logo

Shi Jing XX

Xiao Min

    1. Betapa murka Tian Yang Maha Kasih, menimpa ke tanah di bawah ini; berbagai nasihat dan rencana bengkok dan buruk; Kapankah ia akan berhenti? Nasehat dan rencana yang baik tidak diikuti, dan yang tidak baik itulah yang dilakukan. Aku melihat bicara dan rencananya, sungguh besar kepedihanku.
    2. Sebentar mereka bersetuju dan sebentar mereka saling menjelekkan; sungguh masalah besar yang memprihatinkan. Bila ada nasihat yang baik, mereka pasti menentangnya. Bila nasihat itu buruk, semuanya suka dan menyetujui itu. Bila kulihat nasihat dan rencana itu, apa sesungguhnya yang dikehendaki?
    3. Batok kura-kura kita telah payah, tidak akan memberitahukan apa yang direncanakan. Sungguh banyak para penasihat, tetapi tiada tanggungjawab yang diselesaikan. Tukang bicara memenuhi sidang, tetapi siapa berani mempertanggungjawabkan sendiri? Seolah kita merundingkan tetapi tanpa kemajuan, dan karenanya tidak didapat Dao (jalan).
    4. Sungguh menyedihkan rencana lama kita jangan gunakan pola orang-orang kuno, dan jangan jadikan pokok besar untuk mengaturnya. Mereka hanya berebut kata-kata remeh, dan bertengkar tentang kata-kata dangkal. Mereka seperti membangun rumah bertanya kepada orang jalanan, jelas tidak akan jadi.
    5. Meskipun negara belum tenang, pasti ada orang yang pandai dan yang tidak. Meskipun rakyat mungkin tidak terhitung, tentu ada yang tajam pikiran, utnuk memberi nasihat, sebagian penuh kesungguhan, dan sebagian harus diperintah. Kita seperti air mengalir dari sumbernya, dan akan tenggelam dalam keruntuhan, bersama.
    6. Jangan berani melawan harimau tanpa senjata; dan jangan berani menyeberangi sungai He tanpa perahu. Mereka hanya tahu satu perkara, tetapi mereka hanya itu saja. Hati-hatilah, was-waslah, seolah berjalan di tepi jurang dalam, seolah berdiri menginjak lapisan es tipis (Lihat Lun Yu VIII: 3.2.)
  1. Catatan:

    Sanjak ini bersifat meratapi kecerobohan pribadi raja Zhou You Wang dan para nasihatnya yang akan membawa dinasti Zhou Barat mengalami keruntuhan.

    1. Mendekur kecil suara merpati, tetapi terbang meninggi langit. Hatiku terluka pedih, kuingat akan leluhur kita. Sampai fajar menyingsing aku tidak dapat tidur, yang terpikirkan hanya kedua orang tua kita.
    2. Orang yang beres dan suci, biar minum tetap menguasai diri; tetapi orang yang bodoh dan tidak mengerti hanya menjadi budak minum sehari-hari. Hati-hatilah akan perilakumu; yang difirmankan/dikaruniakan Tian (bila hilang) tak akan kembali.
    3. Di tengah dataran ada kacang-kacangan, dan rakyat jelata mengumpulkannya. Ulat sutera mulai menetas, dan serangga membawanya pergi. Ajar dan latihlah anak-anakmu, mereka boleh menjadi sebaik kamu.
    4. Lihatlah burung pipit, terbang sambil mencicit. Hari-hariku terus melaju; bulanpun mengikuti. Bangunlah pagi-pagi dan tidurlah larut, jangan memalukan orang yang melahirkanmu.
    5. Si paruh-hijau datang dan pergi, mematuk padi dari tempat tumpukannya. Sungguh pedih orang yang terasing, rela menjadi penghuni penjara! Dengan segenggam padi aku keluar mengkaji, betapa aku mampu menjadi baik.
    6. Kami wajib ramah dan hormat, seolah kami bersarang di pohon. Selalu cemas dan hati-hati, hati-hatilah, was-waslah, seolah berjalan di tepi jurang dalam, seolah berdiri menginjak lapisan es tipis.
  2. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kiasan dan menceritakan tentang beberapa pejabat yang ada dalam pemerintahan yang kacau dan tidak beres sehingga selalu tetap menjaga tegaknya kebajikan disamping perlu berhati-hati. Sanjak ini berasal dari zaman raja Zhou You Wang.

    1. Sang gagak dengan mengepak sayapnya, datang dan pergi dalam kelompok. Banyak rakyat hidup bahagia, aku sendiri demikian malang. Apa aku melanggar Tian? Apakah salahku? Hatiku pedih; apa yang harus kulakukan?
    2. Jalan ke negeri Zhou mestinya datar dan mudah, tetapi semua tertutup rumput belukar. Hatiku terluka pedih, resah bagai dipalu. Aku tergeletak mengeluh, mengeluh berkelanjutan; dalam kepedihan aku menjadi tua. Hatiku sungguh pedih; sungguh menyakitkan bagai sakit kepala.
    3. Meski hanya sebatang pohon besaran dan Zi wajib dirawat dengan hormat dan sungguh; namun tiada yang seperti ayah yang memperhatikan; tiada seperti Ibu menjadi sandaran. Tidakkah aku ada jalinan dengan rambut (ayahku)? Tidakkah aku dikandung (ibuku)? O… Tian yang melahirkanku! Betapa aku lahir disaat yang tidak aman sentosa?
    4. Betapa subur pohon Liu (Willow), dan riang-riang di sana mengerik. Lihatlah di kolam dalam, di situ tumbuh subur alang-alang dan gelagah. Aku bagai perahu terapung-apung, tidak tahu kemana pergi. Hatiku pedih; tidak ada saat santai merebahkan diri.
    5. Lari pergi rusa jantan, tetapi kakinya bergerak lambat. Burung pegar berkokok di pagi hari, mencari pasangannya. Aku seperti pohon rusak, meranggas tidak bercabang. Hatiku pedih; betapa tiada orang mau mengerti?
    6. Lihat betapa kelinci berlindung; ada yang dapat menyelamatkannya. Di jalanan ada orang mati; ada orang yang menguburnya. Namun betapa hati penguasaku, apapun tega dilakukan. Hatiku pedih, air mataku bercucuran turun.
    7. Penguasaku percaya pemfitnah, seperti sudah minum dari piala sumpah. Penguasaku tidak berwelas asih, dan tidak mau memeriksa perkara. Pemotong kayu mengikuti kemiringan pohon; membelah kayu bakar mengikuti kepingannya; tetapi ia membiarkan orang yang bersalah, dan melimpahkan salahnya kepadaku.
    8. Tiada yang lebih tinggi dari pada sebuah gunung; tiada yang lebih dalam dari pada sumber yang besar. Penguasaku tidak akan menarik kata-katanya, kalau tidak menempatkan telinganya menempel tembok. Jangan dekati bendunganku; jangan singkirkan keranjangku. Diriku dihancurkan; apa ada harapan untuk masa yang akan datang?
  3. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias dan menceritakan. Menceritakan waris raja Zhou You Wang adalah putri negeri Shen dan putra sulungnya Yi Jiu telah diresmikan sebagai putra pewaris; tetapi ketika itu Zhou You Wang sangat dipengaruhi oleh kekasihnya bernama Bao Si, sang permaisuri telah diturunkan kedudukan dan Yi Jiu dibuang ke negeri Shen tempat nenek moyangnya. (lihat Meng Zi VI B : 3) tentang sanjak Xiao Bian.

    1. Maha Suci Hao Tian (Tuhan Yang Maha Besar), siapakah ayah bundaku, yang tidak keliru tidak bersalah, kekacauan ini menjadikanku sangat menderita! Sungguh maha dahsyat Hao Tian, namun aku sungguh tidak bersalah. Sungguh sangat menderita aku Hao Tian, namun aku sungguh tidak bersalah.
    2. Kekacauan datang sejak kelahiran, ketika pertama kepalsuan diderita. Kekacauan yang tumbuh berlanjut karena penguasa kita percaya pemfitnah. Bila pengguasa menjadi marah (kepada mereka), kekacauan mungkin cepat reda; bila yang berkuasa mampu gembira (dalam hal yang baik), kekacauan mungkin cepat berakhir.
    3. Penguasaku sering membuat kesepakatan, dan kekacauan menjadi bertambah. Bila penguasaku mempercayai para penjahat itu, kekacauan akan tumbuh marak. Kata-katanya sangat manis, dan kekacauan menjadi berkembang. Mereka tidak menunaikan kewajiban, bahkan menjadikan raja menanggung derita.
    4. Maha agung Miao leluhur; penguasa yang Junzi yang membangunnya. Sungguh perencanaan besar yang bijak; yang ditetapkan nabi. Apa yang ada di dalam hati mereka, aku dapat mengukurnya dengan merenung. Betapapun cepat lari kelinci yang licik, tetapi tertangkap juga oleh sang anjing.
    5. Pohon yang berkayu lunak mudah diperindah, ditanam oleh sang Junzi. Kata-kata yang datang dan pergi dapat dipilahkan maknanya dengan hati. Kata-kata besar yang mudah diucapkan itu hanya lontaran dari mulut. Pandai bicaranya seperti harmonium, betapa tebal wajahnya.
    6. Siapakah mereka? Mereka yang diam di tepi sungai, dan tidak memiliki kekuatan atau keberanian, sedang keadaan mendekati kekacauan! Dengan kaki yang bengkak dan bernanah, keberanian apa yang kau miliki? Kamu banyak berencana besar, tetapi pengikutmu hanya sedikit.
  4. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan dan kias. Seseorang menderita karena raja difitnah dan bermohon kepada Tian agar dapat mengatasi berbagai fitnah itu. Kasus ini banyak terjadi pada zaman raja Zhou Li Wang (878 – 827 s.M) kakek raja Zhou You Wang.

    1. Siapakah orang itu? Pikirannya penuh akal berbahaya. Mengapa ia mendekati tanggulku, tanpa masuk lewat pintu? Siapa orang yang mengikuti? Itu pasti suara Bao.
    2. Kedua orang itu berjalan berurutan; siapakah di antara mereka yang berencana mencelakakanku? Mengapa ia datang ke tanggulku, tidak berbela duka kepadaku? Jalinanku menjadi berbeda sejak itu, kalau tidak ada itikad tertentu kepadaku.
    3. Siapakah orang itu? Mengapa ia datang ke jalan masuk pintuku? Kudengar suaranya, tetapi tidak kulihat orangnya. Ia tidak malu di hadapan orang; ia tidak takut kepada Tian.
    4. Siapakah orang itu? Ia seperti angin puting. Mengapa ia tidak datang dari utara? Juga tidak dari selatan? Mengapa ia mendekati tanggulku, tidak melakukan sesuatu kecuali mencurigakan hatiku?
    5. Engkau berjalan pergi lambat-lambat, dan engkau tidak istirahat sejenak! Engkau berjalan cepat-cepat, dan engkau istirahat meminyaki roda-rodamu! Bila kamu baru pertama kali datang! Mengapa aku dalam keadaan menanti?
    6. Bila kembalimu masuk ke rumahku, hatiku akan tenteram. Bila kembalimu tidak masuk, sungguh sulit memahami alasanmu. Bila kamu baru pertama kali datang, itu menjadikanku tenang.
    7. Yang tua meniup peluit dari tembikar, yang muda meniup seruling bambu; rasanya aku memetik alat yang sama denganmu. Bila sungguh engkau tidak mengenalku, di sini ada tiga hewan kurban, untuk aku bersumpah kepadamu.
    8. Kalau kamu anak setan atau anak polong (Gui Yu = iblis/orang jahat), kamu tidak akan mendapat. Tetapi bila wajah dan mata bertatap, orang akan mampu memahami. Telah kugubah nanyian bagus ini, untuk menunjukkan polah tingkahmu.
  5. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan; seseorang menderita karena fitnah dan menduga pelakunya adalah kawan lamanya. Yakni tentang seorang pangeran yang menderita karena fitnah pangeran lain yang bernama Bao.

    1. Garis-garis yang indah boleh menjadi sulaman kulit kerang. Para pemfitnah itu sungguh-sungguh sudah keterlaluan.
    2. Beberapa titik yang berbeda boleh untuk membentuk garis-garis kompas. Pemfitnah itu! Siapa yang menjadi perencana?
    3. Berangkat dengan mulut berkomat-kamit, berencana dan ingin menjelekkan orang. Tapi hati-hatilah dengan kata-katamu; orang akan mengatakan kamu tidak dapat dipercaya.
    4. Pandai kamu dan selalu berubah-ubah, yang kamu rencanakan dan kamu fitnah. Mereka sungguh terkena, namun akhirnya akan menyakiti dirimu.
    5. Orang senang berbangga-bangga, dan kesulitan itu menimbulkan kepedihan. O… Cang Tian! Tuhan Yang Maha Suci! Lihatlah orang-orang yang sombong itu, kasihan yang kepayahan.
    6. Orang yang pemfitnah itu! Siapa yang merancang untuk mereka? Akan kutangkap para pemfitnah itu, melontarkan mereka kepada serigala dan harimau. Bila serigala dan harimau tidak mau memangsa, akan kulempar ke utara. Bila yang di utara itu tidak mau menerima, akan kulempar mereka kepadamu yang maha besar.
    7. Jalan di taman Yang Liu menuju ke bukit Mu Qiu. Sang kasim Mengzi, menciptakan sanjak ini. Engkau beratus Junzi, penuh hormat mendengarkan.
  6. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias dan menceritakan; seorang kasim menderita fitnah, mengelih akan nasibnya dan memberi peringatan keras kepada pemfitnahnya.

    1. Sepoi-sepoi angin timur; tiupan angin diiringi hujan. Pada saat yang mengkhawatirkan dan menakutkan ini, yang mengalami semua aku dan kamu. Pada saat sentosa dan menyenangkan, engkau telah berbalik dan aku dicampakkan.
    2. Sepoi-sepoi angin timur; dan tiupan angin diiringi badai. Pada saat yang mengkhawatirkan dan menakutkan ini, kau tempatkan aku di dadamu. Pada saat yang aman dan menyenangkan, engkau telah mencampakkan aku seperti barang rongsokan.
    3. Pada saat yang mengkhawatirkan dan menakutkan ini, dan batu karang menutup puncak bukit. Tiada rumput yang tidak mati, tiada pohon yang tidak layu. Kau lupakan kebajikan besarku, dan hanya ingat akan kesalahan kecilku.
  7. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias tentang seseorang yang mengeluh karena ditinggalkan oleh kawan lamanya karena perubahan kondisinya

    1. Panjang dan lebar E tumbuh; itu bukan E tapi Hao. Aduh-aduh ayah bundaku, betapa payah dan pedih melahirkanku!
    2. Panjang dan lebar E tumbuh; itu bukan E tapi Wei. Aduh-aduh ayah bundaku, pedih payah melahirkanku!
    3. Bila timba parah dipakai, itu memalukan jambanganya. Dari pada hidup terpencil, lebih baik mati sejak dahulu. Tanpa ayah, siapa diandalkan? Tanpa ibu, siapa tempat bersandar? Kala mengembara, kubawa kepedihan; ketika pulang, tiada seorang untuk dituju.
    4. O… ayah yang menurunkanku! O… ibu yang merawatku! Engkau yang memanjakanku, memberi makan, engkau yang membesarkanku, membantuku, dikau merawat, tidak meninggalkanku, luar dan dalam mendekap menggendongku. Kuingin membalas kebajikan (bila aku pulang), bagai kasih Hao Tian, tidak terbatas
    5. Dingin dan tandus gunung selatan (Nan Shan); tiupan angin sungguh ganas. Seluruh rakyat bahagia; mengapa aku sendiri menderita?
    6. Gunung selatan sungguh terjal; tiupan angin berhembus kencang. Rakyat semua bahagia; aku sendiri tidak dapat mengakhiri (tugasku).
  8. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias dan menceritakan. Menggambarkan seorang putra yang mengeluhkan nasibnya yang tidak mampu melanjutklan kewajiban akhir untuk orang tuanya dan mengembangkan apa yang menjadi harapannya. Tumbuh-tumbuhan E, Wei dan Hao adalah jenis tumbuhan perdu yang tidak ada rujukan untuk menterjemahkan.

    1. Penuh dengan jawawut pinggan itu, panjang dan melengkung penggaruk dari kayu berduri. Jalan ke negeri Zhou laksana batu pengasah, lurus bagai jalan anak panah. Di situ para Junzi berjalan, dan orang-orang kecil melihatnya. Bila aku menengok ke belakang dan teringat itu, tetesan air mataku bercucuran.
    2. Di negeri timur yang besar dan yang kecil, kosong peralatan tenunnya. Sepatu tipis dari serat rami (Ge) boleh untuk berjalan di atas embun beku. Putra pangeran (Gongzi) yang ramping elok berjalan melaluinya ke negeri Zhou. Mereka pergi dan datang menjadikan hatiku sakit.
    3. Air dinginmu yang berhamburan dari sumber, jangan membasahi kayu bakar yang kupotong. Dengan pedih aku bangun dan mengeluh; aduh rakyatku yang harus menanggung! Kayu bakar telah dipotong; itulah beban yang harus dibawa pulang! Aduh rakyatku yang harus bersusah payah! Kapan kita boleh melepas lelah!
    4. Para putra dari timur hanya berpayah melaksanakan pekerjaan, tidak memiliki keberanian datang; sedang para putra dari barat mewah bergemerlap dengan pakaian yang dikenakan. Para putra perahu memiliki bulu beruang biasa dan yang mengerikan. Para putra keluarga paling miskin menjadi pegawai yang harus melayani masyarakat.
    5. Bila kusajikan beserta anggur, mereka tidak memandang itu sebagai minuman keras. Bila kuberikan mereka ban pinggang dengan anting-antingnya dari batu, mereka menganggap kurang panjang. Di langit ada rasi bintang Han (Bimasakti), Nampak gemerlap cahayanya; tiga bintang bersama adalah gadis penenun (Zhi Nu), tiap hari melewati tujuh pentas (di langit).
    6. Meski mereka melewati tujuh pentas, namun belum lengkap menentang kita. Gemerlap cemerlang bintang penuntun Sapi (Qian Niu), tetapi mereka belum menggambarkan kereta kita. Di timur ada bintang terang/Lucifer (Qi Ming); di barat ada bintang Chang Geng (Hesperus); Panjang dan melengkung rasi bintang jaring kelinci di langit; tetapi hanya mencukupi untuk tempatnya.
    7. Di selatan ada bintang Ji (Saringan), tetapi tidak cukup untuk menyaring. Di utara ada bintang Dou (gantang), tetapi tidak berisi anggur. Di selatan ada bintang Ji malas menunjukkan mulutnya. Di utara ada bintang Dou, naik gagangnya di barat.
  9. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias dan menceritakan; seorang pejabat dari salah satu negeri di timur mengeluh perlakuan yang diterima dari pemerintah yang banyak memberi kemudahan kepda negeri yang di barat, sebaliknya sangat menekan kepada negeri-negeri di wilayah timur. Ini terjadi pada zaman raja Zhou You Wang yang keadaannya kacau balau.

    1. Bulan ke empat datanglah musim panas, dan di bulan keenam panas mulai reda. Bukan manusiakah nenek moyangku? Betapa mereka menegakkanku?
    2. Musim rontok udara menjadi dingin, beratus tumbuhan rontok daunnya. Di dalam kepedihan oleh kekacauan dan keberantakan, kemana aku dapat pergi?
    3. Musim dingin gungguh ganas, dan badai bertiup sangat kencang. Seluruh rakyat bahagia; Mengapa aku sendiri sengsara?
    4. Di gunung ada pohon-pohon yang bagus, pohon Li (Chestnut) dan pohon Mei (Plum). Oleh kemerosotan akhlak orang menjadi perampok dan pencuri, aku tidak tahu apa penyebabnya.
    5. Lihatlah air yang keluar dari sumber, kadang jenih dan kadang keruh. Tiap hari aku menemui kemalangan; betapa aku dapat bahagia?
    6. Berlimpah aliran sungai Jiang dan Han, yang mengtur keadaan negeri selatan. Jerih payahku melayani, tiada orang mempedulikan.
    7. Aku bukan elang atau rajawali, yang terbang tinggi di langit. Aku bukan gurami besar atau kecil, yang dapat menyelam dan sembunyi di tempat dalam.
    8. Di gunung ada pakis gila (Jue) dan Wei; di rawa ada tumbuhan Qi (Medlar) dan Yi. Seorang Junzi membuat nyanyian ini, mengungkapkan kepedihannya.
  10. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias dan menceritakan tentang seorang perwira yang menanggung kepedihan dan derita, ditulis pada akhir pemerintahan Zhou You Wang.