logo

Shi Jing VI

Sanjak dari Wilayah Ibu Kota Kerajaan

    1. Jawawut rontok bulirnya; gandum mulai bertunas. Perlahan aku berjalan, hatiku berdebar-debar. Yang mengerti diriku, hatiku berkata sedih, yang tidak mengerti diriku, aku berkata mencari sesuatu. Aduhai Cang Tian, Tuhan Yang Maha suci! Siapa menjadikan semuanya ini?
    2. Jawawut rontok bulirnya; gandum mulai berbulir. Perlahan aku berjalan, dalam hatiku bagai termabukkan. Yang mengerti diriku, hatiku berkata sedih, yang tidak mengerti diriku, aku berkata mencari sesuatu. Aduhai Cang Tian, Tuhan Yang Maha suci! Siapa menjadikan semuanya ini?
    3. Jawawut rontok bulirnya; bulir gandum mulai berisi. Perlahan aku berjalan, dalam hatiku terasa sakit. Yang mengerti diriku, berkata hatiku bersedih, yang tidak mengerti diriku, berkata aku mencari sesuatu. Aduhai Cang Tian, Tuhan Yang Maha suci! Siapa menjadikan semuanya ini?
  1. Catatan:

    Ibukota yang dimaksud ialah kota Luo yang dinamai ibukota timur karena pada tahun 769 s.M. setelah ibukota lama (Feng atau Xian Yang) dihancurkan orang-orang Quan Rong dan rajanya yang baru : Zhou Ping Wang memindahkan pusat pemerintahan di Luo Yang. Sanjak ini menceritakan te9ntang seorang menterinya yang bersedih melihat ibukota lama yang berantakan.

    1. Suamiku pergi mengemban tugas, aku tidak tahu kapan kembali. Dimana kini ia berada? Unggas bertengger di sarangnya; petang haripun tiba, lembu dan kambing turun dari bukit; suamiku pergi mengemban tugas. Betapa aku tidak memikirkannya?
    2. Suamiku pergi mengemban tugas, tidak sehari tidak sebulan. Kapan ia akan kembali? Unggas bertengger di sarangnya; petang haripun tiba, lembu dan kambing turun dari bukit; suamiku pergi mengemban tugas. Semoga terhindar dari kelaparan dan kehausan.
  2. Catatan:

    Sanjak ini menggambarkan perasaan seorang istri merindukan suaminya yang Zhou You Wang (781 – 771 s.M.)

    1. Suamiku penuh kegembiraan. Dengan tangan kiri memegang seruling, tangan kanannya menggapaiku ke ruangan. O… betapa menggembirakan!
    2. Suamiku menari gembira. Tangan kiri memegang tangkai berbulu, tangan kanannya menggapaiku ke ruangan. O… betapa menggembirakan!
  3. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan suami yang didambakan telah pulang.
    1. Gelombang air itu, tidak mampu menghanyutkan seikat kayu bakar! Para anggota keluargaku, tidak bersamaku menjaga wilayah Shen. Betapa rindu! rindu! Bulan apa aku ‘kan pulang?
    2. Gelombang air itu, tidak mampu membawa seikat duri! Para anggota keluargaku, tidak ikut bersamaku menjaga wilayah Pu. Betapa aku rindu! Rindu! Bulan apa aku ‘kan pulang?
    3. Gelombang air itu, tidak mampu membawa seikat rumput Pu! Para anggota keluargaku, tidak ikut bersamaku menjaga wilayah Xu. Betapa aku rindu! Rindu! Bulan apa aku ‘kan pulang?
  4. Catatan:

    Sanjak ini berisi keluhan tentara negeri Zhou yang bertugas di Shen karena harus berpisah dengan sanak keluarganya. Ibu raja Zhou Ping Wang adalah putri Jiang, anak perempuan dari penguasa wilayah Shen. Wilayah Shen sering menderita serangan dari negeri Chu dan Zhou Ping Wang setelah pindah ke ibu kota timur mengirim orang-orangnya menjaga di sana.

    1. Di tengah lembah ada rumput Tui (Leonurus Sibiricus), layu di tanah yang kering. Seorang perempuan dipaksa bercerai; menyedihkan ia mengeluh! Menyedihkan ia mengeluh! Ia bertemu dengan orang yang hanya membawa derita.
    2. Di tengah lembah ada rumput Tui, tumbuh di tanah yang gersang. Seorang perempuan dipaksa bercerai; dengarlah ia merintih! Dengarlah ia merintih! Ia bertemu orang yang tidak ramah.
    3. Di tengah lembah ada rumput Tui, kini terendam dan basah. Seorang perempuan dipaksa bercerai; mengalir terus air matanya! Mengalir terus air matanya! Namun apa guna ratapannya?
  5. Catatan:

    Sanjak ini kiasan seorang perempuan yang dipaksa bercerai dari suaminya karena tertekan oleh kemiskinan. Ada yang memperkirakan sanjak ini merupakan kritik terhadap pemerintahaan raja Zhou Ping Wang.

    1. Seekor kelinci berjalan merunduk-runduk; pegar melompat masuk sarangnya. Masa mula hidupku, waktu berlalu tanpa keributan. Namun setelah kehadiranku, beratus peristiwa buruk menghadang, ingin aku tidur dan tidak bergerak lagi.
    2. Ada kelinci berjalan merunduk-runduk; pegar melompat terperangkap. Masa mula hidupku, waktu berlalu tanpa hambatan. Namun setelah kehadiranku, beratus peristiwa buruk menyedihkan, ingin aku tidur dan tidak bangun lagi.
    3. Ada kelinci berjalan merunduk-runduk; pegar melompat kedalam jebakan. Masa mula hidupku, waktu berlalu tanpa sesuatu yang merepotkan. Namun setelah kehadiranku, beratus nahas menghadang, ingin aku tidur dan tidak mendengar apa-apa lagi.
  6. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kiasan; seorang pejabat dinasti Zhou mengungkapkan kelelahan hidupnya karena menghadapi permasalahan-permasalahan yang melanda negaranya. Peristiwa itu terjadi ketika pemerintahan raja Zhou Huan Wang (719 – 696) s.M.) cucu raja Zhou Ping Wang yang mengalaami kesulitan karena gangguan negeri Zheng pada tahun 706 s.M. dan mengalami kekalahan besar.

    1. Menebar tebal rumput Ge, di pinggir bengawan He. Jauh berpisah dari kakak adikku, aku memanggil orang lain itu ayah. Aku memanggil orang lain itu ayah, tetapi ia tidak mempedulikan aku.
    2. Menebar tebal rumput Ge, di pinggir bengawan He. Jauh berpisah dari kakak adikku, aku memanggil orang lain itu ibu. Aku memanggil orang lain itu ibu, tetapi ia tidak mengenalku.
    3. Menebar tebal rumput Ge, di muara bengawan He. Jauh berpisah dari kakak adikku, aku memanggil orang lain itu kakakku. Aku memanggil orang lain itu kakakku, tetapi ia tidak mendengarkan aku.
  7. Catatan:

    Sanjak ini melukiskan seorang pengembara dari negeri Zhou meratapi penderitaannya, terpisah jauh dari keluarga. Dikatakan sanjak ini ditujukan kepada raja Zhou Ping Wang (770 – 719 s.M) yang telah menyingkirkan sanak familinya.

    1. Di sana ia mengumpulkan rumput Ge! Sehari tidak bertemu, seolah tiga bulan sudah!
    2. Di sana ia menghimpun Kayu Xiao! Sehari tidak bertemu, seolah tiga bulan sudah! 
    3. Di sana ia menghimpun rumput Ai ! Sehari tidak bertemu, seolah tiga bulan sudah!
  8. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan seorang istri yang mendambakan kehadiran suaminya kembali. Dikatakan pada zaman Zhou Huan Wang (720 – 696 s.M.) saat seorang menteri – berkedudukan tinggi maupun rendah – diutus keluar negeri betapapun singkat sekelompok penjilat masih akan berupaya menyesatkannya

    1. Kereta besar berjalan gemuruh, jubahnya gemerlap bagai Tan muda. Adakah aku tidak memikirkanmu? Aku takut anda, aku tidak berani.
    2. Kereta besar berjalan lambat, jubahnya gemerlap bagai batu Man. Adakah aku tidak memikirkanmu? Aku takut anda, tidak berani menjumpai.
    3. Saat hidup kita berlainan kamar; setelah mati akan satu makam. Bila engkau berkata aku tidak tulus, demi terang matahari aku bersumpah.
  9. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan betapa pengaruh kedudukan seorang pejabat menjadikan kekasihnya takut mendekat kepadanya.

    1. Di bukit ada rami, seseorang menghambat Zi Chai. seseorang menghambat Zi Chai; akankah ia datang bergaya?
    2. Di bukit ada gandum, seseorang menghambat Zi Guo. seseorang menghambat Zi Guo, akankah ia makan bersamaku?
    3. Di bukit ada pohon Li, seseorang menghambat anak muda itu. seseorang menghambat anak muda itu, ia akan memberiku gelang batu Jiu.
  10. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan seorang perempuan yang mendambakan kehadiran kekasihnya dan berpikir pasti mendapat imbalan. Peristiwa ini terjadi padan zaman Zhou Zhuang Wang (695 – 680 s.M.) yang karena kebodohannya telah memecat para pejabatnya yang cakap. Kumpulan sanjak buku VI ini menggambarkan kondisi dinasti Zhou yang kian melemah.