Shu Jing XIV
Raja Tai Jia I
Raja pewaris (Tai Jia) tidak mematuhi nasihat A Hing/ A Hang (Nabi Yi Yin).
Nabi Yi Yin lalu membuat tulisan (Kitab) ini: ----- “Baginda yang telah mendahulu itu senantiasa memandang dan mencamkan firman Tian Yang Maha Gemilang itu, dan senantiasa mengabdi dan patuh kepada Tuhan Yang Maha Rokh (Shen Qi) yang menguasai atas dan bawah, juga kepada Malaikat Bumi dan Gandum, serta kehadapan Altar Kuil Leluhur (CONG BIO/ZONG MIAO); semuanya tiada yang tidak dilakukan dengan penuh hormat. Tian Tuhan Yang Maha Esa memperhatikan kebajikannya itu, maka dilimpahkan firman agung untuk menciptakan ketenangan dan kedamaian meliputi berlaksa wilayah ini. Aku, Yin, lalu berusaha sepenuh hati membantu di kiri-kanan beliau menenteramkan negara. Karena itulah, kini baginda dapat menjadi pewaris takhta, pengemban amanat meneruskan pekerjaan besar ini.
“Sungguh, Yin menyaksikan sendiri betapa dinasti Xia dengan ibukotanya yang di barat itu, betapa kedaulatan rajanya yang jaya berlangsung sampai akhir; tetapi, kemudian ketika raja pewarisnya tidak mampu nencapai tujuan sampai akhir, para menterinya pun tidak mampu menyempurnakan pengabdiannya. Hati-hatilah raja pewaris, junjung-muliakanlah kedaulatanmu. Pemegang kedaulatan, bila tidak pantas sebagai pemegang kedaulatan, itu akan menodakan leluhur.”
Raja tak acuh dan tidak ingat untuk mendengar.
Karena itu Nabi Yi Yin bersabda “Baginda yang telah mendahulu itu, sebelum hari terang, beliau telah bangun untuk mendapatkan wawasan yang luas dan jelas, lalu duduk menanti pagi hari. Beliau mencari ke segala penjuru untuk mendapatkan orang yang mampu dan bajik untuk menjadi pembeimbing generasi penerusnya. Jangan sesali bahwa aku diembani firman: berhak memberhentikan jabatanmu.
“Hati-hatilah untuk berupaya memiliki kemampuan kebajikan mengendalikan diri (hidup sederhana), dan pegang teguhlah wawasan jauh.Berbuatlah seperti penjaga hutan itu, setelah ia membentang gendewa, diperhatikan sasaran anak panah, setelah semuanya sesuai ketentuan, lalu dilepaskan; ----- permuliakanlah dimana tempat hentianmu, dan ikutikah perilaku leluhurmu. Dengan demikian aku akan bergembira, karena berlaksa zaman dapat menunjukkan betapa aku telah menggenapkan kepercayaan.”
Raja tetap belum berubah.
Nabi Yi Yin bersabda, “Ini sungguh mengingkari kebenaran, kebiasaan telah menjadi watak. Aku tidak tahan dekat kepada orang yang tidak patuh. Akan kubangun pondok di istana Tong, disitu akan dekat dengan (makam) baginda yang telah mendahului. Pendidikan ini akan menghindarkan dirinya mengikuti arus sesat dunia.”
Pergilah raja ke istana Tong, berdiam di sana berprihatin. Akhirnya beliau benar-benar menjadi orang yang berkebajikan.