logo

Meng Zi IV B

Li Lou II

  1. Meng Zi berkata, "Shun dilahirkan di Zhu Feng, kemudian pindah ke Fu Xia dan wafat di Ming Tiao. Dia termasuk suku bangsa Yi timur."

    "Raja Wen dilahirkan di Qi Zhou dan wafat di Bi Ying. Dia termasuk suku bangsa Yi barat."

    "Daerah-daerah itu satu sama lain terpisah ribuan Li, jarak waktunya terpisah ribuan tahun. Tetapi ketika mereka berhasil melaksanakan cita-citanya di dalam negara, haluannya ternyata begitu mirip seperti cap yang terbelah dua."

    "Ternyata biar nabi purba maupun nabi yang lebih kemudian, haluannya serupa."

  2. Ketika Zi Chan memangku jabatan di Negeri Zheng, dia menggunakan keretanya untuk menyeberangkan orang-orang yang akan melewati Sungai Zhen dan Wei.

    Meng Zi berkata, "Dia murah hati, tetapi tidak cakap menjalankan pemerintahan."

    "Bila tiap bulan sebelas menyuruh rakyat memperbaiki jembatan untuk jalan kaki dan dalam bulan dua belas memperbaiki jembatan untuk kendaraan; niscaya rakyat tidak perlu bersusah-susah menyeberang."

    "Seorang Jun Zi mengutamakan Keadilan di dalam pemerintahan. Kalau melakukan perjalanan, dia boleh menyuruh orang-orang untuk minggir. Betapa setiap orang akan diseberangkan?"

    "Yang menjalankan pemerintahan bila ingin menyenangkan setiap orang dengan cara semacam itu, masakan cukup waktu tiap harinya."

  3. Meng Zi berkata kepada Raja Xuan dari Negeri Qi, "Bila seorang raja memandang menterinya sebagai tangan atau kakinya, niscaya menteri itu akan memandang rajanya sebagai perut atau jantungnya. Bila seorang raja memandang menterinya sebagai anjing atau kudanya, niscaya menteri itu akan memandang rajanya sebagai orang kebanyakan. Bila seorang raja memandang menterinya sebagai tanah liat atau rumput, niscaya menteri itu akan memandang rajanya sebagai perampok atau musuhnya."

    Raja bertanya, "Menurut adat, seorang menteri melakukan perkabungan tiga bulan bila meninggalkan jabatannya. Kita harus berbuat bagaimanakah supaya mereka mau melakukan itu?"

    "Nasihat-nasihatnya hendaklah diturut, kata-katanya hendaklah didengarkan, sehingga rakyatpun beroleh berkah. Kalau ia terpaksa pergi meninggalkan negeri, hendaklah raja menyuruh orang mengantarkannya sampai di batas negeri dan didahului dengan memberi surat pujian bagi menteri itu kepada negeri yang dituju. Setelah tiga tahun pergi dan tidak kembali, baharulah diambil sawah dan rumahnya. Inilah yang dinamai melakukan tiga kali Kesusilaan. Dengan demikian niscaya ia mau melakukan perkabungan."

    "Tetapi kini perlakuan yang dikenakan kepada para menteri ialah: nasihat-nasihatnya tidak diturut, kata-katanya tidak didengar, sehingga rakyatpun tidak beroleh berkah. Kalau karena sesuatu dia pergi meninggalkan negeri, rajanya lalu berusaha menangkap dan menawannya. Kalau lepas, namanya lalu dicemarkan di negeri yang dituju. Pada hari itu ia pergi juga, segera sawah dan rumahnya diambil kembali. Inilah perbuatan seorang perampok dan musuh. Siapakah mau berkabung untuk perampok dan musuhnya?"

  4. Meng Zi berkata, "Kalau seorang Siswa yang tidak bersalah dapat sewenang-wenang dibunuh, para pembesar bolehlah meninggalkan negeri semacam itu. Kalau rakyat tidak bersalah dapat sewenang-wenang dibunuh, para Siswa bolehlah meninggalkan negeri semacam itu."

  5. Meng Zi berkata, "Bila pemimpin berperi Cinta Kasih, niscaya tiada yang tidak berperi Cinta Kasih. Bila pemimpin menjunjung Kebenaran, niscaya tiada yang tidak berlaku Benar."

  6. Meng Zi berkata, "Kesusilaan yang bukan Kesusilaan, Kebenaran yang bukan Kebenaran; seorang yang berjiwa besar tak mau melakukan."

  7. Meng Zi berkata, "Seorang yang dapat bersikap Tengah, hendaklah membimbing orang yang tidak dapat bersikap Tengah. Yang pandai hendaklah membimbing yang tidak pandai. Demikianlah orang yang akan merasa bahagia mempunyai ayah atau kakak yang Bijaksana. Kalau yang dapat bersikap Tengah menyia-nyiakan yang tidak dapat bersikap Tengah, yang pandai menyia-nyiakan yang tidak pandai, maka antara yang Bijaksana dan yang tidak Bijaksana sesungguhnya tiada bedanya walau satu Cun pun!"

  8. Meng Zi berkata, "Orang harus mengetahui yang tidak boleh dilakukan, baharulah kemudian tahu apa yang harus dilakukan."

  9. Meng Zi berkata, "Orang yang suka membicarakan ketidakbaikan orang lain, entah marabahaya apa yang akan menimpanya."

  10. Meng Zi berkata, "Zhong Ni tidak mau berbuat yang keterlaluan."

  11. Meng Zi berkata, "Seorang besar itu kata-katanya tidak pasti dapat dipercaya dan perbuatannya tidak pasti berbuah. Hanya saja dia berusaha menetapi Kebenaran."

  12. Meng Zi berkata, "Seorang besar itu ialah yang tidak kehilangan sifat hati bayinya."

  13. Meng Zi berkata, "Memelihara masa hidup orang tua, itu belum cukup dinamai pekerjaan besar. Hanya segenap pengabdian untuk mengantar kewafatannya, barulah dapat dinamai pekerjaan besar."

  14. Meng Zi berkata, "Seorang Jun Zi belajar mendalami Jalan Suci dengan keinginan mampu menghayati sudah di dalam dirinya. Dengan menghayati sudah di dalam dirinya itu ia dapat mendiami dengan sentosa. Dengan dapat mendiami dengan sentosa itu ia akan mendapatkan keyakinan yang mendalam. Dengan keyakinan yang mendalam itu ia mendapat sumber kemampuan yang seolah-olah berada di kiri-kanannya. Demikianlah seorang Jun Zi belajar dengan keinginan mampu menghayati sudah di dalam dirinya."

  15. Meng Zi berkata, "Belajar seluas mungkin dan membicarakannya sejelas mungkin, ialah untuk mengenal masalahnya dan dapat mengemukakan secara singkat inti sarinya."

  16. Meng Zi berkata, "Kalau dengan kebaikan hendak menundukkan orang, sesungguhnya belum pernah ada yang dapat melakukannya. Kalau kebaikan itu dipergunakan untuk memberi penghidupan orang, niscaya dunia akan tunduk kepadanya."

    "Dengan orang-orang di dunia yang hatinya tidak mau tunduk, tetapi dapat menjadi raja besar, itu belum pernah terjadi."

  17. Meng Zi berkata, "Kata-kaya yang tidak benar itu tidak membawa berkah, yang benar-benar tidak membawa berkah itu ialah usaha hendak menutupi para Bijaksana."

  18. Xu Zi berkata, "Dahulu Zhong Ni sering memuji air dengan bersabda, 'O, air! O, air!' hikmah apakah dapat diambil dari air?"

    Meng Zi menjawab, "Air itu dari sumber keluar bergolak-golak siang-malam tiada hentinya. Setelah memenuhi tempat-tempat yang lekuk lalu terus maju mengalir ke empat penjuru lautan. Hanya air yang mempunyai sumber dapat demikian. Inilah hikmah yang dapat dipetik."

    "Tetapi air yang tidak bersumber, yang berasal dari hujan lebat pada bulan tujuh dan bulan delapan; meski dapat memenuhi saluran-saluran dan sawah-sawah, sebentar saja sudah kering pula. Ini dapat dijadikan suatu teladan. Maka kemasyhuran yang melebihi kenyataan, seorang Jun Zi merasa malu."

  19. Meng Zi berkata, "Perbedaan antara manusia dengan burung dan hewan itu sesungguhnya tidak seberapa. Perbedaan yang sedikit itu oleh kebanyakan orang sering diabaikan, tetapi seorang Jun Zi menjaganya."

    "Raja Shun mempelajari hal ikhwal segala benda. Diperiksanya hal-hal mengenai perhubungan antara manusia. Ia berjalan di dalam Cinta Kasih dan Kebenaran, ia tidak perlu mengejar-ngejar Cinta Kasih dan Kebenaran."

  20. Meng Zi berkata, "Raja Yu benci akan kegemaran minum arak, tetapi menyukai kata-kata yang baik."

    "Raja Tang memegang teguh sikap Tengah dan mengangkat para Bijaksana tanpa mempedulikan tempat asalnya."

    "Raja Wen memperhatikan rakyat sebagai luka di badannya; selalu berusaha di dalam Jalan Suci seperti belum pernah melihatnya."

    "Raja Wu tidak meremehkan yang dekat dan tidak melupakan yang jauh."

    "Pangeran Zhou senantiasa memikirkan agar dapat memetik teladan raja tiga dinasti itu dengan mempraktikan keempat perkara itu. Kalau ada hal-hal yang dirasakan tidak sesuai pula, dipikirkannya sungguh-sungguh dari siang sampai malam. Kalau berhasil memecahkan persoalan itu, ia terus duduk menanti fajar."

  21. Meng Zi berkata, "Bekas undang-undang raja besar sudah lenyap, sanjak-sanjak tidak dihimpun lagi. Setelah sanjak-sanjak itu tidak dihimpun lagi, maka diterbitkan Kitab Chun Qiu itu."

    "Kitab Sheng dari Negeri Jin, Kitab Tao Wu dari Negeri Chu, dan Kitab Chun Qiu dari Negeri Lu itu maksudnya adalah sama. Isinya meriwayatkan Raja muda Huan dari Negeri Qi dan Raja muda Wen dari Negeri Jin. Riwayat itu merupakan catatan-catatan sejarah. Kong Zi bersabda, 'Ulasan di dalam Kitab itu, Akulah yang sudah memberanikan diri membubuhinya.'"

  22. Meng Zi berkata, "Ajaran yang diwariskan oleh seorang yang berkedudukan tinggi dalam lima keturunan sudah akan terputus. Yang diwariskan oleh seorang biasa dalam lima keturunan juga akan terputus."

    "Aku sekalipun tidak dapat langsung menjadi murid Kong Zi, namun dapat menuntut Ajaran-ajarannya dari orang-orang lain."

  23. Meng Zi berkata, "Sesuatu yang mula-mula nampak pantas diambil, ternyata kemudian tidak layak diambil, kalau diambil juga, itulah menodakan kesucian."

    "Sesuatu yang mula-mula nampak pantas diberikan, ternyata kemudian tidak layak diberikan; kalau diberikan juga, itulah menodakan kemurahan hati."

    "Sesuatu yang mula-mula nampak pantas dibela mati-matian, ternyata kemudian tidak layak dibela mati-matian; kalau dibela mati-matian juga, itulah menodakan keberanian."

  24. Peng Meng belajar memanah kepada Yi. Setelah dapat menguasai baik-baik ajaran Yi, lalu berpikir bahwa di dunia ini hanya Yi lah yang dapat mengalahkan dirinya. Yi kemudian dibunuhnya. Meng Zi berkata, "Dalam hal ini sesungguhnya Yi juga berbuat salah. Gong Ming Yi berkata, 'Boleh jadi dia tidak bersalah' Ini hanya hendak mengatakan bahwa kesalahannya itu sedikit saja. Tetapi masakan boleh dianggap tidak bersalah?"

    "Ketika pembesar Negeri Zheng menyuruh Zi Zhuo Ru Zi menyerbu Negeri Wei, Negeri Wei kemudian mengutus Yu Gong Zhi Si untuk mengejarnya. Zi Zhuo Ru Zi berkata, 'Hari ini penyakitku kambuh, sehingga aku tidak dapat mementang busur. Aku tentu binasa!' Kemudian bertanya kepada kusirnya, 'Siapakah yang mengejarku?' Kusirnya menjawab, 'Yu Gong Zhi Si' 'Kalau begitu aku hidup.' Kusir itu bertanya, 'Yu Gong Zhi Si ialah pemanah terbaik di Negeri Wei, mengapakah tuan mengatakan 'Aku hidup'?' 'Yu Gong Zhi Si itu belajar memanah kepada Yin Gong Zhi Tuo dan Yin Gong Zhi Tuo itu belajar memanah kepadaku. Yin Gong Zhi Tuo seorang yang tulus hati, maka sahabatnya pastilah seorang yang tulus hati pula.' Akhirnya Yu Gong Zhi Si dapat mengejar lalu berkata, 'Mengapakah tuan tidak memegang busur?' Dijawab, 'Hari ini penyakitku kambuh, sehingga aku tak dapat mementang busur.' 'Saya belajar memanah kepada Yin Gong Zhi Tuo dan Yin Gong Zhi Tuo belajar memanah kepada tuan, maka saya tak sampai hati menggunakan kepandaian tuan untuk mencelakakan diri tuan sendiri. Meskipun demikian, urusan hari ini adalah mengenai perintah raja, saya tak berani mengalpakan.' Segera dicabut anak panahnya dan dimasukkan ujungnya ke dalam jari-jari kereta sehingga patah; kemudian dilepaskannya empat buah anak panahnya; setelah itu kembali."

  25. Meng Zi berkata, "Biarpun Xi Zi, kalau berkerudung barang yang kotor, niscaya orang-orang yang melewatinya akan menutup hidungnya."

    "Biarpun seorang yang buruk atau jahat, bila mau membersihkan hati, berpuasa, dan mandi; dia boleh bersembahyang kepada Tian Yang Maha Tinggi."

  26. Meng Zi berkata, "Yang dibicarakan dunia tentang Watak Sejati ialah mengenai gejala-gejalanya saja; sesungguhnya nilai gejala-gejala itu berpokok pada kewajarannya."

    "Kalau aku membenci orang-orang yang mengaku 'Bijaksana' itu ialah karena mereka suka berbuat hal-hal yang tidak wajar. Kalau yang mengaku 'Bijaksana' itu dapat berbuat seperti ketika Yu mengatur jalan air itu, niscaya mereka tidak kubenci. Adapun cara Yu mengantar jalan air ialah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan perkara. Kalau orang yang mengaku 'Bijaksana' itu dapat berbuat tanpa menimbulkan perkara, maka sungguh besarlah Kebijaksanaannya."

    "Setinggi-tinggi langit, sejauh-jauh bintang; orang dapat menyelidiki. Maka hari balik matahari seribu tahun yang lalu pun dapat dihitung sambil duduk saja."

  27. Gong Xing Zi mengantarkan kematian anaknya. Menteri kanan Wang Huan atas perintah raja menjenguknya. Ketika ia masuk pintu, orang-orang maju menyambutnya dan mengajak berbicara. Ada pula yang datang menghampiri ke tempat duduknya dan mengajaknya bicara.

    Meng Zi tidak mengajak menteri kanan itu berbicara. Maka menteri itu kurang senang dan berkata, "Para Jun Zi di sini semua mengajak Huan berbicara, hanya Meng Zi sendiri yang tidak mengajak Huan berbicara. Sungguh ia meremehkan Huan."

    Mendengar itu Meng Zi berkata, "Menurut adat istana, orang tidak boleh bertukar tempat duduk untuk saling berbicara. Juga tidak boleh melangkah maju dari deretannya untuk saling memberi hormat. Aku hendak menjalankan adat itu, tetapi Zi Ao menganggap aku meremehkan dirinya. Tidakkah ini mengherankan?"

  28. Meng Zi berkata, "Bedanya seorang Jun Zi dengan orang biasa ialah dalam hal menjaga hatinya. Seorang Jun Zi dengan Cinta Kasih menjaga hatinya, dengan Kesusilaan menjaga hatinya."

    "Orang yang berperi Cinta Kasih itu mencintai sesama manusia. Yang Susila itu menghormati sesama manusia."

    "Yang mencintai sesama manusia, niscaya akan selalu dicintai orang. Yang menghormati sesama manusia, niscaya akan selalu dihormati orang."

    "Kalau sudah bersikap demikian namun ada orang yang berlaku tidak senonoh kepadanya. Seorang Jun Zi pasti berbalik memeriksa diri. 'Aku tentu sudah tidak berperi Cinta Kasih. Aku tentu sudah tidak Susila. Kalau tidak, mengapakah itu diperlukan demikian?'"

    "Kalau ia sudah memeriksa diri dan ternyata sudah di dalam Cinta Kasih dan berlaku Susila, tetapi masih juga diperlakukan tidak senonoh, seorang Jun Zi akan memeriksa diri pula, 'Aku tentu sudah tidak berlaku Satya.'"

    "Kalau sudah memeriksa diri dan ternyata sudah berlaku Satya, tetapi tetap diperlakukan tidak senonoh; maka seorang Jun Zi akan berkata, 'Inilah orang yang tidak beres. Orang yang demikian itu tiada lebih dari burung atau hewan! Kepada burung atau hewan, mengapakah kita perlu menyusahkan diri?"

    "Maka seorang Jun Zi mungkin menderita susah sepanjang hidupnya, tetapi tidak akan jatuh di dalam bencana walau hanya sepagian saja. Kesusahan apakah yang dideritanya? Yaitu demikian, 'Shun itu orang, aku juga orang; tetapi Shun dapat menjadi teladan dunia dan ajarannya turun-temurun sampai sekarang, sedangkan aku tetap tidak lebih seorang kampung biasa.' Inilah kesusahan yang dideritanya. Menderita susah karena apakah? Karena belum dapat seperti Shun. Hanya itu sajalah. Hal yang dapat menjadikan seorang Jun Zi jatuh di dalam bencana itu boleh dikatakan tidak ada karena yang tidak berperi Cinta Kasih, tidak dilakukan; yang tidak Susila tidak dijalankan. Kalau suatu pagi ia jatuh di dalam bencana, seorang Jun Zi tidak menganggap itu sebagai bencana."

  29. Yu dan Ji ketika menjalankan tugas dalam zaman yang tenteram itu, pernah tiga kali melewati rumah masing-masing dengan tanpa singgah; maka Kong Zi memujinya.

    Yan Yuan hidup pada zaman yang kacau, berdiam di kampung yang buruk, makan dengan hanya sebakul nasi yang kasar dan segayung air, yang bagi orang lain sudah tidak tahan; tetapi Yan Zi tidak berubah kegembiraannya, maka Kong Zi memujinya.

    Meng Zi berkata, "Yu, Ji, dan Yan Hui semuanya di dalam Jalan Suci yang sama."

    "Yu berpikir kalau di dunia ada yang tenggelam karena banjir, ia merasa seperti dirinya yang menenggelamkan. Ji berpikir kalau di dunia ada yang menderita kelaparan, ia merasa seperti dirinya yang menyebabkan kelaparan itu. Demikian mereka bekerja dengan penuh semangat."

    "Yu, Ji, dan Yan Zi kalau bertukar tempat akan berbuat sama."

    "Kini kalau ada orang serumah sedang berkelahi; untuk melerainya biarpun kita hanya dengan mengikatkan topi pada rambut yang tidak tergelung; itu boleh juga."

    "Tetapi kalau ada perkelahian di kampung tetangga, dengan hanya mengikatkan topi pada rambut yang tidak tergelung untuk pergi melerainya; itu sikap yang salah. Bahkan umpama kita menutup pintu di dalam rumah, itu masih boleh juga."

  30. Gong Du Zi bertanya, "Orang-orang di seluruh Negeri Qi memandang Kuang Zhang sebagai seorang anak yang tidak berbakti, mengapakah guru mau bergaul dengannya dan mengindahkan kepadanya?"

    Meng Zi menjawab, "Yang dianggap tidak berbakti pada zaman ini ada lima hal: Malas ke empat anggota tubuhnya dan tidak memperhatikan pemeliharaan terhadap orang tuanya; Suka berjudi dan bermabuk-mabuk serta tidak memperhatikan pemeliharaan terhadap orang tuanya; Tamak akan harta benda, hanya tahu istri dan anak, sehingga tidak memperhatikan pemeliharaan terhadap orang tuanya; Hanya menuruti keinginan mata dan telinga, sehingga memalukan orang tua; dan Suka akan keberanian dan sering berkelahi, sehingga membahayakan orang lain. Adakah Kuang Zhang berbuat salah satu diantaranya?"

    "Adapun perihal Kuang Zhang itu, di antara ayah dan anak saling menganjurkan berbuat baik, sehingga tidak ada persesuaian."

    "Saling menganjurkan berbuat baik sesungguhnya adalah Jalan Suci bagi persahabatan. Tetapi kalau di antara ayah dan anak saling menganjurkan berbuat baik, dapat merugikan cinta yang seharusnya ada di antara mereka."

    "Adapun Kuang Zhang itu masakan ia tidak ingin dapat berhubungan dengan istri, anak, dan ibunya? Hanya karena melakukan kesalahan terhadap ayahnya, sehingga menyebabkan ia tidak dapat hidup berkumpul. Ia pergi meninggalkan istri dan anaknya seumur hidupnya rela tidak mendapatkan perawatan dari istri dan anak-anaknya. Ia telah berpikir masak-masak bahwa kalau tidak berbuat demikian akan lebih besar kesalahannya. Demikianlah sebenarnya perihal Kuang Zhang itu."

  31. Ketika Zeng Zi berdiam di Wu Cheng, suatu hari kota itu kedatangan perampok dari Negeri Yue. Ada yang memberitahukan, 'Perampok datang, baiklah kalian menyingkirkan diri!' Sebelum menyingkir Zeng Zi berpesan, 'Jangan boleh orang menempati kamarku dan jangan pula sampai merusak pohon-pohon ini!' Setelah para perampok berlalu, Zeng Zi berkata, 'Perbaikilah dinding rumahku, aku segera pulang!' Para perampok telah berlalu maka Zeng Zi pulang. Murid-murid yang berada di kanan-kirinya saling berkata, 'Pembesar-pembesar di sini begitu setia dan menghormati guru, tetapi ketika ada perampok datang, ia segera menyingkir sehingga dilihat rakyat di sini; setelah para perampok berlalu, baharulah ia kembali. Bukankah tindakan ini tidak layak?'

    Shen You Xing berkata, 'Engkau belum mengerti. Dahulu ketika guruku tinggal bersama keluarga Shen You, di sana timbul pemberontakan tukang-tukang rumput, murid yang ikut guru ada tujuh puluh, mereka juga diajak menyingkir.'

    Ketika Zi Su berada di Negeri Wei, di sana kedatangan perampok dari Negeri Qi. Ada orang memberitahukan. 'Perampok datang, baiklah kalian menyingkir diri!' Zi Si berkata, 'Kalau Ji pergi, siapakah akan melindungi raja?'

    Meng Zi berkata, "Zeng Zi dan Zi Su sesungguhnya sama di dalam Jalan Suci. Zeng Zi pada saat itu berkedudukan sebagai guru, sama dengan kedudukan seorang ayah atau kakak. Zi Si berkedudukan sebagai menteri, sama dengan seorang pembela; Zeng Zi dan Zi Su kalau bertukar kedudukan akan berbuat sama."

  32. Chu Zi berkata, "Raja menyuruh orang menyelidiki keadaan guru untuk mengetahui perbedaannya dengan orang lain."

    Meng Zi berkata, "Bagaimanakah aku dapat berbeda dengan orang lain? Yao dan Shun itupun sama dengan orang-orang lain."

  33. Di Negeri Qi ada seorang yang mempunyai istri dan seorang istri muda yang tinggal serumah. Tiap hari, suami itu pergi keluar rumah dan pulang kenyang dengan arak dan daging. Kalau ditanya istrinya dimana dia makan dan minum, selalu dijawab: makan bersama orang-orang kaya atau orang-orang berkedudukan tinggi. Si istri berkata kepada istri muda itu, 'Setiap kali suami kita ke luar rumah, pulangnya selalu sudah kenyang dengan arak dan daging. Kalau kutanya dengan siapa sudah makan dan minum, selalu dijawab: makan bersama orang-orang kaya atau orang-orang berkedudukan tinggi. Tetapi belum pernah ada orang terpandang yang datang kemari. Aku akan menyelidiki ke mana suami kita itu pergi sesungguhnya.' Begitulah keesokan harinya setelah bangun pagi lalu dengan diam-diam mengikuti suaminya pergi. Ternyata di dalam kota tiada seorangpun yang mengajaknya berbicara meskipun hanya dengan berdiri saja. Setelah sampai di selatan tembok kota, di situ terdapat orang-orang yang sedang sembahyang di kuburan; suaminya itu berhenti dan mengemis bekas sajian sembahyang. Ia belum puas, lalu berpaling dan datang menghampiri orang-orang lain yang juga sedang bersembahyang. Begitulah caranya mendapatkan makan kenyang. Si istri segera pulang memberitahukan kepada istri muda itu. 'Suami kita adalah satu-satunya orang bagi kita untuk menaruh harapan sepanjang hidup, tetapi kenyataannya dia seorang yang demikian macamnya? Kemudian si istri bersama istri muda itu mengutuk kelakuan suamianya serta menangis di ruang tengah. Suami itu tidak mengetahui akan peristiwa yang telah terjadi. Dengan wajah gembira dan sombong dari luar ia masuk ke dalam rumah.

    Ditinjau dari sudut pandang seorang Jun Zi, orang-orang yang di dalam usahanya mendapatkan kekayaan, kedudukan, keuntungan, dan kemajuan tanpa memalukan dan menyebabkan istrinya menangis; sesungguhnya hanya beberapa orang saja.