logo

Li Jing XXXIII

Zi Yi

  1. Demikianlah sabda Nabi, Bila yang berkedudukan di atas mudah dilayani, bawahannya akan mudah dipahami. Dengan demikian tidak akan direpotkan dengan banyaknya hukuman-hukuman.”

  2. Nabi bersabda, “Bila mencintai kebijaksanaan seperti yang diungkapkan dalam sanjak Zi Yi (Jubah Hitam, Shi Jing I.vii:1) dan membenci keburukan seperti yang diungkapkan di dalam sanjak Xiang Bo (Shi Jing II.v.6), maka biarpun tanpa banyak memberikan anugerah-anugerah berupa kedudukan, rakyat sudah akan terangsang untuk menjadi baik, dan tanpa menggunakan hukuman-hukuman rakyat akan patuh menyesuaikan diri. Di dalam kitab sanjak Da Ya tersurat, ‘bersuri tauladanlah kepada hukum raja Wen, berlaksa negeri itu akan yakin menaruh kepercayaaan kepadamu.’ (Shi Jing III.i.1,7).”

  3. Nabi bersabda, “Bila rakyat dibimbing dengan kebajikan dan digenapkan dengan Li (Kesusilaan), rakyat akan tumbuh perasaan harga diri (menjadi baik). Bila dibimbing dengan undang-undang dan digenapkan dengan ancaman hukuman-hukuman, rakyat hanya kan berpikir bagaimana melepaskan diri dari jerat undang-undang (bandingkan dengan Lun Yu II,3). Maka bila penguasa atas rakyat memperlakukan mereka sebagai anak yang dicintai, bila mengikatnya dengan sifat dapat dipercaya, mereka tidak akan berpaling dari penguasanya. Bila diperlakukan dengan penuh hormat maka rakyat akan mempunyai hati yang patuh kepadanya. Di dalam Fu Xing (Li Xing) tersurat, ’Orang-orang miao banyak yang tidak menggunakan nilai-nilai suci firman sebagai ukuran, tetapi dikendalikan dengan hukuman. Mereka membuat lima macam hukuman yang bersifat menindas dan dinamai hukuman / Fa.’ (Shu Jing V.xxvii,3). Dengan cara itu, rakyat menjadi buruk / jahat terhadap kebajikan dan (penguasanya) akan terpotong putus kedudukannya untuk generasi-generasi selanjutnya.”

  4. Nabi bersabda,”Pihak bawahan, di dalam melayani atasan tidak akan mengikuti apa yang mereka perintah tetapi mengikuti apa yang mereka lakukan. Bila atasan menyukai sesuatu maka bawahannya pasti berbuat lebih banyak. Maka yang menjadi atasan dalam menyukai atau membenci sesuatu tidak boleh tidak hati-hati. Dengan demikian menjadi suri tauladan rakyat.

  5. Nabi bersabda, “Ketika baginda Yu sudah naik tahta tiga tahun, cinta kasih rakyat beratus marga itu telah serasi dengannya; perlukah seluruh (isi istana) sempurna cinta kasihnya? Tersurat di dalam kitab sanjak, ‘Sungguh megah engkau guru Yin, seluruh rakyat senantiasa memandangmu.’ (Shi Jing II.v.7,3). Di dalam Fu Xing (Li Xing) tersurat, ‘ Dengan demikian aku yang seorang ini mendapatkan kemuliaan dan berjuta rakyat mendapatkan sandaran; kesentosaan itulah yang boleh lestari.’ (Shu Jing V.xxvii, 13). Di dalam sanjak Da Ya tersurat, ‘Raja Cheng (Zhou Cheng Wang) beroleh kepercayaan rakyat dan membawa hukum bagi tanah di bawah ini.’ (Shi Jing III.i.9,3).”

  6. Nabi bersabda, “Bila yang di atas menyukai cinta kasih, maka yang di bawah akan terpacu melakukan cinta kasih, yang satu mendahului yang lain. Maka yang memimpin rakyat wajib mampu menegaskan cita, mengokohkan bimbingan dan memuliakan Cinta kasih kepada rakyat seperti mencintai anak; dengan demikian rakyat akan berupaya sungguh-sungguh menyukakan atasannya. Tersurat di dalam kitab sanjak, ‘Dimana kebajikan sejati diamalkan, keempat penjuru negeri akan mematuhi.’ (Shi Jing III.iii.2,2).”

  7. Nabi bersabda,”Kata-kata seorang raja itu seperti benang dari sutera, ketika keluar akan menjadi gulungan benang sutera. Kalau kata-kata raja itu seperti gulungan sutera, ketika keluar akan menjadi tali. Maka orang besar (Da Ren) tidak mengajak orang bicara melantur. Apa yang boleh dibicarakan tetapi tidak boleh dilakukan, seorang Junzi tidak membicarakan; apa yang boleh dilakukan tetapi tidak boleh dibicarakan, seorang Junzi tidak melakukannya. Dengan demikian bicara rakyat tidak membahayakan perilakunya dan perilakunya tidak membahayakan bicaranya. Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘Jagalah tindakanmu seperti orang sedang membidik, dengan demikian kamu akan cermat mengamati’ (Shi Jing III.iii.2,8).”

  8. Nabi bersabda, “Seorang Junzi menuntun orang dengan kata-katanya dan melarang orang dengan perilakunya. Dengan demikian, dalam bicara pasti dipikirkan bagaimana akan kesudahannya; dan di dalam perilakunya pasti diperiksa apakah ada kesalahan; dan dengan demikian rakyat akan seungguh-sungguh memperhatikan kata-katanya dan hati-hati di dalam perilakunya. Di dalam kitab sanjak tersurat,’Hati-hati kata-katamu yang keluar dan sungguh-sungguh penuh hormat, perhatikan apa yang harus diungkapkan” (Shi Jing III.iii.2,5). Di dalam sanjak Da Ya tersurat,’Sungguh tidak tercela tanpa cacat raja Wen; kesungguhan rasa hormatnya menyalakan cahaya yang menggetarkan.’ (Shi Jing III.i.1,4).”

  9. Nabi bersabda, “Orang yang memimpin rakyat bila tidak bermacam-macam dalam berpakaian dan perilakunya selalu wajar tidak berubah-ubah lalu berupaya mengatur rakyatnya maka kebajikan rakyatnya akan memiliki kesatuan. Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘di ibukota lama mereka berdiri, dengan mengenakan pakaian polos kuning dari bulu rubah; perilaku mereka semua benar dan baik, bicaranya teratur rapi dan baik, menjadikan orang kembali kepada (adat) dinasti Zhou, dan berlaksa rakyat semua memandang.”(Shi Jing II.viii.1,1).”

  10. Nabi bersabda, “Bila yang berkedudukan di atas boleh dipandang dan dipahami, maka yang di bawah (para menteri / pembantunya) boleh diikuti dan dingat, selanjutnya sang penguasa tidak ada alasan meragukan para menterinya; dan para menterinya tidak menjadi curiga terhadap penguasanya. Tersurat sabda nabi Yi Yin, ‘Adalah aku, Yi Yin dan Tang (kakek raja Tai Jia) bersama memiliki kebajikan yang Esa (Xian You Yi De).’(Shu Jing IV.vi.3). Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘Di dalam jiwa yang mantap seorang Junzi, perilaku yang benar itu tidak terkelirukan.’ (Shi Jing I.xiv.3,3).”

  11. Nabi bersabda, bila yang memegang kedaulatan atas negeri memuliakan kebaikan, dan menghukum perbuatan jahat, itu mendorong rakyat bagaimana wajib menebalkan kebajikan dan perasaan rakyat tidak mendua. Di dalam kitab sanjak tersurat, Genapkanlah kewajiban atas kedudukanmu dan baik-baiklah tegakkan kelurusan.’ (Shi Jing II.vi.3,5).’

  12. Nabi bersabda, “Bila orang yang di atas dipenuhi keraguan, rakyat yang beratus marga yang di bawah akan penuh kecurigaan. Bila (menteri) yang berkedudukan di bawah sulit dipahami, maka penguasa itu akan payah berkepanjangan. Karena itu bila yang menjadi penguasa atas rakyat jelas-jelas menunjukkan apa yang ia sukai, itu akan menunjukkan kepada rakyat bagaimana wajib berperilaku dan hati-hati terhadap hal yang tidak disukainya, dan dengan demikian menjaga rakyat dari perilaku yang bersifat maksiat; rakyatpun tidak dipenuhi kecurigaan / keraguan. “Bila perilaku yang menjadi menteri bisa menjadi suri tauladan dan tidak hanya mengutamakan (kepandaian) bicara; dan tidak berupaya mendorong (penguasanya) kepada hal yang mustahil dapat dicapainya dan tidak membingungkannya dengan hal-hal yang tidak dapat dipahami (penuh-penuh) maka penguasa itu tidak akan kepayahan. Di dalam kitab sanjak tersurat, ’(karena perilaku orang yang ingkar dari jalan suci) Shang Di (Tuhan Yang Maha Kuasa) telah membalik-balikkan apa yang dikaruniakan. Rakyat yang di bawah mengeluh menanggung bebannya. (Shi Jing III.ii.10,1), di dalam sanjak Xiao Ya tersurat, ‘Mereka tidak melakukan kewajiban semestinya, sehingga hanya menjadikan kepedihan bagi raja.’(Shi Jing II.v.4,4)

  13. Nabi bersabda, “Tidak terselenggara baiknya pemerintahan itu karena tidak sempurnanya pendidikan, kedudukan dan gaji tidak cukup untuk mendorong rakyat berbuat baik dan ancaman hukuman tidak cukup menjadikan orang memiliki rasa malu. Maka yang berkedudukan di atas jangan tidak hati-hati menjatuhkan hukuman atau dengan gampang memberi kedudukan. Di dalam Kang Gao (maklumat kepada pangeran Kang) tersurat, ‘berlakulah sungguh-sungguh hormat dan cerah batin di dalam memutuskan suatu hukuman.’ (Shu Jing V.ix.8). Di dalam Fu Xing / Li Xing tersurat, ‘Masyarakatkanlah hukum kepada rakyat agar tidak terjerat hukuman.’ Shu Jing V.xxvii.12)”

  14. Nabi bersabda, “Bila para menteri besar tidak rukun (dengan penguasanya), rakyat yang beratus marga akan terjerat rasa tidak damai. Ini karena kesetiaan (para menteri) rasa hormat (penguasanya) tidak cukup sedangkan kekayaan dan kemuliaan yang dianugerahkan menjadi berlebihan. Akibatnya menteri besar tidak memenuhi fungsinya dalam memerintah dan para menteri yang dekat penguasa membentuk komplotan. Maka menteri besar tidak boleh tidak penuh hormat /kesungguhan; dan menjadi suri tauladan rakyat; menteri yang dekat penguasa tidak boleh tidak berlaku hati-hati, sehingga mereka dapat memberi tuntunan kepada rakyat di dalam jalan suci. Penguasa jangan menggunakan hal-hal yang kecil untuk mengkaji yang besar, jangan menggunakan hal-hal yang jauh untuk membicarakan yang dekat, jangan menggunakan hal yang di dalam untuk menggambarkan hal-hal yang di luar. Dengan demikian, menteri besar tidak akan menyesali; menteri yang dekat tidak akan bersungut-sungut; dan menteri yang jauh tidak terkaburkan. Pangeran She ketika akan meninggal, memberi amanat dengan berkata, ‘Jangan menggunakan hal yang kecil, merusakkan karya besar; jangan demi kepentingan selir yang dikasihi merusak nama permaisuri Zhuang; jangan demi pejabat yang dikasihi, merusak nama pejabat yang setia dan jujur (Zhuang Shi), --- para pembesar dan menteri.’”

  15. Nabi bersabda,”Bila seorang pembesar tidak akrab kepada orang yang bijaksana tetapi bahkan percaya kepada yang bersifat hina, akibatnya rakyat akan kehilangan keakraban kepadanya dan repot untuk memberi mereka pendidikan atau bimbingan. Tersurat di dalam kitab sanjak, ‘Mereka mengharapku mampu menjadi teladan, penuh semangat seolah tidak dapat menggapai. Kini mereka menganggapku seperti musuh besar dan tidak mau menggunakan tenagaku.’ (Shi Jing II.iv.8,7). Tersurat di dalam Jun Chen, ‘Orang-orang bila belum melihat seorang Nabi, begitu cemas kalau-kalau tidak dapat melihatnya. Setelah mereka melihat Nabi, ternyata tidak mampu pula mengikuti Nabi.’ (Shu Jing V.xxi.4).”

  16. Nabi bersabda, “Seorang rakyat kecil tenggelam di dalam air; seorang Junzi tenggelam karena mulutnya; seorang pembesar tenggelam di dalam rakyatnya; semuanya menderita dari hal yang menjadi kegemarannya. Adapun air itu dekat dengan orang, tetapi menenggelamkan orang; sifat air menjadikannya mudah untuk bermain dengannya tetapi sulit diakrabi; --- orang mudah tenggelam kedalamnya. Mulut itu latah dan menimbulkan masalah; karena kata itu begitu keluar sulit untuk penyesalaan; --- orang mudah tenggelam di dalamnya. Adapun rakyat itu dibatasi oleh kemanusiaannya dan digeluti beragam pikiran. Mereka wajib dihormati dan tidak boleh dilecehkan; --- maka orang mudah tenggelam di dalamnya. Maka seorang Junzi tidak boleh tidak hati-hati. Di dalam Tai Jia tersurat, ’Jangan sesali bahwa aku diembani firman berhak menindakmu memajukan diri. Berbuatlah seperti penjaga hutan itu, setelah membentang gendewa diperhatikan sasaran anak panah, setelah semua sesuai ketentuan lalu dilepaskan.’(Shu Jing IV.VA, 5&7). Di dalam Yue Ming tersurat, ’Adalah, ulut yang memberi peluang orang menanggung malu; baju zirah dan ketoponglah membuka peluang menjadi perang. Jubah dan pakaian bawahnya jangan mudah dikeluarkan dari almari (untuk anugerah); sebelum perisai dan tombak digunakan, periksalah diri sendiri’ (Shu Jing IV.viii B,4). Di dalam Tai Jia tersurat, ‘Bencana yang datang karena Tian dapat dihindari tetapi bencana yang dibuat sendiri tiada tempat menyingkir’ (Shu Jing IV.vB,3). Sabda Nabi Yi Yin tersurat, ’Sungguh Yin menyaksikan sendiri betapa dinasti Xia dengan ibukotanya di barat itu, kedaulatan rajanya yang jaya berlangsung sampai akhir, tetapi raja pewarisnya tidak mampu mencapai tujuan sampai akhir, para menterinya pun tidak mampu mencapai tujuan sampai akhir para menterinya pun tidak mampu menyempurnakan pengabdiannya.’ (Shu Jing IV.VA,3).”

  17. Nabi bersabda, “Bagi rakyat, penguasa adalah hatinya; bagi penguasa, rakyat adalah tubuhnya. Bila hati itu sehat mantap, tubuh itu akan nyaman; bila hati itu indah mulia, maka wajah akan nampak penuh kesungguhan; bila hati mencintai sesuatu, maka tubuh akan merasa aman sentosa di situ. (Maka), bila penguasa menyukai sesuatu, rakyatpun akan menginginkan itu. Adapun tubuh itu pelengkap hati, maka bila luka, hati pun menderita. Maka penguasa itu dijaga oleh rakyat dan menjadi musnahpun karena rakyat. Ada sebuah sanjak yang di dalamnya tersurat, ‘Dahulu kita mempunyai perdana menteri yang telah mendahulu. Kata-katanya bijak dan cerah; olehnya negara dan keluarga menjadi sejahtera; ibukota dan kota-kota lain olehnya menjadi teratur sempurna, seluruh rakyat olehnya menikmati hidupnya. Siapakah yang mampu memegang pemerintahan negeri itu? Bukan ia sendiri menangani seluruh pemerintahan, muncul juga masalah yang memberatkan dan menyakitkan rakyat beratus marga.’ (Tiga kalimat terakhir berasal dari Shi Jing II.iv.7,6). Di dalam Jun Ya tersurat, ‘Di dalam panas dan hujannya musim panas, rakyat kecil akan menggerutu dan menyesali. Demikian pula pada saat puncak dinginnya musim dingin, betapa berat penderitaan rakyat kecil dan akan diungkapkan dalam gerutu dan penyesalan.’ (Shu Jing V.xxv.5).”

  18. Nabi bersabda, “Seorang bawahan di dalam mengabdi kepada atasan, bila pribadinya tidak lurus tegak, kata-katanya tidak dapat dipercaya; dengan demikian kebenaran yang ditetapkan tidak esa, perilakunya pun tidak akan sesuai.”

  19. Nabi bersabda, “Kata-kata harus ada wujudnya dan perilaku harus ada ketentuan yang mengatur; bila demikian, sepanjang hidup cita-citaya tidak dapat dirampas, setelah matipun nama baiknya tidak dapat dirampas. Maka seorang Junzi banyak mendengar, yang hakiki disimpan; banyak bercita, yang hakiki diakrabi (menjadi miliknya); bila mengerti yang saripati, ia sungguh-sungguh melakukannya. Tersurat di dalam Jun Chen,’---baik saat keluar maupun masuk, hendaklah kamu berusaha mengetahui bagaimana penilaian rakyat atas hal itu; bila telah nampak ada kesepakataan umum, paculah dirimu untuk merenungkan.’ (Shu Jing v.vvi.5). Di dalam kitab sanjak tersurat, seorang junzi yang lembut penuh kebajikan, perilakunya akan esa / satu dengan itu.” (Shi Jing I.xiv.3,1).”

  20. Nabi bersabda, “Hanya seorang Junzi mampu mencintai / menyukai secara benar sedang seorang rendah budi yang benar itu dianggap racun. Maka seorang Junzi dalam persahabatan mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai dan mempunyai arah yang jelas tentang apa yang dibenci. Maka orang yang dekat kepadanya tidak ragu-ragu dan orang yang jauh tidak bimbang kepadanya. Tersurat di dalam Kitab Sanjak, seorang Junzi adalah pasangan yang baik.’(Shi Jing I.i.1,1).”

  21. Nabi bersabda, ‘Orang yang dengan mudah memutuskan persahabatan dengan orang miskin dan berkedudukan rendah dan hanya mempertimbangkan kalau-kalau mematahkan persahabatan dengan kaya dan mulia, jelas tidak besar kesukaannya kepada yang bijaksana dan tidak jelas-jelas membenci kejahatan. Biarpun orang berkata ia tidak mengutamakan keuntungan, aku tidak percaya. Di dalam kitab sanjak tersurat,’Kawan-kawan membantu menaikkan sajian, dinaikkan sajian dengan penuh Khidmat. (Shi Jing III.ii.3,4).”

  22. Nabi bersabda, kemurahan hati yang memihak itu tidak pulang kepada kebajikan. Seorang Junzi tidak membiarkan dirinya larut demikian. Di dalam kitab sanjak tersurat, ‘Orang-orang menyukai, memberi petunjuk kepadaku menempuh laku mulia.’ (Shi Jing II.i.1.1).”

  23. Nabi bersabda, “Bila ada kereta (di depanmu). Pasti engkau akan melihat palang papan di depan kereta; bila ada pakaian, pasti engkau melihat bila ada yang robek; bila seseorang berbicara, pasti engkau mendengar suaranya; bila seseorang melakukan sesuatu, pasti engkau akan melihat hasilnya. Tersurat di dalam Ge Tan, ‘Pakailah / kenakanlah tanpa merasa jemu (Shi Jing I.i.2,2).”

  24. Nabi bersabda, “Bila kata-kata segera dilanjutkan dengan perbuatan, kata-katanya tidak dapat dihiasi; bila perbuatan segera dilanjutkan dengan kata-kata, maka perilakunya tidak dapat dihiasi. Karena itu seorang Junzi berbicara sedikit dan melakukannya untuk menggenapkan bahwa kata-katanya dapat dipercaya. Dengan demikian maka rakyat tidak dapat melakukan keindahan yang lebih besar daripada itu dan tidak dapat melakukan keburukan lebih kecil dari itu. Tersurat di dalam kitab sanjak, ‘Cacat pada Bai Gui (tongkat komando dari batu kumala putih) dapat digosok hilang, tetapi cacat di dalam bicara tidak dapat dilakukan sesuatu atasnya.’ (Shi Jing III.iii.2,5). Di dalam Xiao Ya tersurat, ‘Sungguh seorang Junzi dia, karya besar telah digenapkan.’(Shi Jing II.iii.5,8). Tersurat di dalam Jun Shi,’ Pada zaman dahulu, ketika Shang Di (Tuhan Yang Maha Kuasa) melihat kebajikan raja Wen di ladang dinasti Zhou, diturunkan firman besar menyala di dalam dirinya.’ (Shu Jing V.xvi.11).”

  25. Nabi bersabda, “Orang di daerah selatan mempunyai pepatah bahwa,’Seorang yang tiada keteguhan hati takkan dapat menjadi seorang pawang atau tabib (pakar melakukan pengkajian dengan batok kura-kura atau rumput Shi).’ (Lun Yu Xiii.22). Ini mungkin kata-kata yang diwariskan dari zaman kuno. Bila orang itu tidak dapat mengetahui lewat kajiannya dengan batok kura-kura dan rumput Shi, betapa lebih tidak mampu orang lain? Tersurat di dalam kitab sanjak,’Batok kura-kura kita tidak lelah dan tidak akan mengatakan sesuatu tentang rencana itu.’ (Shi Jing II.v.1,3). Di dalam Yue Ming tersurat, ‘Kedudukan janganlah diberikan kepada yang buruk kebajikan.’ (Bila itu terjadi) betapa rakyat dapat menegakkan diri dan meluruskan perkara. Mengganggu persembahyangan / peribadahan, itulah yang dinamai tidak memuliakan. Bila hal itu terlalu membebani akan menuju kekacaauan. Itulah yang menyukarkan pelayanan kepada Tuhan Yang Maha Rokh. (Shu Jing IV. Viii B.5 & 11). Tersurat di dalam kitab perubahan, ‘ Seseorang yang tiada teguh dalam kebajikan, niscaya mudah beroleh malu; --- sekadar tahan dalam kebajikan dengan benar teguh: untuk seorang istri, karunia; untuk seorang suami, nahas.’ (Yi Jing Heksagram 32: kalam garis ke tiga dan ke lima).