logo

Shi Jing XXIV

Wen Wang

    1. Raja Wen Wang di tempat maha tinggi, memancarkan cahaya di langit. Dinasti Zhou meskipun negeri tua, firman itu senantiasa terpelihara baharu. Betapa gemilang dinasti Zhou, firman Di (Tuhan) kekal lestari. Raja Wen naik turun, di kanan kiri Di.
    2. Penuh kesungguhan gerak raja Wen, kemasyhurannya tiada terhenti. Wahyu karunia di atas dinasti Zhou berlanjut sampai anak cucunya, anak cucu raja Wen, berlanjut sampai beratus generasi. Para pejabat dinasti Zhou lestari gemilang dari generasi ke generasi.
    3. Bergemilanglah dari generasi ke generasi, penuh semangat menegakkan rencana. Sangat banyak pejabatnya terpuji lahir di bumi kerajaan (Wang Guo). Bumi kerajaan melahirkannya, menjadi pendukung dinasti Zhou. Demikian banyak berjajar para pejabat, dari mereka Raja Wen menerima laporan.
    4. Betapa agung raja Wen; Oh! Betapa cemerlang penuh hormat di tempatnya. Maha besar firman Tian bagi anak cucu dinasti Shang; anak cucu dinasti Shang, demikian banyak berjuta-juta; demikian Shang Di menurunkan firmanNya, mereka tunduk sebagai rakyat dinasti Zhou.
    5. Mereka tunduk sebagai rakyat dinasti Zhou. Firman Tian tidak dikaruniakan selamanya. Para pejabat dinasti Yin (Shang), terpuji penuh semangat, membantu dalam persembahan anggur di ibukota; mereka membantu dalam persembahan anggur, senantiasa mengenakan jubah bawah dan topi dinasti Yin. Oh! Para menteri yang setia kepada raja, senantiasa ingatlah akan leluhurmu!
    6. Jangan lupa akan leluhurmu (Wu Nian Er Zu) yang senantiasa membina kebajikan (Yu Xiu Jue De) paculah senantiasa mampu manunggal firman (Yong Yan Pei Ming) itu akan membawa banyak rahmat (Zi Qiu Duo Fu) sebelum dinasti Yin kehilangan pendukungnya yang banyak, kedaulatannya seolah manunggal Shang Di. Lihatlah dinasti Yin sebagai mercu; firman agung itu tidak mudah.
    7. Firman itu sungguh tidak mudah jangan menjadikanmu kehilangan. Nyatakan cemerlangnya cahaya kebenaran, lihatlah dinasti Yin dalam cahaya Tuhan. Shang Tian – Tuhan Yang Maha Tinggi mendukung semuanya, tiada suara tiada bau. (Lihat Zhong Yong XXXII : 6) bersuri tauladanlah kepada raja Wen, menjadi sandaran berlaksa negeri.
  1. Catatan:

    Kidung-kidung pujian ini merupakan bagian ke tiga kitab sanjak. Kalau kidung kecil itu kebanyakan sifat kritik, kidung besar ini merupakan lagu pujian, khususnya untuk raja Wen. Sanjak ini bersifat menceritakan. Memuji dan memuliakan raja Wen saat hidup maupun setelah mangkat. Raja Wen diakui sebagai pendiri dinasti Zhou, ayah raja Wu (Ji Fa) yang berhasil merobohkan dinasti Shang/Yin yang waktu itu diperintah oleh raja Zhou Wang/Yin Shou sebagai raja terakhir yang perilakunya sangat sewenang-wenang. Kesucian dan kemuliaan raja Wen diungkapkan dalam sanjak ini, setelah mangkat beliau tetap hidup dan nampak di langit berada di sisi kanan kiri Tian/Shang Di dan menerima penghormatan anak cucunya. Beliau mempunyai sepuluh anak, raja Wu adalah putra ke dua, putra pertamanya gugur dalam menolong ayahnya yang dihukum buang oleh raja Zhou Wang (Tiu Ong) di tanah You Li. Wu Wang sebagai putra kedua adalah yang berhasil menumbangkan Dinasti Shang dan mendirikan dinasti Zhou pada tahun 1122 s.M; dan Ji Dan / Nabi Zhou Gong adalah putra keempat yang menjadi Nabi besar terakhir Ru Jiao (agama Khonghucu) sebelum nabi Kongzi

    1. Yang cerah cemerlang (kebajikan) diperlukan di bawah, yang indah mulia ada di atas. Sungguh sulit percaya kepada Tian; tidak mudah menjadi seorang raja. Keturunan dinasti Yin pemilik kedudukan yang dikaruniakan Tian ternyata tidak diperkenan memiliki keempat penjuru negeri.
    2. Ren, adalah putri kedua pangeran Zhi, dari wilayah Yin-Shang, datang untuk menikah dengan pangeran dinasti Zhou, dan menjadi istrinya di ibukota. Ia berdua dengn Wang Ji (ayah raja Wen) perilakunya penuh kebajikan. Kemudian Tai Ren (ibu raja Wen) hamillah, dan melahirkan raja kita baginda Wen.
    3. Adapun raja Wen itu, penuh hati-hati penuh hormat, penuh kecerahan batin mengabdi Shang Di (Tuhan Yang Maha Tinggi) sungguh dipenuhi banyak berkah. Kebajikannya bebas dari penympangan; maka diterimalah seluruh penjuru negeri
    4. Tian memeriksa dunia di bawah; firman itu menjadi cahaya yang terhimpun bagi raja Wen. Sejak masa mulanya, Tian menjadikan itu sebagai jodohnya, di wilayah utara tanah Qia; di tepi sungai Wei. Saat Wen Wang akan menikah, adalah seorang putri negeri besar itu.
    5. Di negeri besar itu adalah seorang putri, bagai putri dari langit. Upacaranya penuh rahmat, dan dijemput secara pribadi di tanah sungai Wei. Melintang di atasnya adalah perahu dijadikan jembatan, sungguh gemilang bercahaya.
    6. Adalah firman dari Tian firman itu menjadi karunia bagi raja Wen, di ibukota negeri Zhou. Sang putri adalah dari negeri Xin, putri pertamalah yang menikah dengannya. Ia diberkati dengan melahirkan raja Wu Wang, dialah yang terlindungi, terbantu, dan menerima firman, yang berhasil menumbangkan dinasti Shang Yang Agung.
    7. Bala tentara Yin Shang berhimpun seolah hutan, dan berbaris di padang Mu Ye. Kita bangkit menghadapinya, ‘Tuhan menyertaimu (Shang Di Lin Ru)’ ‘jangan mendua hati (Wu Er Er Xin).’
    8. Terbentang luas padang Mu Ye; bergemerlap kereta dari kayu cendana; pasangan kuda bertengkuk hitam perut putih, berlari kencang; Guru besar Shang Fu bagai rajawali terbang, membantu raja Wu, menghantam negeri Shang Agung. Pagi harinya menjadi cerah gemilang.
  2. Catatan:

    Kidung ini bersifat menceritakan tentang betapa Tian menurunkan firman untuk raja Wen dan putranya raja Wu yang menumbangkan dinasti Shang, memuji sang ibu yang menjadi istri raja Wen dan mengisahkan peperangan di padang Mu Ye antara bala tentara raja Wu yang dipimpin oleh guru besar Shang Fu dan bala tentara dinasti Shang (lihat juga Shi Jing I. II. V.)

    1. Tumbuh merebak umbi akar labu. Saat mulai berkembang rakyat kita, berasal dari tanah Ju dan Qi, kakek purba Gu Gong dan Fu, membuatkan mereka rumah bagai tungku dan gua, karena mereka belum mempunyai bangunan untuk rumah.
    2. Kakek purba Gu Gong dan Fu, datang pagi-pagi hari, dengan kudanya, sepanjang sungai Xi Shui, menuju kaki gunung Qi; di situ ada nyonya Jiang datang bersama membangun tempat untuk kediaman.
    3. Tanah dataran Zhou demikian indah dan kaya, dengan makanan yang digoreng berwarna ungu. Di situ mereka berbincang-bincang (dengan pengikutnya); batok kura-kura dihanguskan dan dikaji, tersurat – inilah tempat hentian dan waktunya; di situ lalu dibangun rumah mereka.
    4. Dia menghimbau rakyat bermukim di situ; di bagian kiri maupun bagian kanannya. Dibagi tanah yang lebih besar atau lebih kecil; digali parit; membentuk bahu; dari barat menuju timur, Di situ negeri Zhou dibangun.
    5. Dipanggil Menteri Urusan Pekerjaan Umum Si Kong; dipanggil Menteri Pendidikan Si Tu; ditugaskan mengatur rumah tangga. Dengan tali diukur segala sesuatu lurus; dibuat pola sehingga semua teratur. Dibangun kuil leluhur yang menciptakan suasana suci agung.
    6. Orang-orang membawa tanah dalam keranjang; dilontarkan ke tempat yang telah diukur; diaduk dipukul bertalu-talu; dibangun tembok menjadikan suasana riuh. Lima ribu takar ditegakkan bersama, kalah riuh suara tambur besar.
    7. Ditegakkan gerbang utama; bangunan gerbang itu sungguh megah. Ditegakkan gerbang istana; gerbang istana tegak demikian agung. Ditegakkan gundukan tanah Zhong Tu, dari situ segala pekerjaan digerakkan.
    8. Biarpun tidak dapat dicegah gangguan musuh, namun tidak kehilangan kemasyhuran. Pohon Zuo (Ek) dan Yu kian menipis, dan jalan-jalan mulai dibuka. Gerombolan orang-orang Yi menghilang, terkejut dan terlongong-longong.
    9. Para pemimpin orang Yu dan Rui diajak bersepakat, oleh raja Wen dipacu tumbuh kebajikannya. Kukatakan, ada yang datang kepadanya lebih dahulu dan yang kemudian; dan ada yang pergi yang mula dan yang akhir; ada yang didorong oleh keberhasilannya; dan ada yang berupaya tidak menanggung sesal.
  3. Catatan:

    Kidung ini bersifat kias dan menceritakan. Diawali tentang mula berkembang dinasti Zhou, meninggalkan tanah Bin di bawah dan Fu dan berdiam di tanah Zhou dan turun temurun sampai raja Wen. Diperkirakan ini terjadi sekitar tahun 1325 s.M.

    1. Sungguh subur tanaman Yu dan Pu, benar, itu untuk kayu bakar. Tampan berwibawa pangeran dan raja kita; mereka siap di kanan dan kirinya.
    2. Tampan berwibawa pangeran dan raja kita; di kanan kirinya mereka memegang piala dari batu Yu, mereka membawanya penuh khidmat, sungguh patut sebagai pejabat agung.
    3. Bergegas dengan perahu mengikuti, seluruh dayung digunakan. Raja dinasti Zhou berjalan, diikuti enam pasukannya.
    4. Sungguh luas Yun Han (rasi Bimasakti), membentang gemerlap di langit. Sudah bertahun-tahun raja dinasti Zhou berdaulat, bukankah ia sudah sungguh-sungguh mempengaruhi manusia?
    5. Berbagai peralatan diukir dan ditatah; dari bahan logam dan batu Yu (Kumala). Sudah bekerja keras raja kita, membangun hukum dan peraturan untuk keempat penjuru.
  4. Catatan:

    Kidung ini bersifat kias dan menceritakan. Di dalam memuji raja Wen diungkapkan betapa aktivitas dan pengaruhnya dalam pemerintahan. Sanjak ini memuliakan betapa bijak raja Wen.

    1. Lihatlah kaki bukit Han, Betapa subur tumbuh pohon Zhen (Hazek) dan Ruo (pohon berduri). Sungguh rendah hati dan berwibawa sang Junzi, dalam kemuliaannya tetap rendah hati dan berwibawa.
    2. Sungguh megah piala dari batu Yu itu, dengan cairan kuning gemerlap di dalamnya. Sungguh rendah hati dan berwibawa sang Junzi, bahagia mulia diturunkan baginya.
    3. Elang terbang meninggi langit; Ikan menyelam menyusup air. (Lihat Zhong Yong XI : 3) Sungguh rendah hati dan berwibawa sang Junzi, bukankah ia sudah sungguh-sungguh mempengaruhi manusia?
    4. Anggur jernih di dalam piala; lembu merah telah disiapkan, untuk dinaikkan sebagai hewan Kurban, menambah kebahagiaan yang gemilang
    5. Tumbuh lebat pohon Ek dan Yu, Rakyat menggunakannya sebagai bahan bakar. Sungguh rendah hati dan berwibawa sang Junzi, semangatnya memacu bekerja keras.
    6. Sungguh subur tanaman Ge dan sulur-suluran, menempel di cabang dan ranting. Sungguh rendah hati dan berwibawa sang Junzi, mencari berkah tanpa laku yang bengkok.
  5. Catatan:

    Kidung ini bersifat kias dan menceritakan; di dalam memuji kebajikan raja Wen yang dikaruniai Tian Khaliq Semesta Alam dengan perilakunya yang luhur dan berkebajikan

    1. Suci dan mulia Ibu Tai Ren, ibunda baginda Wen; penuh kasih beliau sebagai Zhou. Tai Si mewarisi kemuliaan dan kemasyhurannya, daripadanya hadir seratus putra.
    2. Bila kemurahan hatinya (Raja Wen) dihadapkan kepada leluhurnya, tiada arwah yang akan mengeluh. Arwah mereka tiada waktu untuk mengeluh, suri tauladannya terhadap istri, meluas sampai kepada saudara-saudaranya, terasakan oleh segenap kelurga dan isi negeri.
    3. Ia sungguh harmoni di dalam keluarga; ia sungguh mulia di kuil leluhur. Meski tiada yang melihat. Ia merasa seperti dipantau; tiada lelah menjaga (kebajikannya).
    4. Meski tidak dapat menghindari bencana besar, kegemilangan dan keluhuran budinya tidak ternoda. Tanpa lebih dahulu diajarkan telah berbuat benar; tanpa ada teguran mampu senantisa (berlaku baik).
    5. Maka orang-orang dewasa menjadi bajik (karena pengaruhnya), dan anak-anak muda senantiasa memperhatikan. Orang kuno itu tidak pernah merasa lelah, darinya para pejabat mendapatkan kemasyhuran dan keutamaan.
  6. Catatan:

    Kidung ini bersifat menceritakan, diungkapkan tentang kebajikan raja Wen beserta bunda dan istrinya. Tai Ren dan Tai Si merupakan dua wanita agung yang daripadanya terbina anak cucu dinasti Zhou yang mulia dan jaya. Raja Wen atau Ji Chang dengan istrinya, Tai Si mempunyai sepuluh anak, anak kedua ialah Ji Fa yang menjadi pendiri dinasti Zhou bergelar Wu Wang, yang ke empat ialah Ji Dan atau Nabi Zhou Gong.

    1. Maha besar Shang Di Tuhan Khalik Semesta Alam, memandang dunia di bawah ini dalam Kemaha MuliaanNya. Memandang ke empat penjuru, mencari seseorang yang menjadi sandaran rakyat. Kedua dinasti yang mendahulu; telah gagal melaksanakan pemerintahan yang baik; dipantau negeri di empat penjuru, diperiksa dan ditetapkan, seseorang yang Shang Di berkenan. Kecewa terhadap berbagai negeri besar, dialihkan pandangan ke wilayah barat, pilihannya dijatuhkan kepada tempat kediaman kita (raja Tai Wang).
    2. (Raja Tai) bangkit dan memindahkan, batang-batang yang mati dan pohon-pohon yang roboh. Dia membina dan membereskan, daerah semak-semak dan belukar. Dia membuka dan membersihkan, dari pohon Cheng dan Ju (tanaman pengganggu). Menebang dan menipiskan, yang dipenuhi pohon Zhe yang menggunung. Tuhan (Di) telah membawa pindah yang berkebajikan gemilang itu, Gerombolan orang Chuan Yi melarikan diri. Tian membangunkan pembantu yang berjodoh kepadanya, menjadikannya menerima firman dengan kokoh.
    3. Tuhan memeriksa berbagai pegunungan, pohon Zuo (Ek) dan Yu dibabat, jalan dibangun di antara pohon Song dan Bo. Di situ Di (Tuhan) berkenan dibangun negeri dan diangkat penguasa yang pantas untuknya, sejak zaman Dai Bo dan Wang Ji (raja Ji). Kini raja Ji dihatinya penuh semangat persaudaraan kepada kakaknya, ia tulus demi kejayaaan negeri, mengemban wahyu yang gemilang (Zai Xi Zhi Guang). Menerima kemuliaan tanpa punah (Shou Lu Wu Sang). Dimiliki keempat penjuru wilayah.
    4. Demikianlah baginda Wang Ji dikaruniai Tuhan kekuatan keadilan dalam hatinya, maka kemasyhuran kebajikannya diam-diam berkembang. Kebajikannya sungguh gemilang, sungguh gemilang dan jarang tandingnya; mampu menjadi penguasa, untuk mengatur negeri besar; menjadikan semuanya tunduk, semuanya mengasihi. Sampai kepada raja Wen Wang, kebajikannya tiada yang mengecewakan. Menerima berkah Tuhan (Di Zhi), berlanjut kepada keturunannya.
    5. Tuhan bersabda kepada raja Wen, ‘Janganlah seperti mereka yang menolak ini dan melekat itu; janganlah seperti mereka yang memerintah demi yang disukai atau yang diinginkan;’ demikianlah ia naik ke tempat tinggi jauh dari mereka. Rakyat negeri Mi tidak menghormat, berani melawan negeri kita yang besar, dan menyerbu negeri Yuan, berlanjut ke negeri Gong. Sungguh baginda begitu marah, digerakkan bala tentara menghentikan serbuan musuh; mengokohkan kesejahteraan negeri Zhou; tampil di dunia bawah langit.
    6. Baginda diam di ibukota; tetapi bala tentaranya bergerak ke perbatasan negeri Yuan. Mereka mendaki bukit-bukit tinggi kita, tidak membiarkan musuh menduduki bukit-bukit itu, bukit-bukit kita yang kecil maupun yang besar, tidak minum dari sumber-sumber kita, ditetapkan dataran yang paling baik. Dan diam di sana di selatan gunung Ji di tepi sungai Wei; dijadikan pusat negeri, baginda menjadi raja rakyat di bawah.
    7. Tuhan bersabda kepada raja Wen, ‘Aku berkahi kebajikan yang bercahaya (Ming De), yang tidak besar suara dan rupa, (Lihat Zhong Yong XXXII : 6) tanpa berlebih atau berubah, tanpa sadar tanpa upaya, sudah menepati hukum Tuhan.’ Tuhan bersabda kepada raja Wen, ‘ukurlah wilayah kekuatan musuh. Bersama kakak dan adik-adikmu, siapkan tangga, dan siapkan Lin Chong (alat untuk melontar dan menjatuhkan batu), menggempur tembok negeri Chong.’
    8. Lin Chong dikerjakan dengan tertib, menggempur tembok yang tinggi dan besar negeri Chong; para tawanan dibawa satu persatu; dibawa dengan tertib telinga (yang dipotong) dari musuh yang terbunuh. Dilakukan sembahyang kepada Tuhan, dan untuk para pahlawan, demikianlah semua menjadi tunduk; di empat penjuru tidak berani melecehkannya. Lin Chong dikerjakan dengan baik, terhadap tembok negeri Chong yang kuat; digempurnya sehingga habis kekuatannya; dimusnahkan kehadirannya dan di empat penjuru tiada yang melawannya.
  7. Catatan:

    Kidung ini bersifat menceritakan. Menggambarkan peristiwa kebangkitan dinasti Zhou yang diberkati Tuhan, berkisah dari zaman raja Tai, Huang Ji dan sampai raja Wen. Di sini diungkapkan betapa iman mereka kepada Tuhan (Di/Tian)

    1. Tatkala akan dibangun menara suci, disiapkan rencana, disiapkan gambar; berduyun rakyat datang mengerjakan, tidak lama jadilah bangunan itu. Dalam persiapan (raja Wen berkata), ‘jangan tergesa-gesa;’ namun rakyat datang bagai anaknya.
    2. Tatkala raja di kebun suci (Ling You) berjenis rusa jinak dan damai, berjenis rusa hidup sentosa; berjenis burung putih mengkilap bulunya. Tatkala raja di telaga suci (Ling Zhao); berjenis ikan meloncat dan menyelam! (Lihat Meng-zi I A : 2.3).
    3. Di pos jaga terpampang gambar wajah raksasa (Yu), serta tambur dan lonceng besar. Betapa selaras suara bertalu! Betapa suasana gembira dalam gedung dikelilingi air!
    4. Alangkah selaras suara tambur dan lonceng! Betapa suasana gembira dalam gedung dikelilingi air! Tambur dari kulit biawak melantunkan serasi, mengiringi pemusik (buta) mempertunjukkan keahliannya.
  8. Catatan:

    Kidung ini bersifat menceritakan tentang betapa gembiranya rakyat di bawah perintah raja Wen. Sanjak ini dibuat saat ibukota dinasti Zhou dipindah ke Feng setelah menumbangkan negeri Chong (1135 s.M.), setahun sebelum raja Wen mangkat

    1. Anak keturunan dinasti Zhou. Beberapa generasi tampuk raja-raja bijak; tiga penguasa (Tai Wang, Wang Ji, Wen Wang) berada di langit; dan raja (Wu Wang) semayam di ibukota (Hao).
    2. Raja (Wu Wang) semayam di ibukota, kebajikannya turun temurun jadi suri tauladan, senantiasa hidup serasi manunggal firman; jadi suri tauladan raja Cheng Wang.
    3. Raja Cheng Wang jadilah suri tauladan, dan berlanjut kepada anak cucunya. Senantiasa berupaya merawat semangat bakti, semangat baktinya jadi contoh.
    4. Orang mencintainya yang seorang itu, dan mencontohnya dalam kebajikan yang penuh taqwa (Shun De). Senantiasa berupaya merawat semangat bakti, bergemilang mematuhi perilaku itu.
    5. Sungguh bergemilang, demikian pula keturunannya, berlanjut mengikuti tapak nenek moyangnya, umur berlaksa tahun, menerima berkat Tian Yang Maha Esa (Shou Tian Zhi Hu).
    6. Menerima berkat Tian Yang Maha Esa, dari empat penjuru datang dengan ucapan selamat. Yang berlaksa tahun, bukankah itu menjadi pendukungnya?
  9. Catatan:

    Kidung ini bersifat menceritakan. Pujian bagi raja Wu (1134 – 1115 s.M.) yang dengan gemilang berhasil melanjutkan kebajikan leluhurnya. Menumbangkan dinasti Shang (1766 – 1122 s.M.) yang diperintah sewenang-wenang oleh rajanya yang diberi gelar Zhou Wang (1154 – 1122 s.M.). Setelah Wu Wang mangkat digantikan putranya yang bergelar Cheng Wang (1115 – 1078 s.M.) yang melanjutkan karya mulianya. Demikian pula Cheng Wang setelah mangkat digantikan putranya yang bergelar Kang Wang (1078 – 1001 s.M.) yang juga memiliki semangat bakti melanjutkan kebajikan leluhurnya.

    1. Raja Wen yang termasyhur; sungguh dia sangat termasyhur. Yang dicari adalah ketenteraman (hidup rakyat); yang dilihat ialah sempurnanya karya. Wen Wang sungguh raja sejati!
    2. Raja Wen menerima firman, dan sempurna mencapai kemenangan. Telah mampu menggempur tanduk negeri Chong, dan membangun kota Feng. Wen Wang sungguh raja sejati!
    3. Dibangun tembok parit lama; dibangun sendiri kota Feng sesuai rencana (leluhur), itu bukan karena ingin tergesa-gesa, itu semua demi menggenapkan laku baktinya. Sungguh dia seorang penguasa sejati (Wang Hou)!
    4. Jasa baginda sungguh cemerlang tergelar, nampak pada tembok kota Feng. Diperoleh dukungan dari empat penjuru, yang memandangnya sebagai penguasa pelindung. Sungguh dia seorang penguasa sejati (Wang Hou)!
    5. Parit kota Feng mengalir ke timur, seperti karya besar Yu Agung. Mendapatkan dukungan dari empat penjuru, memandangnya sebagai raja agung (Huang Wang) yang memerintahnya. Sungguh raja agung dia!
    6. Di ibukota Hao Jing dibangun istana dikelilingi air yang melingkar; dari barat ke timur, dari selatan ke utara, tiada yang tidak ingin tunduk. Sungguh raja agung dia!
    7. Dilakukan pemeriksaan dan kajian oleh baginda, di dalam menetapkan letak ibukota Hao Jing. Kajian dengan batok kura-kura menetapkan letaknya, dan raja Wu Wang menggenapkannya. Wu Wang sungguh raja sejati!
    8. Sepanjang sungai Feng ditanam jawawut putih (Qi), betapa Wu Wang menunjukkan kemampuannya mengatur para pejabat, ia mewariskan rencananya kepada keturunannya, menjadi pedoman berharga bagi anaknya. Wu Wang sungguh raja sejati!
  10. Catatan:

    Kidung ini bersifat menceritakan tetapi juga bersifat kias. Memuji kebesaran raja Wen dan Wu pendiri dinasti Zhou, betapa keberhasilan kekuatan militernya dan membangun kesejahteran rakyatnya; dibangun ibukota Hao Jing dan mendapatkan dukungan rakyatnya