logo

Shi Jing XXI

Bei Shan

    1. Kudaki gunung utara, dan kukumpulkan kayu Qi (Medlar). Seorang pejabat yang kuat dan perkasa, pagi dan sore aku ikut melayani. Pekerjaan raja tidak boleh dilalaikan; ayah bundaku sedih (di rumah).
    2. Di bawah langit yang luas, semua adalah tanah raja. Segenap wilayah yang dibatasi pantai, semuanya adalah menteri baginda. Para pembesarnya tidak adil, menganggap aku seorang diri yang mampu.
    3. Keempat ekor kudaku tiada waktu berhenti; pekerjaan raja tidak memperkenankan istirahat. Mereka memujiku masih belum tua; dianggap jarang orang seperti aku bersemangat. Sementara tulang punggung menyiapkan kekuatan, aku harus berencana dan bekerja untuk keempat penjuru.
    4. Sebagian menikmati santai dan istirahat, dan sebagian payah mengabdi untuk negeri; sebagian istirahat dan bermalas di tempat tidurnya, dan sebagian tiada saat untuk berhenti.
    5. Sebagian tidak pernah mendengar suara, dan sebagian harus payah bekerja; sebagian bermalas telentang sambil melihat ke atas, dan sebagian dengan sepenuh tenaga melaksanakan pekerjaan raja.
    6. Sebagian dimanjakan kesenangan dan minum, dan sebagian menyedihkan menjadi tempat makian; sebagian di rumah dan di luar negeri, melontarkan kecaman, dan sebagian dapat melakukan apa saja.
  1. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan; seorang pejabat mengeluh tugasnya yang berat dan terus menerus serta harus jauh dari orang tuanya, sementara yang lain tinggal di rumah dan menikmati waktunya. (Bandingkan dengan Mengzi V A : 4.2)

    1. Jangan mendorong maju kereta besar; itu hanya akan menimbulkan debu untuk diri sendiri. Jangan berpikir segalanya menjadi bebanmu; itu hanya akan menjadikanmu sakit.
    2. Jangan mendorong maju kereta besar; debunya hanya akan membutakan diri. Jangan berpikir segalanya menjadi bebanmu; itu akan menimbulkan pandangan keliru.
    3. Jangan mendorong maju kereta besar; debunya akan mengaburkanmu. Jangan berpikir segalanya menjadi bebanmu; itu hanya akan memberatkan dirimu.
  2. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias; beberapa pejabat kepayahan mengabdi raja dan berharap dapat lepas dari beban yang memberatinya.

    1. Betapa gemilang Tian Yang Maha Tinggi (Ming Ming Shang Tian), menyinari dan mengatur bumi di bawah ini! Aku menapaki perjalanan ke barat sejauh hutan Qiu. Mulai tanggal satu bulan ke dua, telah kulalui dingin dan panas. Hatiku pedih; racun nasibku terlalu pahit. Kuingat kawan sejawat, airmataku meleleh bagai hujan. Tidakkah aku ingin pulang? Tetapi aku takut akan jaring kejahatan.
    2. Semula saat aku berangkat, matahari dan bulan membaharui tahun. Kapan aku kembali? Tahunya sudah terlambat. Kurenung betapa aku seorang diri, sedang masalah yang menggelutiku demikian banyak. Hatiku pedih; aku bekerja payah tanpa jeda. Kuingat kawan sejawat, memandang mereka yang penuh harapan. Tidakkah aku ingin pulang? Namun aku takut balas kemarahan.
    3. Dahulu saat aku berangkat, matahari dan bulan memberikan kehangatan. Kapan aku kembali? Urusan Negara kian mendesak. Tahunnya sudah terlambat, kukumpulkan batang-batang kayu bakar, dan kacang yang telah panen. Hatiku pedih; tiada sesuatu bagiku kecuali kepedihan. Kuingat kawan sejawat, aku bangun dan keluar melewatkan malam. Tidakkah aku ingin pulang? Tetapi aku takut berbalik-baliknya masalah.
    4. O! Dikau Junzi! Jangan beranggap saat amanmu kekal. Diam-diam penuhilah kewajibanmu, jalinlah hubungan dengan yang benar dan lurus. Shen-Tuhan Yang Roh mendengarmu, dan mengaruniakan yang baik.
    5. O! Dikau Junzi! Jangan beranggap saat aman istirahatmu kekal. Diam-diam penuhilah kewajibanmu, cintailah yang benar dan lurus. Shen-Tuhan Yang Roh mendengarkanmu, dan mengaruniaimu kebahagiaan gemilang yang besar.
  3. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan; seorang pejabat lama meninggalkan rumahnya karena tugas ke tempat jauh dan mengeluhkan betap berat nasibnya, namun ia rela menanggung penderitaan itu dan menganjurkan hal yang baik untuk kawan sejawatnya yang beruntung.

    1. Bunyi tambur dan loncengnya bertalu-talu, sedang air sungai Huai mengalir menghanyutkan; pedih hatiku dan terluka. Kemuliaan Junzi (zaman dahulu) itu, di dalam hatiku tidak terlupakan.
    2. Suara lonceng dan tamburnya berdentang-dentang, sedang air sungai Huai mengalir deras; hatiku sedih dan meratap. Kemuliaan Junzi (zaman dahulu) itu, sayang kebajikan itu tidak kembali.
    3. Loncengnya berdering, temburnya bergema, ada tiga pulau di sungai Huai; sedih hatiku dan tergerakkan. Oleh Kemuliaan Junzi (zaman dahulu) itu, kebajikannya berbeda dengan yang kini.
    4. Genderang dan lonceng berbunyi; celempung dan kecapi menuntunkan nada; suara musik tiupnya memberi harmoni. Dinyanyikan lagu Ya dan Nan, mengiringi tarian tanpa salah.
  4. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Diduga berkait dengan iringan perjalanan Raja Zhou You Wang ke wilayah sungai Huai, di sana ia membuang diri dalam bersantai dengan lagu-lagu dan tarian.

    1. Tumbuh berserakan jerami itu di tanah, tetapi mereka membersihkan duri semaknya. Mengapa sejak dahulu demikian? Itu agar dapat bertanam gandum dan jawawut; maka jawawut kita berlimpah, jawawut sajian sembahyang yang berlimpah. Saat lumbung kita penuh, dan berlaksa tumpukan tertimbun, kita siap membuat anggur dan makanan, untuk sajian dan sembahyang; didudukkan pelaku mendiang dan disilakan makan: Penuh harap menggemilangkan kebahagiaan.
    2. Dengan tertib dan hormat yang penuh, lembu dan domba yang semuanya telah disucikan, kita siap untuk sembahyang musim dingin dan musim rontok. Sebagian menguliti; sebagian merebus hewan kurban; sebagian mengatur; sebagian menyiapkan. Pemimpin sembahyang memasuki gerbang kuil, seluruh sajian lengkap cemerlang. Sungguh agung leluhur kita; rohnya bahagia menerima sajian; anak cucu yang berbakti menerima berkah: Dikaruniakan kebahagiaan besar, berlaksa tahun tanpa batas (Wan Shou Wu Jiang).
    3. Mereka ikut hadir ke dapur penuh hormat; disiapkan talam besar; sebagian untuk daging panggang; sebagian yang direbus. Istri pangeran memimpin, diam dan penuh hormat, menyiapkan mangkuk sajian yang besar maupun yang kecil. Para tamu dan pengunjung menyajikan piala dan minum berkeliling. Semuanya tertib mengikuti aturan; setiap senyum dan kata semuanya dilakukan semestinya. Roh dengan diam datang, dan melimpahkan berkat besar: berlaksa tahun sebagai balasan.
    4. Kita semua sangat lelah, dan melaksanakan upacara tanpa salah. Pemimpin upacara yang cakap ungkapkan amanat, disampaikan kepada segenap cucu berbakti. ‘Harum semerbak sembahyang penuh bakti; Roh berkenan akan anggur dan sajiannya. Dilimpahkan kepadamu beratus berkah; sebagaimana diharapkan berlaku sebagai hukum. Engkau telah berlaku cepat dan tepat guna; Engkau sungguh benar dan hati-hati: diberkatkan bagimu seperti harapan, selama berlaksa berjuta tahun.’
    5. Upacara telah dilaksanakan dengan lengkap, tambur dan lonceng telah mengingatkan, para cucu berbakti mengambil tempat, dan pemimpin upacara yang cakap memberi amanat, pelaku sang mendiang lalu berdiri, ‘Roh telah mereguk habis.’ Lonceng dan tambur mengiringinya pergi, roh dengan damai kembali (ke tempatnya). Para petugas dan istri pangeran, menyingkirkan talam tanpa lengah. Para bapak, paman, kakak dan adik semua membenahi tempatnya berpesta.
    6. Seluruh pemusik naik ke pentas, memberikan penenangan mengiringi akhir pemberkatan. Seluruh sajianmu telah disuguhkan; tiada yang kecewa, semuanya bahagia. Semua minum sampai kenyang, makan sampai kenyang; besar dan kecil mereka semua menundukkan kepala (sambil berkata), ‘Roh berkenan akan anggur dan sajianmu, dan menjadikan panjang usia pangeran. Segenap korbanmu, seluruhnya sesuai musim, telah lengkap kau persembahkan. Semoga segenap anak dan cucu tidak lengah melestarikan!’
  5. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Pelaksanaan upacara sembahyang di kuil/miao leluhur; dan kaitannya dengan kegiatan pertanian. Sanjak ini diperkirakan dicipta pada saat menjelang zaman Chun Qiu.

    1. Ya, itulah gunung selatan yang dibangun – dikendalikan oleh Yu. Wilayahnya yang datar maupun rawa-rawa dibuka, dijadikan persawahan untuk para cucu piyutnya (Zeng Sun). Kita buat batas-batas dan bagiannya yang lebih kecil, ke selatan maupun ke timur, berdasar ukuran Mu (bahu).
    2. Langit di atas disertai awan, bergerak salju bertebaran. Ditambah hujan rintik-rintik. Membasahi bumi, merendam tanah menjadi subur, menghasilkan beratus padi-padian.
    3. Batas-batas dan bagian-bagian yang kecil tertata rapi, Jawawut dan gandum panen berlimpah, menjadi berkah bagi cucu piyut. Dijadikan anggur dan makanan, menyiapkan sajian bagi mendiang dan tamu; dikaruniakan usia panjang, berlaksa tahun (Shou Kao Wan Nian).
    4. Di tengah ladang ada gubuk, sepanjang batas dan bagian-bagiannya adalah labu. Buahnya dipetik dan dipotong, dipersembahkan kepada leluhur agung, cucu piyut panjang usia, menerima berkat Tian (Shou Tian Zhi Hu).
    5. Dilakukan sembahyang dengan anggur jernih, dan diikuti dengan lembu jantan merah; dipersembahkan kepada leluhur kita. Pangeran memegang golok berkelenting, untuk memotong rambut hewan kurban, diambil darah dan dagingnya.
    6. Tiba saat mempersembahkan dan menyilakan; suasana semerbak harum meliputi ruangan. Persembahan yang lengkap sungguh gemilang; hadirlah leluhur kita yang agung. Akan membawakan berkat yang besar, hidup panjang usia tanpa batas.
  6. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Pertanian dilacak sampai yang pertama menemukan; diuraikan sampai para leluhur yang dipersembahi kurban. Juga diungkapkan tentang sistem pembagian tanah pada zaman dinasti Zhou; yang dinamai sistem Jing Tian atau sistem pembagian sawah yang menyerupai huruf sumur (Jing); sawah yang di tengah dinamai sawah umum (menjadi hak raja/penguasa) dan 8 kotak sekelilingnya menjadi hak petani penggarap. Para petani itu harus mengerjakan dan menjaga bersama tanaman pada sawah umum sebelum mengerjakan yang menjadi haknya.

    1. Gemilang bentangan sawah yang luas itu, tiap tahun selaksa karung sebagai pajak. Kumbil dari gudang tua, untuk makanan para petani, sejak dahulu kudapatkan panen yang bagus, kini ku pergi ke petak bahu selatan, di situ orang menyiangi dan yang lain mengumpulkan akar-akarnya. Jawawut dan gandum nampak subur; di tempat penyimpanan yang luas, kuhimpun dan kupacu orang-orang untuk hasil yang lebih besar.
    2. Dengan perahu penuh muatan padi-padian, dan kambing domba untuk hewan kurban, dilakukan sembahyang untuk Malaikat Bumi di empat penjuru. Sawah ladangku sungguh subur sungguh menggembirakan para petani. Dengan kecapi, celempung, dan tambur yang ditabuh, kita bangkitkan Bapak Leluhur Pertanian, dan berdoa untuk dapatkan hujan yang manis, demi menambah hasil jawawut dan gandum, dan membawa berkah bagi para petani dan istrinya.
    3. Datanglah para cucu piyut, beserta istri dan anak-anaknya membawa makanan ke tempat kerja di bahu selatan para penilik datang ke ladang dan mereka gembira. Mengambil makanan yang diletakkan di kiri dan di kanan, mencicipi betapa rasanya. Padi-padian bagus ditanam, di seluruh bahu; seluruhnya baik dan berlimpah. Para cucu piyut tidak marah; para petani terpacu rajin bekerja.
    4. Hasil panen milik cucu piyut, bagai ilalang menutup kereta. Tumpukan milik cucu piyut menggunduk bagai kepulauan dan gundukan tanah. Diperlukan beribu gudang; dicari berlaksa gerobak. Jawawut, padi, dan gandum, membangkitkan kegembiraan para petani; ‘semoga dikaruniai kebahagiaan besar. Berlaksa tahun tiada batas!’
  7. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Digambarkan betapa kehidupan pertanian dan upacara yang berkaitan dengan itu; bahagia bagi para penguasa. Ini menggambarkan kehidupan pada zaman dinasti Zhou.

    1. Sawah yang luas, banyak petani bekerja. Dipilih biji-bijian dirawat peralatannya, siaplah untuk pekerjaan kita, kita tajamkan luku dan garu, siap di bahu selatan. Kita tebar beragam benih, yang tumbuh tegak dan besar, terpuaskanlah harapan cucu piyut.
    2. Bulir dan buahnya tergeletak lembut di dalam pelepahnya; sungguh kokoh dan bagus mutunya; tidak ada rumput Lang atau You (rumput jahat). Kita singkirkan hama yang memakan batang dan daun, dan memakan akar serta lainnya. Sehingga tidak merusak tanaman muda di sawah. Biarlah roh Bapak Pertanian, menangkap dan mencampakkannya ke kobaran api!
    3. Bergumpal awan, dan turunlah hujan rintik-rintik. Semoga hujan pertama turun di sawah negeri, lalu di sawah pribadi! Ada padi muda yang belum dipanen, dan ada potongan yang belum diikat; semuanya akan berserakan di tanah, dan bulir yang tidak terjamah: Untuk keuntungan para janda.
    4. Cucu piyut berdatangan, kemudian para istri dan anak-anaknya membawa bekal ke petak bahu selatan. Para penilik sawah datang dan gembira. Mereka datang menyajikan kurban ke berbagai altar di empat penjuru, beserta hewan kurbannya yang merah dan hitam, beserta gandum jawawut yang telah disiapkan: demikian dilakukan sembahyang, menambahkan kebahagiaan yang gemilang.
  8. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Para pangeran berkumpul di ibukota selatan, memuji raja yang saat itu hadir tanpa diketahui siapa dia.

    1. Lihatlah sungai Luo, airnya luas dan dalam. Kesana sang Junzi datang, ia penuh bahagia dan kemuliaan. Tutup lututnya berwarna merah, dengannya ia menggerakkan keenam pasukannya.
    2. Lihatlah sungai Luo, airnya luas dan dalam. Kesana sang Junzi datang, di mulut sarung pedang bergemerlap permata. Semoga sang Junzi panjang usia berlaksa tahun (Junzi Wan Nian), terlindung lestari kaum keluarganya (Bo Qi Jia Shi)!
    3. Lihatlah sungai Luo, airnya luas dan dalam. Kesana sang Junzi datang, di dalamnya bahagia dan mulia menyatu. Semoga sang Junzi panjang usia berlaksa tahun, terlindung lestari kaum dan negerinya (Bao Qi Ji Bang)!
  9. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Para pangeran negeri Zhou berkumpul di ibukota timur dan raja nampak hadir di sana, mereka memuji dan berdoa untuk kejayaan dinasti Zhou.

    1. Bunga-bunga mekar semarak, dan daunnya subur menghijau. Kulihat para pangeran, hatiku sungguh puas. Hatiku sungguh puas; biar mereka patut mendapat pujian!
    2. Bunga-bunga mekar semarak, dan dipenuhi warna kuning. Kulihat para pangeran, semuanya dipenuhi kewibawan. Mereka semua dipenuhi kewibawaan; benar mereka patut mendapatkan kejayaan!
    3. Bunga-bunga mekar semarak, sebagian kuning sebagian putih. Kulihat para pangeran, yang mengendarai kereta ditarik kuda putih, berbulu tengkuk hitam. Yang mengendarai kereta ditarik kuda putih, berbulu tengkuk hitam. Dan enam tali kekang yang mengkilap!
    4. Ke kiri mereka bergerak ke kiri, dan mereka dikendalikan dengan benar. Ke kanan mereka bergerak ke kanan, dan mereka dikendalikan dengan benar. Mereka sungguh cakap, benar itu nampak dari segala geraknya.
  10. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias dan menceritakan. Menggambarkan tentang betapa sang raja yang menerima pujian dari para pangeran. Para penafsir berpendapat sanjak ini kurang tepat kalau dikatakan mengacu kepada raja Zhou You Wang yang pemerintahannya sangat brutal; mestinya ditujukan kepada raja-raja pendahulunya yang bijaksana