logo

Shi Jing XIX

Qi Fu

    1. Menteri urusan perang, kita adalah cakar dan gigi raja. Mengapa anda menjadikan kita menanggung derita, sehingga kita tidak memiliki tempat berdiam?
    2. Menteri urusan perang, kita adalah prajurit berkuku panjang raja. Mengapa anda menjadikan kita menanggung derita, sehingga kita tiada saat berhenti kerja keras?
    3. Menteri urusan perang, anda telah berbuat tanpa bijak. Mengapa anda menjadikan kita menanggung derita, sehingga para ibu mengerjakan seluruh tugas memasak?
  1. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Para prajurit pengawal kerajaan mengeluh tugas yang dibebankan pada zaman raja Zhou Xuan Wang.

    1. Biarlah anak kuda putih yang cerdas menyantap sayur yang tumbuh di kebunku. Dengan terikat kaki dan lehernya, memperpanjang pagi hari ini. Biarlah yang menjadi pemiliknya melewatkan waktu bersantai di sini!
    2. Biarlah anak kuda putih yang cerdas menyantap tunas kacang di kebunku. Dengan terikat kaki dan lehernya, memperpanjang sore hari ini. Biarlah yang menjadi pemiliknya menjadi tamu terhormatku!
    3. Biarlah anak kuda putih yang cerdas dengan cerah datang kepadaku. Dikau seorang pangeran berperingkat Gong dan Hou gembirakanlah dirimu sepuasnya. Dengan para penjagamu dikau bersantai; sampai tiba saat yang direncanakan berakhir.
    4. Biarlah anak kuda putih yang cerdas berdiam di lembah kosong, dengan seikat rumput segar. Pemiliknya seolah batu Yu. Janganlah karena langka bagai emas atau batu Yu, melalaikan maksudmu dan membuang aku.
  2. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Penulis mengungkapkan kekecewaannya karena ditinggal oleh seorang pejabat yang dikaguminya. Hal ini juga terjadi pada waktu tahun-tahun akhir raja Zhou Xuan Wang karena banyak orang yang dilalaikan.

    1. Burung kuning, burung kuning, jangan mendiami sarang dari padi-padian, jangan memakan padiku. Orang-orang di tempat ini tidak baik memperlakukan aku. Aku akan kembali, dan pulang, pulang ke negeri dan kaumku.
    2. Burung kuning, burung kuning, jangan mendiami sarang di pohon besaran, jangan memakan jewawutku. Orang-orang di tempat ini tidak mau memahamiku. Aku akan kembali, dan pulang, pulang ke tempat saudaraku.
    3. Burung kuning, burung kuning, jangan mendiami sarang di pohon Ek, jangan memakan sekoiku. Orang-orang di tempat ini tidak mau bediam bersamaku. Aku akan kembali, dan pulang, pulang ke tempat paman-pamanku
  3. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias; beberapa pejabat yang terpencil di negara lain berharap dapat pulang ke kampung halamannya. Dalam kata pengantarnya diungkapkan mereka menderita hukuman dari raja Zhou Xuan Wang.

    1. Aku berjalan melewati daerah itu, tempat pohon berbau busuk subur menghijau. Itu karena perkawinan, aku harus mendampingimu. Tapi engkau tidak menghiburku; aku akan pulang ke kampung halaman.
    2. Aku berjalan melewati daerah itu, mengumpulkan sayur-sayuran, ini karena perkawinan, aku harus mendampingimu. Tapi engkau tidak menghiburku; aku akan kembali dan pulang.
    3. Aku berjalan melewati daerah itu, mengumpulkan rumput liar. Engkau tidak ingat hubungan lama kita, dan hanya mencari jalinan baru. Bila engkau tidak terpengaruh kekayaannya, engkau tentu akan berbeda.
  4. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan, seorang pejabat yang telah meninggalkan negerinya dan mencari perlindungan di negeri yang ada jalinan karena pernikahan dan mengalami kekecewaan.

    1. Di tepi aliran sungai yang indah, dibayangi bukit selatan, di tempat jauh, berdiri bangunan, yang kokoh sebagai akar rumpun bambu, atapnya menghijau bagai pohon Song (cemara). Di situ kakak dan adik rukun saling mengasihi, tiada saling selisih satu sama lain.
    2. Memasuki rumah warisan nenek dan kakek, telah dibuat tembok seratus Du, dengan pintu di bagian barat dan selatan. Di sini ia berdiam, di sini ia duduk; di sini ia tertawa dan di sini ia bicara.
    3. Bingkai bangunan sungguh serasi satu sama lain; tok-tok suara orang membangun; tidak terganggu oleh angin dan hujan, tiada celah untuk burung dan tikus. Sebuah bangunan besar untuk sang Junzi.
    4. Bagai orang hati-hati jalan berjingkat; bagai anak panah terbang cepat; bagai burung yang ganti bulu; bagai burung pegar terbang; ke gedung itu sang Junzi naik.
    5. Halaman itu bagus dan indah, tinggi pilar-pilar yang mengelilingi. Semua mengungkapkan bangunan itu terang, sungguh dalam dan luas; di situ tempat sang Junzi istirahat.
    6. Dengan tikar gelagah di bawah ditutup bambu bagus, di sini ia peroleh tempat istirahat yang Sentosa! Tidur dan bangun. ‘Ramalkanlah mimpiku. Adakah mimpi ini rakhmat? Mereka disertai beruang dan beruang lain yang mengerikan; mereka disertai ular kobra dan ular biasa.’
    7. Pakar pengkaji melakukan pengkajian. Beruang dan beruang lain yang mengerikan adalah pertanda anak laki-laki. Ular kobra dan ular biasa adalah pertanda anak perempuan.
    8. Anak laki-laki akan lahir baginya: mereka akan ditidurkan di atas balai; mereka akan diberi pakaian jubah; mereka akan memiliki tanda titah utnuk bermain; tangisnya sangat keras. Mereka akan mengenakan penutup lutut yang merah terang, dialah raja, yang menjadi tuan dari pada negeri ini.
    9. Anak perempuan akan lahir baginya: mereka akan ditidurkan di tanah mereka akan mengenakan pakaian compang-camping; mereka akan memiliki genteng untuk bermain. Mereka tidak akan melakukan kesalahan atau kebaikan. Mereka hanya memikirkan anggur dan makanan, dan tidak menyebabkan kepedihan bagi orang tuanya.
  5. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan; saat usai dibangun istana itu timbullah harapan tentang masa depan putra tertua itu adalah Zhou Xuan Wang. Diperkirakan tulisan ini dibuat pada masa awal pemerintahannya dan para pengkaji nampaknya enggan mengungapkan masa depan raja itu.

    1. Siapa berkata engkau tiada domba? Bukankah ada tiga ratus tiap gerombol. Siapa berkata engkau tiada lembu? Ada Sembilan puluh yang berbibir hitam. Dombamu kini datang, tanduknya mengangguk-angguk. Lembumu kini datang, telinganya bergerak-gerak.
    2. Sebagian menuruni gundukan tanah, sebagian minum di kolam; sebagian rebah, sebagian bergerak. Gembalamu datang, membawa baju hujan dan caping bambu, atau membawa bekalnya di punggung. Tiap tiga puluh sekelompok warna; sungguh berlimpah untuk hewan korbanmu.
    3. Gembalamu datang, dengan ikatan kayu bakar yang besar dan yang kecil, beserta unggas betina dan jantan, dombamu datang, sehat dan kuat, tiada yang luka roboh dalam kelompoknya. Oleh lambaian tangan gembala, semua datang berhimpun.
    4. Gembalamu bermimpi, demikian banyak ikannya; dengan panji-panji bergambar kura-kura, ular, dan elang. Pakar pengkaji meramal impian, demikian yang banyak menjadi ikan, menandakan tahun-tahun yang berlimpah; bagaimana kura-kura, ular berubah menjadi panji-panji bergambar elang, menandakan berkembangnya jumlah rakyat negeri.
  6. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan; bermaksud merayakan keadaan negeri Zhou Xiang Wang yang kian subur dan berlimpah kekayaannya.

    1. Sungguh megah gunung selatan, demikian banyak batu-batunya! Sungguh mempesonakan kebesaranmu guru Yin, seluruh rakyat melihatmu! Keprihatinannya bagai batu menyala; mereka tidak berani main-main membicarakanmu. Negeri sudah dibatas kepunahan; mengapa dikau tidak mempertimbangkan?
    2. Sungguh megah gunung selatan, betapa kokoh sayur tumbuh di atasnya! Sungguh mempesonakan kebesaranmu guru Yin, mengapa dikau berlaku tidak adil? Tian berturut melipatkan kemalangan; kematian dan kekacauan berkembang berlipat; tiada kata puas datang dari rakyat; dan engkau tidak memperbaiki atau meratapi!
    3. Adapun guru besar Yin adalah pendiri dinasti Zhou, keseimbangan Negara ada di tangannya. Ia wajib menjaga keempat penjuru negeri; ia wajib membantu Tianzi/Putra Tian, menjaga rakyat dari keporak-porandaan. Tidak berbelas kasihan Tian Yang Maha Besar? Tidak semestinya membiarkan kita tanpa pembimbing!
    4. Tiada pegangan tiada kerabat, tiada yang boleh diyakini rakyat tanpa pertanyaan tanpa pemeriksaan, janganlah menipu kepada Junzi. Dengan melempar kebenaran, tiada yang menjerakan orang rendah budi; dan kerabatnya yang buruk tidak tercegah memegang kedudukan penting.
    5. Tidak adilkah Hao Tian Yang Maha Besar? Menurunkan berbagai kekacauan. Tiada kasihkah Hao Tian, menurunkan berbagai kemalangan. Biarlah sang Junzi datang, membawakan kelonggaran hati rakyat. Biarlah sang junzi bertindak, menghapus kebencian dan kemarahan!
    6. Tiada belas kasihankah Hao Tian, berbagai kekacauan tiada berketentuan! Dengan berlanjutnya bulan, berlanjut rakyat tiada ketenangan. Hatiku pedih dimabukkan. Siapa yang berwenang di negeri ini? Tiada kuasa dalam pemerintahan, jerat derita bagi beratus marga.
    7. Kurangkai keempat kuda jantanku, kuda jantanku berleher panjang. Kupandang keempat penjuru;kepedihan dimana-mana, tiada tempat aku menjalankan kereta.
    8. Kini kejahatanmu merajalela, dan kulihat tombakmu. Lagi engkau tenang dan bersahabat, seolah engkau telah saling berjanji.
    9. Hao Tian tidak berkenan, raja kita tiada ketenangan. Tetapi ia tiada upaya membetulkan hatinya. Dan berprihatin membenarkannya.
    10. Aku Jia Fu, membuat lagu, membuka kesewenangan raja. Kecuali kamu mengubah pikiranmu, dan berupaya merawat berlaksa negerimu! ---
  7. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kiasan dan menceritakan; meratapi kekacauan negeri akibat ulah menteri besar Yin dan menyalahkan pula perilaku raja. Sanjak ini ditafsirkan terjadi pada zaman raja Zhou You Wang (781 – 771 s.M). Zhou You Wang adalah putra raja Zhou Xuan Wang tetapi lebih buruk dari ayahnya. Di bawah tangannya itulah dinasti Zhou Barat tumbang. Dia sendiri terbunuh oleh orang-orang Quan Rong (Tartar). Ia digantikan oleh putranya yang bernama Zhou Ping Wang (771 – 722 s.M) yang memindahkan ibukotanya ke Timur (Kota Luo Yi)

    1. Bulan pertama embun beku berlimpah, hatiku luka oleh kepedihan. Kata-kata fitnah orang-orang itu terus kian membesar. Betapa kudapat sendirian, dengan kepedihan yan terus merebak. Sungguh pedih hatiku, kepedihan yang tersembunyi menjadikanku sakit.
    2. Ayah bunda melahirkanku! Adakah itu untuk menjadikanku menderita? Mengapa tidak terjadi sebelumku? Atau mengapa tidak setelahku? Kata-kata baiknya hanya dari mulut; kata-kata burunya juga dari mulut. Kepedihan hatiku menjadi kian membesar, karenanya aku menanggung nista.
    3. Duka citaku sangat memedihkan; terpikir betapa tidak beruntungnya kedudukan. Rakyat yang tidak bersalah semua akan dijadikan budak seperti aku. Sungguh memedihkan aku! Dari siapa boleh kudapatkan bantuan? Kulihat burung gagak mencari tempat hinggap, tetapi di rumah siapa?
    4. Lihatlah ke tengah hutan; di situ hanya kayu-kayu bakar dan cabang-cabang kecilnya. Rakyat di tengah-tengah bahaya, melihat hanya kelamnya langit. Namun biar itu kepastian, tiada orang yang mampu mengatasi. Adakah Tuhan Yang Maha Besar di atas (Huang Shang Di), adakah dia membenci seseorang?
    5. Bila dikatakan tentang bukit di situ ada yang rendah, ada pegunungan dan dataran yang luas. Kalau ada kesalahan bicara rakyat, mengapa engkau tidak meredam? Ingatlah pengalaman zaman kuno; pertimbangkanlah akan mimpi para pengkaji: semua berkata, ‘Aku suci; tetapi siapa dapat membedakan gagak betina dan gagak jantan?’
    6. Dikatakan tentang langit yang demikian tinggi, tetapi kita tidak berani tidak membungkuk. Dikatakan tentang bumi yang demikian tebal, tetapi kita tidak berani tidak hati-hati menginjak. Kebebasan itu mengungkapkan diri, di situ ada alasan ada dasarnya yang baik. Menyedihkan orang-orang zaman sekarang! Mengapa seperti kobra (Hui) dan salamander (Yi)?
    7. Lihatlah ladang yang kasar dan berbatu-batu; tumbuh subur tunas padi! Tian mengguncangkanku, seolah tiada kuasa mengatasiku. Sungguh-sungguh mencariku, seolah tidak mendapatkanku. Memandangku penuh permusuhan, tidak mau menggunakan tenagaku.
    8. Kepedihan di dalam hati terasa terikat oleh sesuatu. Pemerintahan zaman sekarang, betapa dia menindas! Nyala api, bila merebak, betapa memadamkan; tetapi kemuliaan ibukota dinasti Zhou telah dihancurkan Bao Si (permaisuri baru raja Zhou You Wang yang tidak pernah tersenyum).
    9. Sungguh ini meresahkan hatiku. Lebih-lebih diiringi hujan yang merendam. Kereta telah penuh, bila dibuang penyangga roda, muatannya akan terjungkir balik, dan engkau akan berteriak, ‘Tolonglah aku paman!’
    10. Bila engkau tidak membuang penyangga roda, yang membantu jari-jarinya; dan engkau terus melihat sang sais, dan membiarkan muatan terlalu penuh, an akhirnya menimbulkan kesulitan yang sangat berbahaya; engkau tidak memikirkan hal ini.
    11. Ikan di dalam kolam, namun tidak dapat menyenangkan diri. Meski mereka menyelam ke dasar, tetap nampak sangat jelas. Hatiku yang pedih sungguh menyakitkan, bila memikirkan penindasan oleh negeri.
    12. Mereka memiliki anggur bagus, dan lauk yang lezat. Mereka kumpulkan tetangga, dan sanak keluarga saling memuji. Memprihatinkan aku seorang diri, kepedihan hatiku sungguh memilukan.
    13. Betapapun mereka mempunyai rumah; setidaknya mereka mempunyai gaji. Namun rakyat yang tidak berpunya. Dan bencana alam menimpa mereka, yang kaya masih dapat melewati, menyedihkan bagi yang membutuhkan dan seorang diri.
  8. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan dan kias. Ratapan untuk negeri yang runtuh karena raja yang gelap mata dan terganggu oleh kegilaannya ingin melihat perempuan kekasihnya senyum. Negara runtuh, raja terbunuh dan dihancurkan ibukota diasti Zhou.

    1. Jalinan di bulan sepuluh, bulan baru (Shuo Ri) adalah hari Xin Mao, terjadi gerhana matahari, pertanda yang sangat buruk. Berlanjut bulan menjadi kecil, dan kini matahari pun mengecil. Kini rakyat di bawah akan menanggung kepedihan besar.
    2. Matahari dan bulan melaporkan pertanda buruk, berjalan tidak pada tempatnya. Di empat penjuru negeri tiada pemerintahan (baik), karena orang baik tidak digunakan. Terjadinya gerhana bulan itulah kejadian biasa. Kini matahari mengalami gerhana, betapa keburukan tidak tertutup!
    3. Betapa besar nyala kilatan Guntur; sungguh kurang ketenangan, kurang hal yang baik. Beratus sungai meluap membanjiri. Rumah-rumah di gunung bertumbangan. Pegunungan tinggi menjadi lembah; lembah dalam menjadi bukit. Sungguh menyedihkan orang-orang saat ini! Betapa orang (raja) tidak menghentikannya?
    4. Huang Fu menjadi kepala pemerintah; Fan adalah menteri pendidikan (Si Tu); Jia Bo adalah kepala administrasi; Zhong Yun adalah kepala koki; Zou Zi adalah pencatat sejarah keluarga; Jue adalah kepala urusan kuda Yu adalah kepala pengawal; dan istrinya yang cantik mendapatkan tempatnya.
    5. Adapun Huang Fu ini tanpa sadar ia berbuat di luar musim mengapa menyuruh kami melakukan, tanpa melakukan perundingan? Ia memindahkan tembok dan genting, ladangku menjadi rawa atau tempat menambat. Ia berkata, ‘Aku tidak melukaimu; peraturan yang menghendaki begitu.’
    6. Huang Fu sangat pintar; ia membangun kota besar di Xiang. Dipilih tiga orang jadi menterinya, mereka semua sangat kaya. Ia tidak dapat hanya dengan satu menteri, siapa mampu menjaga raja. Ia memilih yang memiliki kereta dan kuda, untuk berdiam di kota Xiang.
    7. Aku telah memacu demi pengabdianku, tidak berani melaporkan kepayahanku tanpa berbuat jahat atau penentangan, mulut para pemfitnah lantang ditujukan aku. Tetapi bencana yang dialami rakyat di bawah, bukan datang dari Tian. Berbagai ucapan dan kebencian di belakangnya, semua berasal dari manusia.
    8. Sungguh jauh kampung halamanku, dan penyesalanku sangatlah besar. Di keempat penjuru yang lain dalam damai, aku sendiri di sini mengalami kepedihan. Rakyat semua teah menyingkir, aku sendiri tidak berani bersantai. Firman Tian tidak dapat dijelaskan, aku tidak berani mengikuti kawan-kawanku meninggalkan tempat.
  9. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Ratapan seorang pejabat melihat tanda-tanda akan keruntuhan dinasti Zhou, ia mengungkapkan apa yang akan terjadi; ia tetap konsis di dalam memegang tanggung jawabnya.

    1. Sungguh maha besarlah Hou Tian, mengapa atas kebajikan itu, diturunkan kematian dan kelaparan, menghancurkan keempat penjuru negeri? Min Tian Tuhan Yang Maha Kasih, telah menunjukkan kedahsyatan, mengapa ia tergambarkan, terpikirkan? Akan hal orang yang telah bersalah: biarlah mereka menanggung derita; tetapi mereka yang tidak berbuat salah tanpa kecuali menjadi hancur.
    2. Dinasti Zhou yang agung hampir punah, dan tiada upaya menghentikannya, para petinggi yang benar telah meninggalkan tempatnya, dan tiada yang mengerti akan jerih payahku. Pembesar yang mengurus tiga perkara, tidak mau mengerjakan tugasnya siang dan malam. Para raja muda berbagai negeri, tidak mau hadir pagi dan sore. Jangankan mau berbuat baik, bahkan sebaliknya senantiasa berbuat buruk.
    3. O… betapa Hou Tian? Jangankan dia mau mendengar kata-kata yag dapat dipercaya. Dia seperti orang yang sedang tersesat, siapa tahu dia akan kemana. Kamu semua beratus pejabat, hendaklah masing-masing memuliakan tugas. Mengapa engkau tidak saling merasa takut? Kamu tidak takutkah kepada Tian.
    4. Perang sedang berkecamuk, mengapa tidak menarik mundur (dari perilaku jahat); kelaparan sedang terjadi, mengapa tidak melanjutkan yang baik; maka aku yang hanya seorang perapi kamar, tiap hari hanya penuh derita. Kamu semua beratus pejabat, kamu tidak mau mengungkapkan (kebenaran). Bila mendengar pertanyaan, kamu hanya sekadar menjawab, bila fitnah mengena, segera kamu mundur.
    5. Sungguh menyedihkan (Ai Zai) tidak terucap, yang tidak hanya keluar dari mulut! Yang mengucapkan sungguh menanggung derita. Yang boleh hanya kata-kata yang asal diucapkan! Kata-kata licik terus mengalir, dan pengucapnya diam bersantai.
    6. Itu boleh dikatakan tentang menempati jabatan, yang penuh bahaya dan risiko. Yang dikatakan tidak dapat diikuti, atau engkau berlaku melawan Tian Zi (raja). Kalau yang boleh diikuti, akan menimbulkan penyesalan kawan dan sahabat.
    7. Aku berkata, ‘Pindahlah ke ibukota raja’, dan kamu berkata bahwa kamu tidak memiliki kediaman di sana. Pedih pikiranku dan menitikkan darah; tiap kata yang diucapkan menjadikan aku dibenci; tetapi bila kamu dahulu meninggalkan kediaman, siapa membuatkanmu rumah?
  10. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Seorang perapi kamar meratapi atas keporakporandaan negerinya. Sanjak ini jelas berasal dari zaman raja Zhou You Wang.