logo

Shi Jing XVIII

Tong Gong

    1. Busur merah tak terbengkokkan diterima dan disimpan. Di sini aku punya seorang tamu mulia, dengan sepenuh hati kuserahkan. Lonceng dan tambur telah dirangkai rapi, sepanjang pagi aku menjamunya.
    2. Busur merah tak terbengkokkan diterima dan dipasang pada bingkainya. Di sini aku punya seorang tamu mulia, dengan sepenuh hati aku menyukainya. Lonceng dan tambur telah dirangkai rapi, sepanjang pagi aku menjamunya.
    3. Busur merah tak terbengkokkan diterima dan ditempatkan pada kotaknya. Di sini aku punya seorang tamu mulia, dengan sepenuh hati aku mencintainya. Lonceng dan tambur telah dirangkai rapi, sepanjang pagi aku mengajaknya minum.
  1. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Sanjak pesta dalam peristiwa untuk anugerah raja, yang diterima berupa busur merah. Lihat Shu Jing V. XXVIII. 4 ketika raja Zhou Ping Wang memberi anugerah pamannya yang bernama Yi He pangeran Qin Bo.

    1. Menjalar subur aster selatan, di tengah gundukan luas itu. Sejak kulihat sang Junzi, kami gembira, ia menunjukkan segala tertib susilanya.
    2. Menjalar subur aster selatan, di tengah gundukan pulau kecil. Sejak kulihat sang Junzi, hatiku penuh gembira.
    3. Menjalar subur aster selatan, di tengah gundukan yang tinggi. Sejak kulihat sang Junzi, yang memberikan kami beratus pasang kerang.
    4. Mengapunglah perahu dari kayu Yang Liu (Willow), sebentar tenggelam, sebentar muncul. Sejak kulihat sang Junzi, hatiku menjadi damai.
  2. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kiasan tentang bakat para muda kerajaan dinasti Zhou.

    1. Bulan ke enam semuanya serba segar, kereta perang sudah siap. Masing-masing dengan empat ekor kuda yang kuat dan tegar; dikenakan perlengkapan biasa pada tiap kereta. Orang-orang Xian Yun yang mendadak menyerang, itulah yang meresahkan. Raja menitahkan perjalanan, keluar melawan demi menjaga kerajaan.
    2. Setara kuat pasangan empat ekor kuda hitam, tertatih sudah segala peraturan. Pada bulan ke enam ini, telah kita lengkapi segala keperluan. Segala keperluan sempurna sudah, tiap hari berjalan tiga puluh li. Raja telah menitahkan perjalanan, membantu sang kaisar (Tian Zi).
    3. Ke empat ekor kuda jantan yang siap dan kuat, dengan kepala yang besar. Kita hantam orang Xian Yun, kita beroleh kemenangan besar. Sang perwira sungguh keras dan hati-hati, membereskan tugas militer, membereskan tugas militer, dan mengokohkan kedudukan raja dan negeri.
    4. Salah perhitungan orang Xian Yun, saat mereka menduduki Jiao dan Huo. Dan mengambil Hao dan Fang, Sampai ke Jing Yang. Pada bendera kita terdapat garis-garis hitam seperti burung, dengan garis-garis putihnya cemerlang menggelepar. Sepuluh kereta perang besar memimpin perjalanan maju.
    5. Kereta perang telah siap baik, serasi bagian depan dengan belakang. Kempat kuda hitam sungguh kuat. Sungguh kuat dan terlatih. Kita hantam orang Xian Yun, sampai ke Tai Yuan. Untuk masa damai dan perang (Wen dan Wu) sungguh tepat Ji Fu, berlaksa negeri menjadi makmur sejahtera.
    6. Ji Fu mengadakan pesta gembira; kegembiraan besar baginya. Dalam perjalanan kembali dari Hao, perjalanan jauh dann panjang telah kita tempuh. Telah dijamu dan pesta bagi kawan-kawannya, dengan kura-kura bakar dan ikan Li cacah. Dan siapakah di sana? Itulah Zhang Zhong, anak yang berbakti dan bersahabat.
  3. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Mensyukuri keberhasilan ekpedisi melawan orang-orang Xian Yun dan memuji sifat-sifat Ji Fu sebagai komandan ekpedisi itu. Peristiwa ini terjadi zaman Zhou Xuan Wang (826 – 781 s.M)

    1. Mereka bersama mengumpulkan jawawut putih, di ladang yang baru, di tempat itu hanya setahun sekali hasil olahan, saat Fang Shu datang memimpin. Keretanya ada tiga ribu, masing-masing ditumpangi prajurit penuh disiplin. Fang Shu memimpin, dengan kereta yang ditarik empat ekor kuda belang, empat ekor kuda dengan teratur bergerak. Kereta besarnya merah menyala, dengan tirai bambu ditutupnya, dengan kait untuk mengendalikan tali dada, beserta ujung kendali.
    2. Mereka bersama mengumpulkan jawawut putih, di ladang yang baru, yang ada di tengah kampung, Saat Fang Shu mengambil alih pimpinan. Keretanya ada tiga ribu; panji-panjinya dengan gambar naga, ular dan kura-kura berkibar-kibar. Feng shu datang memimpin, bagian tengah roda diikat dengan kulit, dan gandarannya berhias. Berdenting-denting kelinting di mulut kuda. Dikenakan jubah anugerah raja; penutup lututnya merah cemerlang, batu permata sabuknya berbunyi.
    3. Sungguh cepat terbang burung rajawali, membumbung tinggi ke langit, dan kembali turun ke tempat semula. Fang Shu datang mengambil alih pimpinan. Keretanya ada tiga ribu, masing-masing ditumpangi prajurit penuh disiplin. Fang Shu memimpin. Dengan kerincing dan tambur, ia menjalankan dan mengarahkannya. Sungguh cerdas dan benar Fang Shu, Suara tamburnya bertalu-talu memacu; suara cer-cer menarik pasukan kembali.
    4. Sungguh bodoh orang-orang Manjing, menjadikan Negara besar sebagai musuhnya. Fang shu sudah lanjut usia, namun penuh semangat dan canggih rencana. Ia memimpin bala tentara maju, ia menangkap pimpinannya untuk ditanyai, dan sejumlah orang sebagai tawanan. Sungguh banyak kereta perangnya, sungguh banyak bala tentaranya, bagai gelegar suara Guntur. Sungguh cerdas dan benar Fang Shu. Ia telah pergi dan memukul orang-orang Xian Yun, dan orang-orang manjing yang mengganggu.
  4. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias dan menceritakan. Mensyukuri akan keberhasilan ekpedisi Fang Shu dalam perjalanan ke selatan. Ini terjadi pada 825 s.M setahun setelah perjalanan menghadapi orang Xian Yun. Terjadi pada zaman pemerintahan raja Zhou Xuan Wang.

    1. Kereta perang kita sungguh kokoh, kuda kita sungguh serasi, dan empat ekor kuda jantan bagus dan besar, kita pasang kendali menuju ke timur.
    2. Kereta berburu kita sungguh bagus, empat ekor kudanya sungguh indah. Ke timur adalah padang rumput Fu, kita beri kendali dan menuju kesana untuk berburu.
    3. Perwira yang ditugaskan untuk berburu, suaranya bergema saat mereka berbicara. Mereka tegakkan panji dengan ekor lembu yang berkibar. Dan kita maju berburu kearah Ao.
    4. Dengan kereta yang berkuda empat mereka datang, membentuk barisan panjang, dengan mengenakan tutup lutut merah berhias dan sandal keemasan, bagai kerumunan suatu pertemuan.
    5. Sarung tangan yang melengkung dan gelangnya sungguh serasi; busur dan anak panahnya sungguh cocok; busurnya digerakkan sungguh serasi, membantu kita menyelesaikan satu permainan.
    6. Dengan kereta yang masing-masing berkuda kuning empat, dua orang luar cenderung tidak sejalan. Jangan salah dalam menjalankan, dan anak panah meluncur bagai berjatuhan.
    7. Dengan santai kuda meringkik, panjang dan lambat bergerak garis sayap dan panji; pejalan kaki dan pengendara kereta tidak menimbulkan tanda bahaya; dapur besar tidak menimbulkan keluhan.
    8. Demikian para perwira melakukan perjalanan, tanpa menimbulkan suara ribut. Sungguh susilawan (sang raja); sungguh besar keberhasilannya.
  5. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Merayakan sebuah perburuan besar yang dipimpin oleh raja Zhou Xuan Wang saat beliau menerima kehadiran para pangeran di wilayah timur ibukota Luo.

    1. Hari Wu hari bahagia, kita naikkan sajian dan berdoa. Kereta berburu kita sungguh bagus; ke empat regu kuda semuanya besar dan tinggi. Kita akan naik ke wilayah dataran tinggi, dan mengejar rombongan berburu.
    2. Hari Geng Wu hari bahagia, telah kita pilih kudanya; untuk melakukan perburuan, tempat banyak rusa betina dan rusa jantan, tanah telah disiapkan di Qi dan Ju, di situlah tempat Tianzi berburu.
    3. Kita lihat ke tengah dataran, di situ hewan-hewan besar dan banyak, sesaat berlarian, sesaat menanti, kita siapkan semua pembantu. Masing-masing pembantu diatur di kiri dan kanan, untuk memberi kesukaan kepada Tianzi.
    4. Telah kita bentang busur; kita siapkan anak panah pada tali busurnya. Di sini seekor babi jantan kecil menyeberang; di sana seekor badak besar dibantai. Hasil buruannya akan diberikan kepada pengunjung dan tamu, beserta piala dan anggurnya.
  6. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan, merayakan kegiatan berburu raja Zhou Xuan Wang yang disertai pembantu-pembantunya.

    1. Bebek liar beterbangan; berdesau suara sayapnya. Para pejabat membuat perjanjian. Kamilah yang payah dilapangan; semuanya orang yang menderita, lebih lagi para duda dan janda!
    2. Bebek liar beterbangan; mereka berkumpul di tengah rawa. Para pejabat merencanakan tembok, seratus Du harus dibangun. Biar menderita dan berpayah, demi mendapatkan tempat yang aman.
    3. Bebek liar beterbangan; menyedihkan suara jeritnya. Merekalah, orang yang pandai, yang mengetahui kepedihan dan kepayahan kami; bila mereka orang bodoh, mereka akan berkata kami orang-orang yang takabur.
  7. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kiasan tentang rakyat yang dihimpun kembali di bawah pemerintahan raja Zhou Xuan Wang; memuji kepandaian para pejabat tempat mereka bekerja di bawahnya.

    1. Betapa jalannya malam? Saat itu belum tengah malam. Obor itu menyala di pendapa. Para Junzi telah datang; terdengar suara loncengnya berdenting.
    2. Betapa jalannya malam? Malam belum lewat. Obor di pendapa sudah kian pudar. Para Junzi telah datang; suara loncengnya yang lazim kian dekat.
    3. Betapa jalannya malam? Hari telah menjelang pagi. Obor telah berasap di pendapa. Para Junzi telah datang; kulihat panji-panjinya.
  8. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan; melukiskan tentang kesibukan beberapa raja muda di dalam membantu raja Zhou Xuan Wang untuk mengikuti sidang paginya.

    1. Betapa berlimpah air mengalir bergelombang menuju ke laut. Betapa cepat terbang burung elang, sebentar membubung sebentar berhenti. Aduh! Di antara saudara-saudaraku, kawan-kawan yang sekampung, tiada seorangpun mau memikirkan betapa mengatasi kekacauan; Siapa tidak berayah bunda?
    2. Betapa berlimpah air mengalir betapa gemuruh suara air bergulung. Betapacepat terbang burung elang, sebentar membumbung sebentar meninggi. Aku mmprihatinkan orang yang tidak peduli hukum. Sebentar aku berdiri, sebentar aku berjalan. Kepedihan hatiku tidak dapat ditekan dilupakan.
    3. Betapa cepat terbang burung elang, betapa ia bertahan di tempat ketinggian. Suara rakyat berbicara, tiada bermaknakah menghentikannya? Bila kawanku menghargainya, akankah diucapkan kata-kata fitnah?
  9. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kiasan, meratapi kekacauan zaman itu dan betapa orang acuh tak acuh serta kata-kata fitnah dipicu oleh orang-orang yang berkuasa. Pada pengantarnya diungkapkan sebagai himbauan bagi raja Zhou Xuan Wang.

    1. Teriakan bangau terdengar di kolam ke Sembilan rawa, suaranya terdengar sampai padang yang jauh. Ikan berbaring di bagian dalam, dan kini ada di pulau yang sangat kecil sungguh menggembirakan taman itu, di dalamnya ada pohon cendana Tan; tetapi di bawahnya hanya ada daun-daun yang telah layu. Batu-batu di bukit itu, boleh dijadikan gerenda.
    2. Teriakan bangau terdengar di kolam ke Sembilan rawa, teriakannya terdengar sampai langit. Ikan berbaring di tepian pulau kecil, dan kini terbaring sembunyi di bagian dalam. Sungguh menggembirakan taman itu, di dalamnya ada pohon cendana Tan; tetapi di bawahnya lembaran-lembaran daun kering. Batu-batuan dari bukit itu, boleh untuk menggosok batu Yu.
  10. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias tentang ajaran moral, di dalam kata pengantarnya dikatakan berkait ajaran raja Zhou Xuan Wang tetapi tidak disebutkan dalam hal apa.