luas dan tebal. Gunung Hua dan Yue dapat didukungnya dengan tidak merasa berat, sungai dan laut dapat ditampung dengan tanpa tercecer dan segenap benda didukungnya. Sekarang dibicarakan tentang gunung. Dari satu sudut, tidak lebih dari sebutir batu, tetapi sesungguhnya sangat luas dan besar; rumput dan pohon-pohonan tumbuh di atasnya, burung dan hewan diam disana dan berbagai permata tersimpan di dalamnya. Sekarang dibicarakan tentang air. Dari satu sudut, tidak lebih dari segayung, tetapi sesungguhnya sangat tidak terduga; kura-kura besar, buaya, naga tak bertanduk dan bertanduk, ikan bulus, hidup di dalamnya dan banyak pula barang-barang terdapat didasarnya.
Di dalam kitab sanjak tersurat,’Hanya firman Tuhan YME sajalah maha mulia dan kekal.’ (Shi Jing IV.1.1,2). Kalimat ini hendak menyatakan “Demikianlah sebabnya mengapa kita menyerukan Tuhan YME dengan nama Tuhan YME.’Tersurat pula, ‘Ah, tidak jelaskah kebajikan menyatakan, ‘demikianlah sebabnya mengapa raja Wen disebut Wen, kemurniannya itu tidak berkesudahan.’
Maha besar jalan suci Nabi. Sangat luaslah Dia, berlaksa wujud dikembangkan dan dipelihara, kemuliaanNya meninggi langit.
Alangkah besar peranan yang dijalankanNya; daripadanya ditetapkan ada tiga ratus macam tata susila dan tiga ribu macam peraturan. Hal ini menantikan orang kemudian yang dapat melaksanakan. Maka dikatakan, ‘Kalau bukan yang telah mencapai puncak kebajikan (Zhi De) tidak akan dapat dia mencapai puncak jalan suci (Zhi Dao).
Maka seorang junzi memuliakan kebajikan watak sejatinya (De Xing) dan menjalankan sifat suka belajar dan bertanya. Luas dan besarlah pengetahuannya sehingga dapat memahami apa yang lembut dan rahasia; dengan ketinggian dan kegemilangannya ia mampu menjalankan laku tengah sempurna; dengan mempelajari yang kuno ia dapat memahami yang baru; dengan ketulusan hati yang tebal ia menjunjung kesusilan.
Maka pada saat berkedudukan tinggi ia tidak sombong dan pada saat kedudukan rendah ia tidak berbimbang hati; pada saat negara berada dalam jalan suci, kata-katanya cukup dapat membawa kemakmuran dan pada saat negara ingkar dari jalan suci, kebungkamannya cukup untuk melindungi dirinya sendiri.
Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘Kesadaran batin yang sempurna itu akan dapat melindungi diri.’ (Shi Jing III.iii.6,4). Sanjak ini kiranya memaksudkan hal di atas.
Nabi bersabda, “Orang bodoh tetapi suka memakai cara sendiri, berkedudukan rendah suka menojolkan diri, hidup pada zaman ini tetapi ingin menjalankan peraturan-peraturan kuno (yang sudah lapuk); perbuatan semacam ini niscaya membawa malapetaka baginya.”
Kalau bukan seorang Kaisar (Tianzi), tidak berwenang-wenang menetapkan tata susila, tidak berwenang menetapkan ukuran dan tidak berwenang menetapkan kesatuan huruf.
Pada saat ini, di dunia tiap kereta sama rodanya, tiap kitab sama hurufnya dan tiap adat sama pelaksanaannya.
Meskipun berkedudukan bila tidak berkebajikan tak berani membuat tata susila dan musik. Sekalipun berkebajikan bila tidak berkedudukan, tidak berani pula membuat tata susila dan musik (Li Yue).
Nabi bersabda,”Aku dapat membicarakan kesusilaan dinasti Xia, tetapi negeri Qi tidak cukup kenyataannya. Lalu ku pelajari kesusilaan dinasti Yin; ternyata negeri song masih dapat memeliharanya. Akhirnya kupelajari kesusilaan dinasti Zhou yang saat ini masih dijalankan. Maka aku mengikuti dinasti Zhou.”
Orang yang memerintah dunia, baginya ada 3 hal (kebajikan, kedudukan dan waktu) yang perlu diperhatikan agar dapat mengurangi kesalahan.
Betapapun baik peraturan yang dibuat orang besar zaman dahulu itu, tetapi sudah tidak ada kenyataannya lagi. Karena sudah tidak ada kenyataannya lagi, maka tidak mendapat kepercayaan. Karena tidak mendapat kepercayaan maka rakyatpun tidak mau mengikuti. Betapapun baik peraturan yang dibuat orang yang berkedudukan rendah, ternyata tidak mendapat penghormatan. Karena tidak mendapat penghormatan, maka tidak mendapat kepercayaan. Karena tidak mendapat kepercayaan, maka rakyatpun tidak mau mengikutinya.
Maka jalan suci seorang Junzi menuntut diri sendiri sebagai pokok. Dinyatakan itu kepada rakyat banyak; diujikan itu kepada hukum Tiga raja dinasti yang lalu, agar tiada kesalahan; ditegakkan di antara langit dan bumi sampai tidak berlanggaran; dan, dinyatakan itu kehadapan Tuhan Yang Maha Rokh (Gui Shen) sehingga tiada keraguan. Maka walaupun harus menunggu beratus zaman serta munculnya seorang Nabi baharu, tidak merasa was-was. Dinyatakan itu kepada Tuhan Yang Maha Rokh (Gui Shen) sehingga tiada keraguan; itu menunjukkan ia mengenal Tuhan (Tian). Walaupun harus menunggu beratus zaman serta munculnya Nabi baharu, tidak merasa was-was, itu menunjukkan bahwa ia mengenal manusia.
Maka seorang Junzi itu itu segenap gerakannya turun temurun akan menjadi jalan suci bagi dunia; perbuatannya turun menurun akan menjadi contoh hukum di dunia; dan, kata-katanya turun temurun akan menjadi pedoman bagi dunia. Maka yang jauh akan mengharapkan dan yang dekat tidak merasa jemu.
Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘Di sana tiada yang membenci, di sini tiada yang menyesali, siang malam tak pernah lalai; maka diperoleh pujian sepanjang masa tanpa berkesudahan.’ (Shi Jing IV. I B.3,2) belum pernah ada seorang Junzi yang tidak demikian dapat segera memperoleh pujian di dunia ini.
Zhong Ni meneruskan ajaran Yao dan Shun, mengembangkan ajaran raja Wen dan Wu; di atas sesuai dengan peredaran alam semesta, dan di bawah sesuai dengan air dan tanah.
Sebagai langit dan bumi tiada sesuatu yang tidak didukungnya dan tiada sesuatu yang tidak diteduhinya. Sebagai empat musim saling berganti, sebagai matahari dan bulan berseling memberi cahaya. Berlaksa wujud terpelihara dengan tidak saling mencelakakan, begitupun jalan suci terselenggara dengan tiada saling bertentangan. Kebajikan (langit dan bumi), kecil, dia sebagai air dan sungai mengalir; besar, dia membentuk dan melebur segala sesuatu. Inilah yang menjadikan kebesaran langit dan bumi.
Hanya seorang Nabi yang sempurna di dunia ini dapat terang pendengaran, jelas penglihatan, cerdas pikiran, dan bijaksana; maka cukuplah ia menjadi pemimpin. Keluasan hatinya, kemurahannya, keramah-tamahannya dan kelemah-lembutannya, cukup untuk meliputi segala sesuatu. Semangatnya yang berkobar-kobar, keperkasaannya, kekerasan hatinya dan ketahan-ujiannya, cukup untuk mengemudikan pekerjaan besar. Kejujurannya, kemuliaannya, ke-tengahannya dan kelurusannya cukup untuk menunjukkjan kesungguhannya. Ketertibannya, keberesannya, ketelitiannya dan kewaspadaannya cukup untuk membedakan segala sesuatu.
(Kebajikannya) tersebar luas, dalam, tenang dan mengalir tiada henti-hentinya, ibarat air keluar dari sumbernya.
Keluasannya sebagai langit, ketenangannya dalam bagai tanpa batas. Maka rakyat yang melihatnya tiada yang tidak hormat. Rakyat yang mendengar kata-katanya tiada yang tidak menaruh percaya dan rakyat yang mengetahui perbuatannya tiada yang tidak bergembira. Maka gema namanya meluas meliputi negeri tengah (Zhong Guo), terberita hingga ke tempat bangsa Man dan Me, kemana saja perahu dan kereta dapat mencapai, tenaga manusia dapat menempuhnya; yang dinaungi langit, yang didukung bumi, yang disinari matahari dan bulan, yang ditimpa salju dan embun. Semua makhluk yang berdarah dan bernafas, tiada yang tidak menjunjung tinggi mencintainya. Maka dikatakan telah manunggal dengan Tuhan YME.
Hanya seorang Nabi yang telah mencapai puncak iman di dunia ini dapat membukukkan dan menghimpun kitab besar dunia, menegakkan pokok besar dunia, mengetahui peleburan dan pemeliharaan di antara langit dan bumi.
Maka adakah tempat lain yang lebih teguh sebagai tempat bersandar? Betapa tulus dan sungguh-sungguh cinta kasihnya; betapa dalam dan tenang, betapa luas dan besar memenuhi langit.
Maka kalau bukan seorang yang benar jelas pendengaran, terang penglihatan, suci dan bijaksana sehingga dapat mencapai kebajikan Tuhan (Tian De); siapakah pula yang mengerti sebab-sebabnya sehingga dapat demikian?
Di dalam kitab sanjak tersurat,”Mantel sederhana untuk penutup baju bersulam.’ (Shi Jing I.v.3,1); inilah mnunjukkan kebencian akan kemewahan yang mencolok. Maka jalan suci seorang junzi itu mula-mula nampak kabur, namun bertambah hari bertambah cemerlang; sedang perbuatan seorang rendah budi itu mula-mula nampak gemilang, namun bertambah hari bertambah suram dan akhirnya musnah.
Jalan suci seorang Junzi itu tawar tetapi tidak menjemukan, sederhana tetapi tertib, ramah tamah tetapi menurut peraturan mengetahui hal yang jauh berdasarkan hal yang dekat, mengetahui darimana angin (pengaruh) berasal, mengetahui kenyataan dari perkara yang lembut dan rahasia. Sungguh ia telah masuk di dalam kebajikan (Ru De).
Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘Biar tengggelam sedalam-dalamnya, tetap tegas terlihat.’ (Shi Jing II.iv.8,11). Maka seorang Junzi senantiasa memeriksa diri, sehingga tiada bercacat. Dengan demikian baharulah ia tidak merasa kecewa.
Adapun sebabnya seorang Junzi itu tidak dapat ditandingi ialah: ia mempunyai sifat-sifat khusus yang tidak dapat dilihat orang lain. Di dalam kitab Sanjak tersurat, ‘Periksalah rumahmu, jagalah jangan ada yang memalukan sekalipun di sudut-sudut rumah.’ (Shi Jing III.iii.2,7)
Maka, seorang Junzi pada saat tidak berbuat sesuatu, tetap bersikap hormat dan pada saat tidak berbicara, tetap memegang sikap dapat dipercaya. Di dalam kitab sanjak tersurat,’Di dalam bersujud hendaklah tulus tanpa bercakap, sepanjang saat tidak lalai.’ (Shi Jing IV.iii.2,2).
Maka seorang Junzi itu dengan tanpa menjanjikan hadiah dapat membawa rakyat hidup baik, tanpa marah dapat menjadikan rakyat menaruh hormat melebihi ancaman hukuman dengan golok dan kapak. Di dalam kitab sanjak tersurat, “Bukankah kebajikan yang maha cemerlang itu telah menjadikan beratus negara bagian menurut perintah?” (Shi Jing IV.i.1,4).
Maka seorang Junzi dengan ketulusan dan hormatnya membawa damai di bawah langit ini. Di dalam kitab sanjak tersurat, (Tuhan berfirman), “Aku berkahi kebajikan yang bercahaya yang tidak besar suara dan rupa.” (Shi Jing III,i.7,7)
Nabi bersabda, “suara dan rupa itu hanya bagian yang paling akhir untuk memperbaiki rakyat.” Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘Kebajikan itu ringan bagai bulu.’ (Shi Jing III.iii.6,6).
“Namun bulu masih ada bandingnya.” ‘Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Tinggi dan pendukung semuanya itu tiada suara dan tiada bau.’ (Shi Jing III.i.1,7) demikianlah kemaha sempurnaanNya.