logo

Shi Jing XXII

Sang Hu

    1. Beterbangan si paruh hijau, dengan sayap yang beragam warna. Bahagialah sang Junzi! Menerima berkah Tian Yang Maha Esa (Shou Tian Zhi Hu)!
    2. Beterbangan si paruh hijau, dengan leher yang mengkilap. Bahagialah sang Junzi! Merekalah tabir berlaksa negeri (Wan Bang Zhi Ping).
    3. Tabir itu, penyangga itu, pemimpin beratus negeri meneladan kepadanya. Tidakkah mereka mengendalikan diri? Tidakah mereka berhati-hati? Tidakkah mereka menerima banyak berkah?
    4. Betapa panjang piala dari tanduk badak! Sungguh bagus dan lembut anggur di dalamnya. Saat dikelilingkan tiada nampak kepongahan; berlaksa berkah datang kepadanya (Wan Fu Lai Qiu).
  1. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias dan menceritakan. Raja menjamu para pangeran yang menjadi kepala daerah, dan menyatakan pujian kepada mereka serta harapan baiknya.

    1. Terbanglah itik kuning, ditangkap dengan jaring tangan dan jaring yang ditebarkan. Berlaksa tahunlah usia sang Junzi, menikmati kebahagiaan yang semestinya (Fu Lu Yi Zhi).
    2. Itik kuning di atas balok penyangga, dengan sayap kirinya menyatu. Berlaksa tahunlah usia sang Junzi, menikmati kebahagiaan yang lestari (Yi Qi Xia Fu).
    3. Rakitan kuda di dalam kandang, diberi makan ternak dan gabah. Berlaksa tahunlah usia sang Junzi, dipenuhi bahagia dan kemuliaan (Fu Lu Ai Zhi)
    4. Rakitan kuda di dalam Kandang, diberi makan ternak dan gabah. Berlaksa tahunlah usia sang Junzi, dalam kebahagiaan dan kemuliaan (Fu Lu Huan Zhi).
  2. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias. Mengungkapkan kembali segala harapan dan doa untuk sang raja. Sanjak ini berupa harapan bagi sang raja yang bijak, yang memerintah dengan baik terhadap rakyatnya.

    1. Mereka bertopi kulit, siapakah mereka? Anggurnya demikian bagus, lauknya demikian enak, betapa dikatakan mereka orang lain? Mereka kakak dan adikmu, tiada orang lain. Seperti benalu atau batang Nu Luo yang senantiasa menempel pada pohon Song dan Bo. Bila mereka tidak bertemu Junzi, kepedihan hatinya tak terkirakan. Bila mereka bertemu Junzi, mereka segera akan bahagia dan gembira.
    2. Mereka bertopi kulit, siapakah mereka? Anggurnya demikian bagus, lauknya demikian enak, betapa dikatakan mereka orang lain? Mereka kakak dan adikmu, tiada orang lain. Seperti benalu atau batang Nu Luo yang senantiasa menempel pada batang cemara. Bila mereka tidak bertemu Junzi, hatinya dipenuhi kepedihan. Bila mereka bertemu Junzi, mereka segera merasa semuanya telah benar.
    3. Mereka bertopi kulit, yang dikenakan di atas kepala. Anggurnya demikian bagus, lauknya demikian enak, betapa dikatakan mereka orang lain? Mereka adalah kakak adik dari paman saudara ibu. Bila terjadi hujan salju, merekalah yang pertama ditimpa. Mati dan kehancurannya setiap saat bisa terjadi, tidak lama saling bertemu. Nikmatilah anggur petang hari ini; O, Junzi nikmatilah pestanya.
  3. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan juga terkandung kiasan dan perumpamaan dalam keseluruhannya. Menceritakan tentang pesta yang diselenggarakan raja dengan saudara-sudaranya, baik karena hubungan darah maupun karena keakraban.

    1. Kriut-kriut suara as kereta saat berjalan, terpikirkan olehku saat menjemput putri cantik itu. Bukan karena aku lapar atau haus, suara kebajikan akan datang menyertaiku. Biar tidak ada sahabat baik, kita akan berpesta dan bergembira.
    2. Lebat hutan di dataran itu, dan di sana bertengger burung pegar berekor panjang. Secara alami tumbuh menjadi besar wanita itu, dengan kebajikannya yang mulia datang mengajarku. Kita akan berpesta dan memujinya. ‘Aku mencintaimu, dan tidak akan merasa lelah.’
    3. Biar aku tidak memiliki anggur bagus, kita minum seadanya dan semoga puas. Biar aku tidak mempunyai lauk bagus, kita akan makan dan semoga puas. Biar aku tidak berkebajikan sepertimu, kita akan menyanyi dan menari.
    4. Akan kudaki bukit tinggi itu, dan kubelah cabang pohon Ek untuk kayu bakar. Kubelah cabang pohon Ek untuk kayu bakar, di antara daun-daun yang hijau subur. Dengan melihat engkau yang tidak tertandingi, hatiku sungguh puas.
    5. Gunung tinggi nampak di atas; jalan besar mudah ditempuh. Keempat kudaku maju tanpa henti; keenam tali kekangnya di tanganku bagai kecapi. Kulihat engkau mempelaiku, menjadikan hatiku senang.
  4. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan dan kias. Mempelai laki-laki gembira melihat calon mempelai perempunnya yang muda, cantik dan bajik.

    1. Mendengung, mendengunglah lalat hijau, bertengger di atas pagar. Junzi yang rendah hati, tidak mempercayai bicara pemfitnah (Wu Xin Xuan Yan).
    2. Mendengung, mendengunglah lalat hijau, bertengger di atas pohon Ji (jujube). Pemfitnah tidak mengenal batas, menjadikan keempat penjuru negeri kacau (Jiao Luan Si Guo).
    3. Mendengung, mendengunglah lalat hijau, bertengger di atas pohon Qin (hazel). Pemfitnah tidak mengenal batas, menjadikan kita berdua berselisih (Guo Wo Er Ren).
  5. Catatan:

    Sanjak ini bersifat perumpamaan dan kias. Melawan pemfitnah, sanjak ini nampaknya ditujukan kepada raja Zhou You Wang atau Zhou Li Wang yang keduanya menjadi brutal karena ulah para pemfitnah

    1. Ketika tamu Mulai mendekati tikar, mereka menempatkan diri di kiri dan di kanan teratur rapi. Pinggan dari bambu dan kayu diatur berderet, dengan saus dan biji-bijian ditempatkan di dalamnya. Anggurnya lembut dan bagus, direguknya anggur, bersama penuh hormat. Lonceng dan tambur dijajarkan rapi; diangkat piala untuk berjanji secara teratur dan wajar. Lalu sasaran besar ditetapkan; busur dan panah disiapkan untuk menembak; pemanah bertanding sesuai peringkatnya. ‘Tunjukkanlah kepiawaianmu memanah’ (dikatakan). ‘Aku akan menembak sasaran itu,’ (dijawab), ‘dan kumohon anda meminum dari piala itu.’
    2. Para penari bergerak mengikuti lantunan suara Sheng (seruling) dan tambur, seluruh suara musik membentuk harmoni. Semuanya ini untuk memuliakan para leluhur, setelah beratus acara dipentaskan. Beratus upacara itu dipentaskan, agung dan penuh, ‘dikaruniakan rahmat besar bagimu,’ (diucapkan oleh pemeran leluhur), ‘dan segenap anak cucumu bahagia!’ semuanya bahagia dan bergembira, dan masing-masing menunjukkan kebolehannya. Seorang tamu menggerakkan tangan penuh semangat, seorang pembantu masuk kembali dengan satu piala, diisinya, piala itu untuk tanda berhenti. Demikianlah dipentaskan upacara sesuai waktu.
    3. Ketika tamu mulai mendekati tikar, semuanya harmonis penuh hormat. Sebelumnya mereka minum terlalu kenyang, perilakunya demikin penuh kerendahan hati; tetapi bila mereka telah terlalu banyak minum, perilakunya menjadi tidak karuan; meninggalkan tempat duduk pergi kemana-mana, mereka menari dan melompat-lompat. Sebelum mereka minum terlalu banyak, perilakunya menjadi tidak senonoh: Mereka yang telah mabuk, kehilangan kesadaran tentang tata tertib
    4. Ketika para tamu sudah terlalu banyak minum, mereka berteriak dan gaduh. Mereka memporakporandakan mangkuk; mereka tetap menari dengan cara yang aneh. Mereka yang telah terlalu banyak minum, tidak mengerti lagi akan kesalahannya. Topinya melorot kesamping dan akan jatuh, mereka terus menari dan tidak mau berhenti. Bila mereka telah mabuk, lalu keluar, tamu dan tuan rumah nampak demikian senang; tapi mereka terus minum, itulah yang dinamai merusak kebajikan. Minum adalah hal yang baik, itu hanya bila disertai perilaku baik
    5. Tiap kesempatan minum anggur, sebagian menjadi mabuk, sebagian tidak. Seorang penilik ditunjuk, dengan membawa catatan untuk membantunya. Namun pemabuk itu perilakunya keji, mempermalukan yang tidak mabuk. Tidak ada kesempatan untuk berbicara, menghalangi yang lain beroleh kebebasan yang besar. Dan berkata, ‘jangan berbicara apa yang kamu tidak semestinya bicara; jangan bicara kalau kamu tidak mendapatkan kesempatan bicara. Bila kamu bicara, hendaknya kamu minum, aku akan menjadikanmu biri-biri tidak bertanduk. Dengan tiga piala engkau akan kehilangan ingatan; betapa kamu berani lebih banyak?’
  6. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Melawan perilaku bermabuk-mabuk; minum harus menurut aturan tidak boleh berlebihan. Menggambarkan betapa perilaku yang buruk terjadi pada zaman itu.

    1. Di sana ikannya di antara ganggang, menunjukkan kepalanya yang besar. Raja ada di sini, ini kota Hao, tempat yang damai dan membahagiakan, untuk minum.
    2. Di sana ikannya di antara ganggang, menunjukkan ekornya yang panjang. Raja ada di sini, ini kota Hao, minum anggur, bahagia dan tenteram
    3. Di sana ikannya di antara ganggang, berlindung di bawah gelagah. Raja ada di sini, ini kota Hao, kediaman yang penuh kedamaian.
  7. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias. Memuji raja dan para pangeran pada suatu jamuan; tentang kedamaian di kota Hao. Kota Hao adalah ibukota lama dinasti Zhou sebelum pindah ke timur ke kota Luo Yi.

    1. Panen Kacang, memanen kacang, wadahnya keranjang persegi dan bulat. Junzi datang ke sidang, apa yang sudah dapat saya berikan? Sekalipun aku tidak memberikan sesuatu, di situ ada kereta negeri dan regunya. Apalagi yang dapat kuberikan kepadanya? Jubah hitam bagian atas bersulam naga, dan jubah bagian bawah bersulam perahu.
    2. Menyemburlah air dari sumber itu, dipetiklah daun seledri. Junzi datang ke sidang, kulihat benderanya yang bersulam naga; bendera naga berkibar-kibar ditiup angin, suara kelintingnya bergemerincing. Di luar ada dua ekor kuda menggenapi regu; membuktikan sang Junzi sudah datang.
    3. Penutup lututnya berwarna merah, demikian pula sepatunya yang di bawah tiada cacat perilakunya; Tianzi (raja) sungguh berkenan. Sungguh bahagia sang Junzi, Tianzi berkenan memberikan titahnya. Sungguh bahagia sang Junzi, bahagia mulianya senantiasa lestari (Fu Lu Shen Zhi).
    4. Pada cabang pohon Ek, betapa lebat subur daunnya! Sungguh bahagia sang Junzi, menjadi penjaga wilayah Tianzi. Sungguh bahagia sang Junzi, padanya berkumpul berlaksa berkah (Wan Fu You Tong). Orang-orang yang terpilih dan cakap membantu di kanan kirinya, yang senantiasa menyertai.
    5. Terapung perahu dari kayu Yang (Willow), dikukuhkan dengan tali. Sungguh bahagia sang Junzi, Tianzi telah meneliti (kemampuannya). Sungguh bahagia sang Junzi, bahagia mulianya terus berkembang (Fu Lu Pi Zhi). Betapa gembira, betapa bahagia, datang karenanya!
  8. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias dan menceritakan tentang kehidupan bangsawan di istana raja, katanya sanjak ini secara tidak langsung menjadi kritik kepada raja Zhou You Wang yang perilakunya sewenang-wenang.

    1. Sungguh bagus busur dihias tanduk, demikian cepat berbalik. Kakak adik wajib saling mengasihi jangan saling menjauh.
    2. Bila kamu saling menjauh, rakyatpun akan berlaku sama. Apa yang engkau ajarkan rakyat akan meniru.
    3. Kakak adik berjalin harmonis akan menimbulkan laku murah hati; bila kakak adik tidak berjalin harmonis, hubungan akan menjadi kacau.
    4. Orang yang tidak bernurani baik senantiasa saling menyesali; menerima kedudukan mulia tiada kerendahan hati semuanya menuju keruntuhan.
    5. Kuda tua menganggap dirinya kuda muda, tidak memperhatikan latar belakang. Itu seperti mengidamkan makanan berlimpah, dan kebanyakan minum
    6. Jangan mengajar kera memanjat pohon; itu seperti menambah lumpur kedalam lumpur. Bila Junzi ada di dalam jalan yang benar, orang kecil akan mengikutinya.
    7. Salju akan banyak-banyak turun, tetapi bila merasakan panasnya matahari, itu akan reda. Kamu tidak mau berendah hati, maka mereka pun kian mengacau dan sombong.
    8. Hujan salju kian lebat, tetapi bila merasakan panasnya matahari, itu akan reda. Mereka menjdi seperti orang Man atau orang Mao; ini yang menjadikanku pedih.
  9. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias, menceritakan dan perumpamaan. Tidak menghendaki sifat raja yang dingin kepada kaum keluarganya dan menjadikan kaum pengkhianat kian berani.

    1. Itulah pohon Liu yang lebat subur; siapakah yang tidak ingin beristirahat (di bawahnya)? Sungguh Shang Di (Tuhan Yang Maha Tinggi) sulit dipahami, jangan diri mencoba bermain. Kalau aku ingin memperbaiki kebijakan (raja), tuntutannya kian berlebihan.
    2. Itulah pohon Liu yang lebat subur; siapakah yang tidak ingin beristirahat (di bawahnya)? Sungguh Shang Di (Tuhan Yang Maha Tinggi) sulit dipahami, jangan engkau beroleh kesulitan. Kalau aku ingin memperbaiki kebijakan (raja), tuntutannya akan kian tanpa terukur.
    3. Seekor burung terbang meninggi, seolah naik ke langit. Bagaimana hati manusia itu, kemana akan menuju? Mengapa aku harus mencoba memperbaiki kebijakannya? Aku akan mengalami penderitaan yang sangat.
  10. Catatan:

    Sanjak ini bersifat perumpamaan dan kias. Pernyataan keprihatinan para pejabat menghadapi raja Zhou You Wang yang berperilaku sewenang-wenang. Sanjak ini mungkin benar ditujukan kepada raja Zhou You Wang sehingga menjadikan dinasti Zhou hancur dan ibukotanya dipindhkan ke timur oleh putra yang menggantikannya.