Shu Jing XV
Raja Tai Jia II
Pada hari pertama bulan XII tahun ketiga Nabi Yi Yin dengan membawa topi mahkota dan jubah kerajaan mengantar raja pewaris pulang ke ibukota Bo.
Beliau membuat tulisan ini, “Rakyat, bila bukan karena rajanya, tidak mendapat bimbingan membangun penghidupannya. Raja, bila bukan karena rakyatnya, tidak dapat memerintah keempat penjuru negerinya. HUANG Tian Tuhan Yang Maha Esa Maha Besar telah berkenan memberkahi dinasti Shang, dan mengaruniaimu, raja pewaris, sehingga akhirnya menjadi berkebajikan. Ini sungguh merupakan berkah bagi berlaksa zaman tanpa batas.”
Raja menghormat dengan mengangkat tangan dan menundukkan kepala sampai tanah (Pai Chiu/Bai Shou dan Khee Siu/Qi Shou) dan berkata, “Aku, hanya anak kecil yang tidak mengerti jelas akan kebajikan, dan menjadikan diriku bodoh tentang peraturan, dan karena malas menjadi bodoh dalam LEE/Li (kesusilaan): ----- akibatnya ialah dengan cepat merusakkan kepribadianku. Bencana yang datang karena Tian dapat dihindari, tetapi bencana yang dibuat sendiri, tiada tempat menyingkir. Dahulu aku telah membalikkan punggung di dalam menerima bimbinganmu, guru dan pelindungku; ----- permulaan perjalananku ditandai dengan tiada kemampuan. Masih bolehkan aku mendapatkan pembetulan dan bimbingan mengembangkan kebajikan, dengan demikian boleh mendapat akhir perjalanan yang baik?”
Nabi Yi Yin menghormat dengan mengangkat tangan dan menundukkan kepala sampai ke tanah (Bai shou dan Qi Shou) dan bersabda , binalah diri, tuluslah di dalam kebajikan, sehingga boleh membawa orang yang di bawah harmonis menyatu; inilah karya Raja Yang Cerah Batin.
“Baginda yang telah mendahulu itu mengasihi mereka yang menanggung duka dan sengsara sebagai terhadap anak sendiri; demikianlah rakyat tunduk melaksanakan titahnya, dan tiada yang tidak bergembira. Bahkan rakyat negeri tetangga pun berkata , ‘Aku menanti rajaku, bila raja itu datang , lepaslah aku dari hukuman ini.’
“Baginda hendaklah tekun membangun kebajikan, pandanglah leluhur yang pahlawan itu. Jangan hanya menuruti kesenangan dan kemalasan.
“Saat menghormat kepada yang telah mendahulu itu, ingatlah semangat bakti; di dalam menerima bawahan, ingatlah sikap hormat; memandang yang jauh, seraplah jelas-jelas; mendengar kebajikan, bukalah telinga lebar-lebar: ----- bila demikian, aku akan mendukung kemuliaan baginda dengan tiada jemu-jemunya!”