Meng Zi III B
Teng Wen Gong II
Chen Dai bertanya, "Tidak mau menemui para raja muda itu bukankah satu sikap yang sampit? Kalau dengan sekali menemui akan dapat mengangkatnya, besar sebagai raja besar atau kecil sebagai raja muda pemimpin; bukankah di dalam kitab tertulis, 'Dengan membengkokkan yang sejengkal akan dapat memperoleh delapan jengkal yang lurus.' bukankah ini boleh dilakukan?"
Meng Zi menjawab, "Dahulu tatkala Raja muda Jing dari Negeri Qi berburu pernah memanggil penjaga hutannya dengan mengirim panji-panji. Penjaga hutan itu tak mau datang sehingga akan dihukum mati. Kong Zi memuji penjaga hutan itu, 'Seorang yang keras kemauannya itu tidak lupa bahwa sikapnya mungkin menyebabkan jenazahnya akan dilempar ke selokan atau jurang; seorang pemberani tidak lupa bahwa mungkin suatu ketika ia akan kehilangan kepala.' Mengapakah Kong Zi memujinya? Orang itu karena tidak dipanggil dengan cara yang benar, ia tidak mau datang; bagaimanakah aku harus datang tanpa undangan?"
"Kata-kata, 'Dengan membengkokkan yang sejengkal akan dapat memperoleh delapan jengkal yang lurus.' itu hanya peribahasa hal mencari keuntungan. Kalau berbicara hal keuntungan saja, maka biar membengkokkan delapan jengkal untuk dapat memperoleh satu jengkal yang lurus; asal menguntungkan tentu saja akan dilakukan."
"Pada zaman dahulu Zhao Jian Zi pernah menyuruh Wang Liang menyaisi kereta untuk Bi Xi pergi berburu. Seharian penuh ternyata tidak dapat memperoleh seekor burungpun. Bi Xi melaporkan, 'Dia seorang sais terbodoh di dunia.' Ada orang memberi tahu hal ini kepada Wang Liang. Liang berkata, 'Mohon diulangi!' Ketika sudah diulangi ternyata sepagian saja telah mendapat sepuluh ekor burung. Setelah kembali Bi Xi melaporkan, 'Dia seorang sais terbaik di dunia.' Jian Zi berkata, 'Baiklah selanjutnya kusuruh ia menyaisi kendaraanmu!' Ketika hal ini diberitahukan kepada Wang Liang, ia tidak mau dan berkata, 'Ketika saya jalankan kereta sebagaimana mestinya, sepanjang hari ia tidak memperoleh seekor burungpun; namun setelah saya jalankan kereta tidak menurut semestinya, baharu sepagian saja ia telah mendapat sepuluh hasil buruan. Di dalam Shi Jing tertulis, 'Tidak melanggar cara mengendarai, anak panah cepat mengenai sasaran.' Saya tidak mau menjadi sais untuk seorang Xiao Ren. Mohon tidak diangkat."
"Seorang sais saja malu menjalankan kereta untuk pemanah yang tidak patut. Meskipun dengan cara itu bisa mendapatkan burung dan hewan setumpuk gunung, ia tidak mau melakukan. Mengapakah aku harus mau menempuh jalan bengkok menuruti yang berbuat hina? Sungguh kamu berpikir salah! Orang yang mau membengkokkan diri, belum pernah dapat meluruskan orang lain."
Jing Chun berkata, "Gong Sun Yan dan Zhang Yi itu, bukankah mereka sungguh-sungguh orang besar? Kalau mereka sekali marah, dapat menggetarkan semua raja muda; dan kalau hati mereka tenteram, duniapun ikut menghentikan perang."
Meng Zi berkata, "Masakan begitu orang besar? Belumkah kamu mempelajari Li Jing? Setelah seorang anak laki-laki menjalankan upacara mengenakan topi tanda sudah akil baliq, sang bapa memberi petuah-petuahnya. Seorang anak perempuan ketika akan berangkat menikah, sang ibu memberi petuah-petuahnya. Ketika akan berangkat, diatur sampai di pintu lalu dinasihati; 'Anakku yang berangkat menikah, berlakulah hormat, berlakulah hati-hati, janganlah berlawan-lawanan dengan suamimu.' Memegang teguh sifat menurut di dalam kelurusan itulah Jalan Suci seorang wanita."
"Berdiam di 'Rumah luasnya' dunia, berdiri pada 'Tempat lurusnya' dunia, berjalan di 'Jalan Agungnya' dunia; bila berhasil cita-citanya dapat mengajak rakyat berbuat yang sama dan bila tidak berhasil cita-citanya tetap berjalan seorang diri di dalam Jalan Suci. Di dalam keadaan kaya dan berkedudukan tinggi tidak dapat tercemar, di dalam keadaan miskin dan tanpa kedudukan tidak bergelisah, ancaman senjata tidak dapat menyebabkannya takluk; demikianlah seorang besar itu."
Zhou Xiao bertanya, "Memangku jabatankah seorang Jun Zi zaman dahulu itu?" Meng Zi menjawab, "Memangku jabatan! Di dalam Hikayat ditulis bahwa bila Kong Zi selama tiga bulan tidak memangku jabatan, nampak terlongong-longong. Bila pergi ke negeri lain, niscaya membawa barang persembahan. Gong Ming Yi berkata, 'Orang zaman kuno bila selama tiga bulan tidak memangku jabatan, ia perlu dihibur.'"
"Kalau selama tiga bulan tidak memangku jabatan perlu dihibur, bukankah itu menunjukkan sangat pentingnya?"
"Seorang Siswa yang kehilangan kedudukan adalah sama dengan seorang raja muda yang kehilangan negaranya. Di dalam Li Jing tertulis, 'Raja muda bertanam dibantu rakyat, hasil yang berlimpah itu untuk sembahyang. Permaisurinya memelihara dan menenun sutera untuk pakaian upacara.' Kalau tidak mempunyai hewan korban yang baik, hasil bumi tidak bagus, pakaian upacara belum siap; ia tidak berani melakukan Sembahyang Besar kepada leluhur. Begitupun seorang Siswa yang tidak mempunyai sawah, tidak dapat melakukan Semabhyang Besar kepada leluhur. Hewan korban, alat sembahyang dan pakaian upacara bila belum siap; ia tidak berani melakukan Sembahyang Besar kepada leluhur, iapun tidak berani bersenang-senang. Maka tidakkah benar harus mendapat hiburan?"
"Apakah maksudnya bila ia keluar negeri, niscaya membawa barang persembahan?"
"Memangku jabatan bagi seorang Siswa adalah sama dengan bercocok tanam bagi seorang petani. Seorang petani yang keluar negeri apakah ia akan meninggalkan alat bercocok tanamnya?"
"Negeri Jin adalah negeri yang banyak menyediakan pangkat, tetapi saya belum pernah mendengar pangkat dianggap begitu penting. Kalau pangkat dianggap begitu penting, mengapakah seorang Jun Zi segan memangku jabatan?" "Begitu seorang anak laki-laki lahir, orang tuanya tentu berharap kelak ia memperoleh seorang istri. Dan begitu seorang anak perempuan lahir, orang tuanya berharap kelak ia memperoleh seorang suami. Hati orang tua yang demikian ini semua orang mempunyainya. Tetapi kalau tanpa menanti perkenan orang tuanya, tanpa perantara, melainkan diam-diam saling mengintip dari celah-celah dinding lalu melompat pagar dan lari, niscaya orang tuanya bahkan orang seluruh negerinya akan memandang rendah perbuatan mereka. Orang zaman dahulu bukannya tidak ingin menjabat kedudukan, tetapi khawatir tidak sesuai dengan Jalan Suci. Kalau mengerjakan hal itu tanpa ingat akan Jalan Suci, itu sama saja dengan orang yang diam-diam saling mengintip dari celah-celah dinding itu."
Peng Geng bertanya, "Di belakang ada berpuluh kereta dan diikuti beratus orang, dengan di manapun mendapat makanan dari para raja muda; tidakkah ini keterlaluan?"
Meng Zi berkata, "Bila tidak sesuai dengan Jalan Suci, biar hanya sebakul nasi, tidak boleh diterima. Kalau sesuai dengan Jalan Suci, seperti Shun menerima dunia dari Yao, tidak juga dianggap keterlaluan. Menurut pendapatmu, apakah perbuatan itu keterlaluan?"
"Tidak! Para Siswa itu tidak mempunyai pekerjaan, tetapi mendapat makan; ini kiranya tidak layak!"
"Kalau tiada saling kerja sama bertukar barang yang berlebihan, mencukupi yang kekurangan; niscaya para petani akan berkelebihan beras dan para wanita yang menenun akan berkelebihan kain. Bukankah kamu juga selalu saling bertukar dengan orang lain? Maka adalah orang yang menjadi tukang kayu, tukang membuat kereta supaya mendapat makanan darimu. Kini kalau ada orang yang di rumah dapat berlaku bakti, di luar berendah hati, memelihara Jalan Suci raja-raja zaman dahulu untuk diajarkan kepada generasi yang lebih muda, lalu mengapakah kamu tidak mau memberinya makan? Mengapakah kamu menjunjung para tukang kayu dan tukang membuat kereta dan sebaliknya merendahkan orang yang menyiarkan ajaran tentang Cinta Kasih dan Kebenaran?"
"Tukang kayu dan tukang membuat kereta itu memang bekerja dengan maksud mendapat makan. Apakah seorang Jun Zi yang menyiarkan Jalan Suci itu juga dengan maksud mendapat makan?" "Mengapakah kamu membicarakan tentang maksud hati? Tiap orang yang berbuat jasa kepadamu, adalah patut mendapat makan. Kamu memberi makan seseorang itu karena maksud hatinya atau karena jasanya?" "Karena maksud hatinya yang ingin mendapat makan!"
"Kalau kini ada orang yang menghancurkan genting-genting dan mencoret-coret dinding dengan maksud agar mendapat makan, apakah kamu akan memberinya makan?" "Tidak!" "Nyata disini, kamu tidak memberi makan karena maksud hati orang itu; tetapi memberi makan karena jasanya!"
Wan Zhang bertanya, "Negeri Song ialah sebuah negeri kecil, kini ingin menjalankan pemerintahan raja-raja besar; tetapi khawatir kalau nanti Negeri Qi dan Chu menyerbunya. Bagaimanakah sebaiknya?"
Meng Zi berkata, "Dahulu Cheng Tang di Negeri Bo bertetangga dengan Negeri Ge. Pangeran Ge berbuat sewenang-wenang dan tidak melakukan sembahyang. Cheng Tang menyuruh orang bertanya, mengapakah tidak melakukan upacara sembahyang. Dijawab, tidak punya hewan korban. Kemudian Cheng Tang menyuruh orangnya mengirim kerbau dan kambing. Pangeran Ge memakannya dan tidak untuk upacara sembahyang. Cheng Tang menyuruh orang untuk bertanya pula, mengapakah tidak dilakukan upacara sembahyang. Dijawab, tidak punya beras yang baik untuk itu! Cheng Tang menyuruh rakyat Negeri Bo pergi bercocok tanam di sana dan menyuruh orang-orang yang tua dan lemah untuk mengantar makanan. Pangeran Ge lalu membawa rakyatnya dan merampok arak, nasi, sekoi, dan beras yang diantar sebagai ransum itu; yang tidak mau menyerahkan lalu dibunuh, diantaranya ada seorang anak yang membawa sekoi dan daging yang sudah masak; setelah dirampok kemudian dibunuh. Di dalam Shu Jing tertulis, 'Pangeran Ge memusuhi orang yang mengirim ransum ke sawah.' Ini hendak mengatakan kejadian itu."
"Dengan dasar pembunuhan terhadap anak inilah kemudian digerakkan tentara untuk menghukum. Orang-orang di empat penjuru lautan semua berkata, 'Dia bukan bermaksud merampas kekayaan dunia, tetapi hendak membalas dendam seorang ayah dan seorang ibu rakyat jelata.'"
"Cheng Tang ketika pertama melakukan penghukuman, ialah mulai dari Negeri Ge ini. Dia menghukum sampai sebelas kali penyerbuan, tetapi tiada orang yang memusuhinya. Daerah timur dihukum, suku bangsa Yi di barat merasa menyesal. Daerah selatan dihukum, suku bangsa Di di utara merasa menyesal dan berkata, 'Mengapakah kita dibelakangkan?' Rakyat mengharapkan kedatangannya sebagai di musim kemarau mengharapkan hujan. Orang di pasar tidak menghentikan pekerjaannya, di sawah tidak menunda pekerjaannya pula. Jadi dengan membunuh raja yang jahat untuk menolong rakyatnya adalah seperti hujan yang turun pada saatnya, sehingga rakyat bersukaria. Di dalam Shu Jing tertulis, 'Aku menantikan rajaku, kedatangannya membebaskan diriku.'"
"Ada segolongan pangeran yang tetap tidak mau tunduk kepada Dinasti Zhou, maka dilakukan penghukuman ke timur oleh Raja Wu; lalu bergembiralah orang laki-laki maupun perempuan di sana. Dengan membawa keranjang bambu berisi kain sutera hitam dan kuning menyambutnya dan berkata, 'Kusambut Raja Dinasti Zhou karena akan kuperoleh sentosa.' Para menterinya saling menganjurkan tunduk kepada Dinasti Zhou yang besar itu. Maka para pembesarnya menaruh kain sutera hitam dan kuning penuh-penuh di dalam keranjang dan menyambut para pembesar Dinasti Zhou. Rakyatnya dengan bakul berisi nasi dan periuk berisi kuah menyambut rakyat Dinasti Zhou itu. Demikianlah sebagai menolong rakyat dari bahaya api dan banjir dan hanya menangkap orang-orang yang durhaka."
"Di dalam Tai Shi tertulis, 'Aku, dengan balatentara melakukan penghukuman hanya akan menangkap orang-orang yang durhaka dan menghukum mati orang-orang yang sewenang-wenang. Semoga ini lebih gemilang dari tindakan yang dilakukan Cheng Tang.'"
"Nyatalah yang kau katakan tadi tidak benar-benar menjalankan pemerintahan raja-raja. Kalau menjalankan pemerintahan raja-raja besar, niscaya segenap rakyat di empat penjuru lautan semuanya akan mengangkat kepala, mengharapkan ia menjadi rajanya. Betapapun besar Negeri Qi dan Chu, apakah yang perlu ditakutkan?"
Meng Zi berkata kepada Dai Bu Sheng, "Tuan ingin raja tuan menjadi raja yang baik, bukan? Aku hendak memberi sedikit penjelasan. Kalau ada seorang pembesar Negeri Chu menginginkan anaknya belajar bahasa Qi, ia akan menyuruh orang Qi atau orang Negeri Chu memberinya pelajaran?" "Tentu akan menyuruh orang Negeri Qi mengajarnya." "Seorang Negeri Qi memberi pelajaran, tetapi banyak orang Negeri Chu mengoceh dengannya. Walaupun tiap hari dipukul, disuruh belajar berbicara bahasa Qi, niscaya tidak akan berhasil. Begitupun bila anak itu ditaruh di jalan Zhuang Yue di Negeri Qi beberapa tahun, meskipun tiap hari dipukul supaya bercakap bahasa Chu juga tidak akan berhasil baik."
"Tuan berkata Xue Ju Zhou seorang Siswa yang baik, maka tuan menyuruhnya berdiam di tempat raja. Kalau semua orang di sekeliling raja, tua-muda, tinggi-rendah kedudukannya seperti Xue Ju Zhou; siapakah akan diajak raja berbuat tidak baik? Kalau di sekeliling raja, tua-muda tidak seperti Xue Ju Zhou; dengan siapakah raja akan berbuat baik? Dengan hanya ada satu Xue Ju Zhou seorang diri, apakah artinya bagi raja Negeri Song itu?"
Gong Sun Chou bertanya, "Berlandas Kebenaran apakah guru tidak mau menerima para raja muda?" Meng Zi menjawab, "Pada zaman dahulu orang yang tidak menjadi menterinya tidak mau bertemu."
"Duan Gan Mu lari melompati pagar rumahnya ketika didatangi Pangeran Wen dari Negeri Wei dan Xie Liu menutup pintu rumahnya agar tak dapat dimasuki ketika didatangi Raja muda Mu dari Negeri Lu. Ini adalah keterlaluan. Kalau datangnya dengan sungguh hati, sebaiknya ditemui."
Ketika Yang Huo ingin menemui Kong Zi, karena takut melanggar Kesusilaan, maka menggunakan Kesusilaan cara seorang pembesar memberi antaran kepada seorang Siswa, yaitu bila tidak dapat menerimanya sendiri barang antaran itu di rumah; orang itu harus datang sendiri ke rumah orang yang memberi untuk mengucapkan terima kasih, lalu mengantar Nya seekor babi panggang. Kong Zi kemudian menyelidiki pula saat-saat ia tidak di rumah, lalu pergi mengucapkan terima kasih. Terjadinya hal ini ialah karena Yang Huo telah melakukan lebih dahulu. Sukar dikatakan bahwa Kong Zi tidak mau menjumpainya.
"Zeng Zi berkata, 'Orang yang sampai menggerak-gerakkan bahunya dan pura-pura tertawa manis itu, sesungguhnya lebih sengsara dari orang tani yang mencangkul pada musim kering.' Zi Lu berkata, 'Tidak disepakati, tetapi ikut-ikut menyela bicara, sehingga nampak wajahnya merah biru menahan malu; You tidak ingin mengenal orang semacam itu.' Dengan melihat hal-hal ini, dapatlah diketahui bagaimanakah seorang Jun Zi harus memelihara sikapnya."
Dai Ying Zhi berkata, "Aku ingin menjalankan pemungutan pajak bumi hanya sepersepuluh bagian hasil dan menghapuskan pajak pintu dan besar, tetapi keadaan sekarang belum memungkinkan. Hanya kumohonkan agar diperingati dahulu dan tahun yang akan datang dilaksanakan semua. Baikkah itu?"
Meng Zi menjawab, "Kini kalau ada seseorang yang tiap hari mencuri ayam tetangganya, lalu ada orang berkata kepadanya, 'Ini bukan Jalan Suci seorang Jun Zi' Dijawab, 'Baiklah, mulai sekarang akan kukurangi, sebulan seekor ayam saja dan tahun yang akan datang kuakhiri sama sekali.'"
"Kalau mengetahui bahwa sesuatu itu tidak berdasarkan Kebenaran, segeralah hentikan. Mengapakah mesti menanti tahun lain?"
Gong Du Zi bertanya, "Orang luar menyambut guru sebagai orang yang suka berdebat. Memberanikan bertanya, apakah alasannya?" Meng Zi berkata, "Masakan aku suka berdebat? Sesungguhnya aku sangat terpaksa."
"Sudah lama dunia ini ada kehidupan. Ada kalanya teratur beres dan ada kalanya kacau balau."
"Pada zaman Raja Yao, karena jalan air tertutup, terjadilah banjir besar melanda seluruh negeri. Ular dan naga bersarang dimana-mana. Rakyat tidak mempunyai tempat kediaman untuk menetap. Yang di daratan rendah membuat sarang di pohon-pohon dan yang di daratan tinggi berdiam di gua-gua. Di dalam Shu Jing tertulis, 'Tercurahnya air sungguh mengejutkan!' Curahan air inilah yang menimbulkan banjir besar itu."
"Maka Yu disuruhnya mengatasi bencana alam itu. Yu lalu menggali saluran-saluran untuk mengalirkan air ke laut. Ular dan naga diusir ke tempat yang berawa-rawa. Demikianlah air dapat mengalir dengan baik, sehingga aliran Sungai Jiang, Huai, He, dan Han dapat teratur. Maka setelah bencana alam ini dapat diatasi, burung dan hewan liar yang membahayakan manusia dibersihkan; orang mendapatkan tanah-tanah datar untuk tempat kediamannya."
"Setelah Yao dan Shun mangkat, Jalan Suci para nabi itu makin melemah. Raja-raja yang sewenang-wenang bermunculan. Rumah-rumah, gedung-gedung diubah menjadi kolam-kolam, sehingga rakyat tidak mempunyai kesempatan beristirahat dan hidup tenteram. Sawah dan ladang diubah menjadi kebun bunga dan kebun binatang sehingga rakyat tidak beroleh sandang pangan. Kata-kata yang jahat dan perbuatan yang sewenang-wenang terjadi dimana-mana. Kebun bunga, kebun binatang, dan kolam-kolam itu karena amat rimbunnya, akhirnya mendatangkan banyak burung-burung dan hewan-hewan liar. Demikianlah setelah sampai zaman Raja Zhou, dunia menjadi sangat kacau."
"Maka Pangeran Zhou lalu membantu Raja Wu menghukum Zhou dan menyerbu Negeri Yan. Setelah tiga tahun baru dapat mengalahkannya. Begitupun Fei Lian dikejar sampai ke tepi laut, lalu ditangkap dan dihukum. Ada lima puluh negeri semuanya yang dihancurkan. Harimau, badak, dan gajah dihalau jauh-jauh, maka seluruh dunia gembira sekali. Di dalam Shu Jing tertulis, 'Betapa gemilang karya-karya yang dirintis Raja Wen. Betapa besar warisan yang diperjuangkan Raja Wu, semuanya itu mendorong aku sebagai orang yang kemudian, memegang teguh kelurusan dan tidak menyeleweng.'"
"Setelah turun-temurun, Jalan Suci itu menjadi lemah pula. Kata-kata jahat, laku sewenang-wenang, menteri membunuh raja, dan anak membunuh ayah terjadi dimana-mana."
"Kong Zi merasa khawatir kejadian itu menjadi berlarut-larut, lalu Beliau menyusun Kitab Chun Qiu. Menulis Kitab Chun Qiu itu seharusnya pekerjaan seorang kaisar. Maka Kong Zi berkata, 'Kalau orang dapat memahami Diriku, tentu karena Kitab Chun Qiu dan kalau orang menyalahkan diriku, tentu karena Kitab Chun Qiu pula.'"
"Sejak saat itu tidak ada lagi raja yang bersifat nabi, sehingga banyak diantara para raja muda yang berbuat sewenang-wenang. Orang-orang terpelajar banyak pula yang mengungkap-ungkap perkara yang bersifat mengacaukan. Ajaran Yang Zhu dan Mo Di memenuhi dunia sehingga kata-kata yang memenuhi dunia saat ini, kalau tidak berdasar ajaran Yang Zi tentu berdasar ajaran Mo Zi, ajaran Yang Zi hanya mengutamakan diri sendiri; tidak mau mengakui adanya pemimpin. Mo Zi mengajarkan cinta yang menyeluruh sama; tidak mengakui adanya orang tua sendiri! Yang tidak mengakui adanya orang tua sendiri, yang tidak mengakui adanya pemimpin, sesungguhnya hanya burung atau hewan saja. Gong Ming Yi berkata, 'Lemari dapur istana penuh daging gemuk, kandang-kandang didiami kuda tambun, tetapi wajah rakyat menampakkan kelaparan, di hutan dan ladang bergelimpangan mayat-mayat yang mati kelaparan. Ini berarti menuntun binatang membunuh manusia.' Kalau ajaran Yang Zi dan Mo Zi tidak dipadamkan. Jalan Suci Kong Zi tidak akan dapat bersemi; kata-kata jahat itu akan membodohkan rakyat, menimbuni Cinta Kasih dan Kebenaran. Bila Cinta Kasih dan Kebenaran tertimbun, ini seperti menuntun binatang memakan manusia; bahkan mungkin manusia memakan manusia."
"Aku merasa khawatir akan hal ini, maka berusaha melindungi Jalan Suci para nabi, melawan ajaran Yang dan Mo serta menyingkirkan perbuatan yang tidak bermoral; agar kata-kata jahat tidak dapat berkembang. Kalau itu berkembang dan mengenai hati, niscaya akan dapat merusak urusan, kalau berkembang dan merusak urusan, niscaya akan merusak pemerintahan. Meskipun kelak hidup pula seorang nabi, niscaya tidak akan dapat mengubah kata-kataku ini."
"Pada zaman dahulu, Yu setelah mengatasi bahaya banjir lalu dunia menjadi damai. Pangeran Zhou menundukkan orang-orang Yi dan Di serta menghalau hewan-hewan buas, lalu rakyat sejahtera. Kong Zi menyelesaikan Kitab Chun Qiu, lalu para menteri jahat dan anak-anak durhaka menjadi ketakutan."
"Di dalam Shi Jing tertulis, 'Usir kembali orang-orang Di dan hukumlah Negeri-negeri Jing dan Shu; dengan demikian, siapa berani menyesalkan?' Ajaran yang tidak mengakui adanya orang tua dan tidak mengakui adanya pemimpin, berasal dari daerah yang dihukum Pangeran Zhou itu."
"Aku hanya ingin meluruskan hati orang-orang, memadamkan kata-kata jahat, melawan perbuatan yang timpang dan menyingkirkan perbuatan yang tidak bermoral. Aku ini hanya melanjutkan pekerjaan ke tiga nabi itu. Bagaimana boleh dikatakan aku suka berdebat? Aku hanya sangat terpaksa."
"Yang dapat mengenyahkan ajaran Yang dan Mo, dialah penganut nabi."
Kuang Zhang bertanya, "Bukankah Chen Zhong Zi itu benar-benar seorang suci yang mengingkari akunya. Dia berdiam di daerah Wu Ling; pada suatu ketika menderita tidak mendapat makan sampai tiga hari lamanya, sehingga telinganya tuli dan matanya tidak dapat melihat lagi. Di pinggir periginya tumbuh sebatang pohon Li yang buahnya sudah dimakan ulat separuh lebih. Dia merayap-rayap lalu mengambil buah itu dan memakannya. Setelah tiga kali menelannya, baharulah telinganya dapat mendengar dan matanya dapat melihat pula."
Meng Zi menjawab, "Di antara para Siswa di Negeri Qi harus kupandang Zhong Zi lah paling besar. Meskipun begitu aku masih khawatir apakah Zhong Zi benar-benar dapat berlaku suci. Dan untuk dapat benar-benar menyamai Zhong Zi, kiranya hanya cacing dapat mengikuti."
"Adapun cacing itu di atas memakan tanah kering dan di bawah meminum air keruh. Adakah rumah yang ditempati Zhong Zi itu dibangun oleh Bo Yi yang suci atau oleh perampok Zhi itu? Sekoi yang dimakannya itu hasil tanaman Bo Yi atau perampok Zhi, belumlah kuketahui!"
"Sekalipun begitu, apakah cacatnya? Dia menganyam terompah rumputnya sendiri dan istrinya membuat tali dari serat untuk ditukarkan dengan kebutuhannya!"
"Zhong Zi adalah anak menteri yang turun-temurun di Negeri Qi. Kakaknya bernama Dai, tanahnya di daerah Ge dapat menghasilkan sepuluh ribu Zhong; tetapi hasil kakaknya ini dianggap sebagai hasil tidak berdasar Kebenaran, maka ia tidak mau memakannya. Rumah kakaknya dianggap sebagai rumah yang didapat tidak berdasar Kebenaran, maka ia tidak mau mendiaminya. Dia memisahkan diri dari kakak dan ibunya, lalu bertempat tinggal di Wu Ling. Pada suatu hari tatkala ia pulang, kakaknya diberi seseorang seekor angsa. Ia lalu mengerutkan dahi memperdengarkan suara hidung dan berkata, 'Mengapa orang memberi barang yang suaranya begitu!' Lain harinya, ibunya menyembelih angsa itu; ketika disajikan kepadanya, lalu dimakan. Dari luar kakaknya datang dan berkata, 'Itu adalah daging angsa yang bersuara buruk itu!' Mendengar itu ia segera keluar dan memuntahkan daging yang akan ditelannya itu."
"Yang dimasak ibunya tidak mau memakan, yang dimasak istrinya mau memakan. Rumah kakanya tidak mau mendiami, sebaliknya mau mendiami rumah di Wu Ling. Dapatkah perbuatan ini menggambarkan kesuciannya? Perbuatan semacam Zhong Zi ini benar-benar hanya cacing dapat mengikuti laku sucinya."