logo

Li Jing XX

Za Ji I

  1. Bila seorang rajamuda (Zhu Hou) dalam perjalanan, meninggal dunia di penginapan, upacara pemanggilan arwahnya dilakukan seperti bila terjadi di dalam negeri. Bila meninggal di jalanan, seorang berdiri di bagian tengah sebelah kiri roda kereta yang dikendarai, melakukan pemanggilan arwah dengan mengibarkan panjinya. (Pada kereta jenazahnya) diberi kain penutup peti mati yang diberi pinggiran dari kain hitam menyerupai baju bawah yang berfungsi sebagai tabir (untuk tabir peti sementara) dan dibangun seperti sejenis rumah yang ditutup dengan kain brokat. Dengan semuanya itu dilakukan perjalanan pulang ke negerinya. Dan setiba di gerbang Miao, dengan tanpa menyingkirkan tabirnya, masuk ke ruang peti mati itu akan disemayamkan. Kain penutup peti mati disingkirkan keluar pintu gerbang Miao.

  2. Bila seorang Da Fu (pembesar) meninggal dunia di jalanan, seseorang berdiri di pojok kiri bagian tengah kereta, melakukan upacara memanggil arwahnya dengan melambaikan panjinya. Bila meninggal di penginapan, upacara pemanggilan arwahnya dilakukan seperti kalau meninggal dunia di rumah. Bila hal itu terjadi pada seorang pembesar, kain penutup peti dibuat dari pakaian-pakaiannya, selanjutnya dilakukan perjalanan pulang ke rumah. Setibanya di rumah, kain penutup peti itu disingkirkan, lalu peti mati sementara diangkat dengan pikulan berbentuk persegi panjang, memasuki gerbang menuju ke tangga timur, lalu dihentikan dan pikulan itu disingkirkan; Selanjutnya jenazah diangkat menaiki tangga langsung menuju ke ruang jenazah itu akan dipetikan.

    Kain dan rumah-rumahan untuk penutup jenazah seorang pejabat biasa, dianyam dari rumput gelagah (Wei) atau kercut dan bingkai bawahnya dibuat dari kumpai (Bo).

  3. Pada tiap berita duka kepada penguasa, dikatakan, “Menteri tuan, si Anu, telah meninggal dunia.” Bila berita duka itu berasal dari orang tua, istri, anak laki-laki tertua, dikatakan, “ Menteri tuan, Anu ku telah meninggal dunia.” Bila berita duka itu tentang seorang penguasa, kepada penguasa lain dikatakan, “ Penguasaku yang tidak berharga telah berhenti menerima gaji. Saya memberanikan diri melaporkan kepada anda yang berwajib.” Bila berita duka itu mengenai kematian istri penguasanya, dikatakan, “Mitra kecil tuanku yang tidak berharga, berhenti menerima gaji.” Bila tentang kematian anak tertua seorang penguasa, berita duka itu berbunyi, “Putera pewaris tuanku yang tidak berharga si Anu, telah meninggal dunia.”

  4. Bila berita duka itu tentang seorang pembesar kepada pembesar lain yang seperingkat dan senegeri, dikatakan, Si Anu telah berhenti menerima gaji.” Bila pemberitahuan itu ditujukan kepada pejabat biasa, juga dikatakan, “Si anu telah berhenti menerima gaji.” Bila berita duka itu dikirim kepada panguasa negeri lain, dikatakan, “Menteri luar tuanku, pembesar yang tidak berharga, si Anu telah meninggal dunia.” Bila ditujukan kepada pejabat yang seperingkat (Di negeri lain) dikatakan, “Kawan pribadi luar tuanku, pembesar yang tidak berharga, si Anu sudah berhenti menerima gaji, dan kusampaikan berita ini kepada anda.” Bila ditujukan kepada pejabat biasa (di luar negeri) dikatakan, “Kawan pribadi luar tuanku, pembesar yang tidak berharga, Si anu telah berhenti menerima gaji, dan kusampaikan berita ini kepada anda.”

    Di dalam menyampaikan berita duka tentang seorang pejabat biasa kepada seorang pembesar senegeri, cukup dikatakan, “si Anu telah meninggal dunia.” Berita duka itu bila disampaikan kepada pejabat biasa, juga dikatakan, “si Anu telah meninggal dunia.” Bila berita duka itu disampaikan kepada penguasa negeri lain, dikatakan, “Menteri luar tuanku si Anu telah meninggal dunia.” Bila berita duka itu disampaikan kepada pembesar (negeri lain) dikatakan, Kawan pribadi luar tuanku, si Anu telah meninggal dunia” Bila berita duka itu disampaikan kepada pejabat biasa (di luar negeri), dikatakan, “Kawan pribadi luar tuanku Si Anu, telah meninggal dunia.”

  5. Seorang pembesar wajib berdiam di kantor umum istana (Gong Guan) sampai akhir masa berkabung (tiga tahun) (untuk penguasanya). Sedang pejabat lain pulang ke rumah untuk menggenapkan perkabungan satu tahun (lian). Seorang pejabat biasa juga wajib diam di Gong Guan. Seorang pembesar menempati ruang ratapan sedang pejabat yang lain menempati ruang yang tidak dihaluskan.

  6. Melakukan perkabungan untuk seorang kakak atau adik sepupu dari pihak ayah maupun dari pihak ibu yang belum mencapai peringkat pembesar, seorang pembesar mengenakan pakaian perkabungan yang sesuai untuk pejabat biasa; dan seorang pejabat biasa di dalam melakukan perkabungan untuk kakak/adik sepupu dari pihak ayah atau ibu yang telah menjadi pembesar, ia mengenakan pakaian sebagai pejabat biasa.

    Putera pewaris seorang pembesar semestinya mengenakan pakaian berkabung sebagai seorang pembesar.

    Putera yang bukan pewaris dari seorang pembesar yang telah berperingkat sebagai pembesar mengenakan pakaian berkabung sebagai pembesar untuk ayah atau ibunya; tetapi kedudukannya hanya sama dengan putera pewaris yang bukan pembesar.

  7. Bila putera seorang pejabat biasa telah menjadi seorang pembesar, ayah bundanya tidak dapat berlaku sebagai pemimpin upacara perkabungan untuknya. Ditugaskan kepada salah seorang anaknya lah untuk menjadi Zhu (pemimpin upacara perkabungan); bila tidak mempunyai anak laki-laki, ditunjuk sebagai seseorang berperanan menggantikannya seolah-olah sebagai penerusnya.

  8. Bila telah dilakukan kajian dengan batok kura-kura untuk menentukan tempat kubur dan hari pemakaman bagi seorang pembesar, pejabat yang ditugaskan mengenakan jubah berkabung bagian atas dari rami yang diberi selendang dari kain kasar dan sabuk dari bahan yang sama, serta mengenakan sepatu berkabung biasa. Topinya dibuat dari bahan hitam, tanpa pinggiran. Petugas yang melakukan pengkajian mengenakan topi dari kulit.

    Bila kajian dilakukan dengan batang Shi, maka Shi (petugas) yang sedang melakukan kajian itu mengenakan topi dari sutera polos dan jubah panjang. Yang bertugas membaca hasil kajian dengan batang-batang Shi itu mengenakan pakaian istana (Chao Fu).

  9. Di dalam upacara perkabungan untuk seorang pembesar (Saat persiapan pemakaman), kuda-kudanya dituntun keluar. Orang yang menuntun kuda itu menangis, berlonjak-lonjak dan menuju keluar. Setelah itu (puteranya) mendekap barang-barang yang disajikan dan membaca daftarnya.

  10. Di dalam upacara perkabungan untuk seorang pembesar. Sa Zong (orang yang menjadi kepala penilik kuil leluhur) membantu penyelenggaraan upacara perkabungan dan Xiao Zong (orang yang menjadi pembantu penilik kuil leluhur) menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kehadapan batok kura-kura yang kemudian dikerjakan pengkajiannya oleh pengkaji, dengan batok kura-kura itu.

  11. Memanggil arwah seorang rajamuda (Zhu Hou) digunakan Bao Yi (jubah yang pertama dianugerahkan bagi rajamuda) beserta topi, jubah dan benda-benda lain yang sesuai dengan peringkat kemuliaannya.

    (Mengundang arwah) istri seorang kawan, digunakan jubah yang atasnya hitam dan pinggirannya ungu atau yang bersulam burung kuau yang beragam-ragam warnanya; semuanya bergaris dengan kain kabung putih.

    Mengundang arwah istri seorang pembesar, digunakan jubah yang atasnya berwarna hijau muda, yaitu jubah yang dikenakan waktu pertama kali menerima kedudukan itu; dan bergaris dengan kain kabung putih; memanggil arwah istri seorang pembesar berperingkat bawah, jubah bagian atasnya berwarna putih merah. (Memanggil arwah para istri yang lain) bersama-sama, dengan mengunakan jubah yang sama seperti biasa disunakan para pejabat bawahan.

    Pada waktu mengundang roh kembali, orang berdiri (menghadap ke utara) agak ke barat)

  12. (Penutup peti jenazah) seorang pembesar tidak sampai menempel pada kelambu sutera berwarna kuning yang bersulamkan burung Kuau, dengan gambar bambu yang turun ke bawah mengena kolam air.

  13. (Papan nama seorang cucu) yang telah menjadi seorang pembesar ditempatkan (di altar kakeknya) yang hanya seorang pejabat biasa; tetapi tidak demikian kalau (cucu itu) hanya seorang pejabat biasa, sedang kakeknya seorang pembesar. Dalam hal yang demikian, papan namanya ditempatkan di altar kakak atau adik kakeknya (yang hanya berperingkat pejabat biasa). Bila tidak ada kakak atau adik kakeknya yang demikian, (papan namanya itu diletakkan di altar nenek moyangnya sesuai dengan tata urutannya yang biasa). Biarpun kakek-neneknya masih hidup, peraturan itu tetap berlaku.

  14. (Papan nama) seorang istri ditempatkan di altar utama untuk istri, di situ papan nama suaminya sudah ditempatkan. Bila tidak ada istri yang demikian itu, papan nama istri itu ditempatkan di altar para istri nenek moyangnya sesuai dengan urutan hubungannya yang lazim. Papan nama seorang istri muda ditempatkan di altar nenek suaminya (yang berstatus istri muda). Bila tidak ada altar untuk nenek (yang berstatus istri muda), papan nama itu ditempatkan di altar para istri muda nenek moyangnya sesuai dengan urutan hubungannya yang lazim.

  15. (Papan nama) seorang putera yang belum menikah ditempatkan di altar kakeknya dan digunakan pada waktu upacara sembahyang. (Papan nama) seorang puteri yang belum menikah ditempatkan di altar neneknya, tetapi tidak digunakan pada waktu upacara sembahyang. (Papan nama) seorang putera penguasa ditempatkan di altar para putera (kakeknya); Kakek itu harus juga seorang penguasa.

  16. Bila seorang penguasa meninggal dunia, putera tertuanya hanya diberi gelar putera (pada tahun itu), tetapi ia diperlakukan (oleh penguasa lain) sebagai penguasa.

  17. Bila seseorang telah mengenakan pakaian berkabung selama 1 tahun (lian) dan mengenakan topi perkabungan tiga tahun untuk seorang ayah, dan bila saat itu ada keluarga yang meninggal dunia dan ia wajib mengenakan pakaian berkabung 9 bulan (Da Gong), ia mengganti pakaiannya dengan pakaian dari rami untuk perkabungan Sembilan bulan; tetapi bila ia tidak mengganti tongkat dan sepatunya.

  18. Bila ada perkabungan untuk ayah bundanya (setelah lewat setahun/Gong), pakaian berkabung untuk Sembilan bulan (Shuai) lebih dianjurkan. Tetapi bila tidak bertepatan dengan saat menempatkan papan nama seorang kakak atau adik yang mati muda di altarnya, topi dan pakaian berkabung yang dikenakan pada tahun pertama dipakai untuk melakukan itu. Pemuda yang meninggal dunia dalam usia muda dinamai Yang Tong (anak yang masih di dalam kondisi Yang) dan (orang yang melakukan perkabungan berkata), “O, anuku dan selanjutnya”, tanpa menyebut namanya. Ini untuk memperlakukan dengan hormat kedudukannya sebagai Shen (Roh).

  19. Dalam hal kakak dan adik berdiam di tempat berbeda, bila yang satu mendengar kematian yang lain, ia boleh menjawab kepada utusan yang memberitahu cukup dengan menangis atau meratap. Tindakan pertama yang dilakukan ialah segera mengenakan pakaian berkabung dan mengenakan sabuk yang ujungnya kusut. Bila sebelumnya ia telah mengenakan pakaian berkabung, ia bergegas ke tempat upacara perkabungan, dan orang yang memimpin perkabungan tidak perlu mengatur ikat kepala dan sabuk. Di dalam hal kematian yang menuntut ia mengenakan pakaian perkabungan lima bulan (Xiao Gong), ia melengkapi hal yang perlu bersama-sama dengan pemimpin upacara perkabungan. Bila kematian itu menuntut ia mengenakan pakaian perkabungan Sembilan bulan (Da Gong), ia menghitung waktu yang telah lewat sejak ia mengenakan pakaian berkabung dan sabuknya.

  20. Orang yang memimpin upacara untuk seorang istri muda, orang itu sendiri yang melaksanakan penempatan papan namanya di altar yang semestinya. Di dalam upacara sembahyang genap 1 tahun (Lian) dan genap dua tahun (Xiang), orang menugaskan anak laki-lakinya memimpin upacara. Upacara sembahyang tidak diselenggarakan di ruang utama (Zheng Shi).

  21. Seorang penguasa tidak menjamah budak atau istri mudanya.

  22. Biarpun istri seorang penguasa sudah meninggal dunia, seorang istri muda wajib mengenakan pakaian berkabung untuk keluarga istri penguasa itu. Bila seseorang telah menggantikan kedudukan istri penguasa itu, maka tidak perlu pengenaan pakaian berkabung untuk keluarga istri penguasa itu.

  23. Seseorang yang mendengar kematian seorang kakak atau adik yang mewajibkannya berkabung Da Gong, bila ia melihat ke atas tempat diselenggarakan upacara perkabungan, ia menangis. Orang yang akan ikut mengantarkan ke pemakaman kakak atau adik, bila terlambat, biarpun bertemu dengan orang yang melakukan perkabungan yang sudah dalam perjalanan pulang. Orang yang menjadi pemimpin upacara perkabungan untuk seorang kakak atau adik, biarpun hubungannya sudah jauh, orang itu wajib menaikkan sajian untuk penyemayamannya.

  24. Dalam berbagai upacara perkabungan, bila pakaian berkabung belum semua lengkap, orang yang datang menyampaikan bela sungkawa (kepada pemimpin (upacara) mengambil tempat, menangis, menghormat dengan bai dan melonjak-lonjak.

  25. Di dalam upacara peratapan untuk seorang pembesar, orang-orang yang sama peringkat mengenakan topi yang berbentuk kerucut yang diikat dengan kain perkabungan. Saat pembesar itu mengenakan topi perkabungan dari rami untuk perkabungan pribadi bagi istri atau anaknya, bila ada panggilan yang lebih ringan untuk kakak atau adik, ia mengenakan topi perkabungan yang diikat kain perkabungan.

  26. (Saat meratapi) seorang anak laki-laki tertua, orang memegang tongkat; bila untuk seorang cucu, ia pergi ke tempat ratapan tanpa membawa tongkat. (Seorang putra pertama) saat meratapi istrinya, bila ayah-bundanya masih hidup, ia tidak membawa tongkat, juga tidak melakukan Qi Sang (menundukkan kepala dan meletakkannya di tanah). Bila hanya ibunya yang masih hidup, orang itu juga tidak melakukan Qi Sang. Bila harus melakukan Qi Sang, seperti bila pelayat itu membawa sesuatu untuk pernyataan bela sungkawa, ia cukup menghormat dengan bai.

  27. Seorang pembesar yang telah meninggalkan seorang rajamuda, ia tidak akan pulang mengenakan pakaian berkabung untuk rajamuda itu. Seorang rajamuda yang telah meninggalkan seorang pembesar, ia juga tidak akan kembali untuk mengenakan pakaian berkabung untuknya.

  28. Tali topi perkabungan, gunanya untuk membedakan betapa karunia nahasnya. Topi sutera digunakan untuk upacara perkabungan satu tahun (Lian) dan bila digunakan selama tiga tahun, diberi tali, garis kelimannya ada di kanan. Bila digunakan untuk perkabungan lima bulan (Xiao Gong) atau yang lebih singkat, jahitan kelimannya ada di kiri. Topi perkabungan untuk masa yang lebih pendek, diberi rumbai-rumbai sutera berwarna kemerahan. Ujung daripada sabuk untuk perkabungan Sembilan bulan atau lebih, dibiarkan lepas.

  29. Jubah istana dibuat dengan lima belas gulungan benang atau lebih yang dianyam. Setengah dari jumlah itu digunakan untuk pakaian kasar keperluan acara perkabungan paling pendek (Si), yang dilapisi dengan campuran abu.

  30. Para rajamuda saling berkirim barang untuk pernyataan belasungkawa dengan mengirim keretanya yang berperingkat kelas kedua beserta topi dan jubahnya. Mereka tidak mengirim kereta yang berperingkat pertama. Juga tidak disertai jubah yang diterima (dari raja).

  31. Jumlah kereta (kecil) yang dikirim (ke kubur) disesuaikan dengan bungkusan daging yang akan diangkut. Masing-masing disertai kain penutup jenazah dari kain kasar, dan dikelilingi gambar hiasan. Bungkusan-bungkusan itu diletakkan dikeempat penjuru peti jenazah.

    (Kadang-kadang) beras dikirimkan, tetapi Youzi berkata bahwa hal itu melanggar Li. Makanan yang diletakkan (di samping jenazah dalam perkabungan) hanya daging kering dan acar atau asinan.

  32. Pada upacara sembahyang (setelah penyemayaman) orang yang berkabung menyebut diri ‘anak berbakti’ (Xiao Zi), ‘cucu berbakti’ (Xiao Shun); pada upacara perkabungan menyebut diri, ‘anak yang berduka cita’ (Shuai Zi), ‘cucu yang berduka cita’ (Shuai Shun).

  33. Pakaian atas yang berbentuk persegi bagi seorang yang sedang berkabung (dari goni) yang diletakkan di atasnya dan kereta yang dikendarai menuju kuburan, tidak ada perbedaan peringkat.

  34. Topi putih model kuno dan topi dari kain hitam, keduanya tanpa pinggiran. Yang bahannya dari sutera berwarna biru langit dan putih, dengan tepi terbalik, diberi pinggiran.

  35. Seorang Dafu (pembesar) mengenakan topi yang atasnya persegi bila membantu upacara sembahyang penguasanya atau pangerannya; tetapi mengenakan topi dari kulit waktu melakukan sembahyang di altar keluarga sendiri. Seorang pejabat biasa mengenakan topi dari kulit pada waktu membantu sembahyang pangerannya dan mengenakan topi (berwana gelap) di altar keluarga sendiri. Seorang pejabat biasa mengenakan topi kulit ketika menjemput calon istri. Ia pun boleh mengenakan itu waktu sembahyang di altar keluarga sendiri.

  36. Lumpang untuk menumbuh rempah-rempah keperluan membuat anggur dibuat dari kayu Ju atau cemara (Cypress/Gan) dan alunya dibuat dari kayu Wu (Dryandria). Sendok besar (untuk mengambil daging) dibuat dari pohon besaran (Sang), panjangnya tiga atau lima kaki. Sekop yang digunakan sebagai alat tambahan dibuat dari kayu besaran yang panjangnya tiga kaki dengan gagang dan ujungnya diukir.

  37. Sabuk atas kain selubung yang digunakan untuk para rajamuda dan pembesar berwarna lima. Yang digunakan pejabat lain hanya berwarna tiga.

  38. Cairan (yang dimasukkan ke dalam kubur) dibuat dari cairan manis dari beras. Disediakan periuk (untuk itu dan cairan lain), keranjang (untuk biji-bijian) dan kotak (untuk menempatkan semuanya itu) semuanya diletakkan di luar atas peti mati dan selanjutnya talam untuk tikar dimasukkan.

  39. Papan arwah (yang telah diletakkan di atas peti mati) dikubur setelah upacara sembahyang penyemayaman.

  40. (Upacara perkabungan untuk) para istri dilakukan sesuai peringkat kedudukan suaminya.

  41. (Para pelayat yang hadir) pada upacara pengenaan Xiao Lian (pakaian kecil atau pakaian dalam), Da Lian (pakaian besar atau lengkap, atau saat dibukanya (kain-kain penutup sekeliling peti jenazah) semuanya memberi hormat dengan bai (setelah semuanya usai).

  42. Pada acara ratapan pagi dan sore (peti jenazah) tidak ditutup dengan tabir. Setelah usungan jenazahnya disingkirkan, tidak diberi tabir lagi.

  43. Bila penguasa melakukan kunjungan belasungkawa, setelah keretanya tiba (di depan pintu Miao), pemimpin upacara perkabungan menghormat dengan bai menghadap ke timur dan bergerak ke kanan pintu gerbang, melonjak-lonjak disana dengan wajah menghadap ke utara. Selanjutnya berjalan keluar, menanti penguasa itu meninggalkan tempat dan menyilakannya kembali; setelah itu menuju ke altar.

  44. Ketika Zi Gao (Gao Chai) meninggal dunia dan diberi pangkaian lengkap; urut-urutan penggunaannya demikian: pertama, ada pakaian atas dan pakaiaan bawah yang keduanya diisi gumpalan-gumpalan serat sutera, dan di atasnya ditutup dengan kain hitam yang bagian pinggir bawahnya berwarna ungu; kemudian ada lembaran putih polos yang dibentuk persegi dan lurus. Disesuaikan dengan warna topi yang dikenakan; lebih lanjut, diberi topi yang berwarna hitam, yang atasnya persegi. Zeng Zi berkata, “Dengan diberi pakaian semacam itu tidak akan mencitrakan pakaian seorang perempuan.”

  45. Bila seorang pejabat meninggal dunia waktu diutus oleh seorang penguasanya, dan meninggalnya di penginapan umum atau penginapan Negara, orang-orang yang menyertainya mengundang arwahnya kembali di situ; bila meninggalnya di penginapan pribadi, arwahnya tidak diundang kembali di situ. Penginapan umum memiliki makna sama dengan istana pangeran atau suatu bangunan yang didirikan olehnya. Sebaliknya, sebuah penginapan pribadi, mungkin milik seorang menteri, pembesar atau keluarga yang berperingkat lebih bawah.

  46. Bila seorang rajamuda meninggal dunia, dilakukan upacara melonjak-lonjak 7 hari berturut-turut; dan untuk seorang pembesar, 5 hari berturut-turut. Para perempuan ambil bagian dalam acara ini pada sela-sela acara yang dilakukan. (Pemimpin upacara dan pengunjung) untuk kematian seorang pejabat biasa, acara melonjak-lonjak hanya berlangsung tiga hari berturut-turut. Para perempuan juga ambil bagian dalam acara-acara sela.

  47. Di dalam upacara mengenakan pakaian jenazah untuk seorang rajamuda, pertama-tama dikenakan jubah atas yang bersulam naga; kemudian diberi lembaran kain berwarna hitam dan dipotong persegi; kemudian dikenakan jubah istana; lalu dikenakan pakaian bawah berwarna putih berlapis; kemudian dikenakan pakaian bawah berwarna ungu; selanjutnya dikenakan topi kulit yang menyerupai kepala burung gereja; lebih lanjut dikenakan topi berwarna hitam dengan bagian atasnya persegi; lebih lanjut dikenakan pakaian yang pertama dikenakan waktu menerima pelantikan; lebih lanjut dikenakan sabuk yang berwarna merah dan hijau; dan di atasnya diletakkan sabuk besar.

  48. Saat dikenakan Xiao Lian, anak (pemimpin perkabungan) mengenakan ikat kepala tanda berkabung. Bagi rajamuda, pembesar, pejabat biasa, berlaku satu aturan.

  49. Bila seorang rajamuda menghadiri pengenaan Da Lian (pakaian besar atau lengkap untuk jenazah), saat ia turun ke ruangan, pendeta waris dinasti Shang yang bertugas membacakan surat doa, menggelarkan tikar baru dan melanjutkan mengenakan pakaian (untuk jenazah itu).

  50. Barang pemberian (untuk yang meninggal dan akan diletakkan dikubur) yang dilakukan orang negeri Lu terdiri dari : tiga gulungan sutera hitam: dua gulungan sutera merah; tetapi hanya satu kaki lebarnya, dengan panjang yang penuh

  51. Bila seseorang datang dari penguasa lain dengan mengemban tugas berbela sungkawa, ia mengambil tempat di luar, sebelah barat gerbang, dengan wajah menghadap ke timur. Pengawal utama yang mendampinginya berdiri di sebelah tenggaranya dengan wajah menghadap ke utara agak ke barat dan di sebelah barat pintu gerbang. Anak yatim yang berkabung, dengan wajah menghadap ke barat, memberi perintah kepada petugas yang mendampinginya, dan petugas itu menemui utusan dan berkata. “Tuanku yang yatim menugasi saya menanyakan mengapa anda demikian merepotkan diri?” Dan utusan itu menjawab, Penguasaku memerintahkan saya untuk menanyakan kesulitan yang terjadi.” Petugas yang mendampingi itu kembali masuk dan melaporkan tentang itu, lalu kembali keluar lagi dan berkata, “Tuanku yang yatim menanti anda.” Utusan itu lalu masuk menemui tuan rumah. Pemimpin perkabungan itu naik ke ruang pendapa dengan wajah menghadap ke barat lewat tangga timur, dan utusan itu lewat tangga barat dengan wajah menghadap ke timur, dan menyampaikan amanat yang ditugaskan dengan berkata, Penguasaku yang banyak kekurangan telah mendengar beban duka yang anda tanggung dan mengutus saya menghadap anda menyampaikan bela sungkawanya.” Putera yang sedang berkabung itu lalu menghormat dengan bai, dilanjutkan dengan Qi sang. Utusan itu lalu turun kembali ke tempat.

  52. Pelayan yang ditugasi memegang batu kumala bulat atau Bi untuk mulut jenazah, dengan memegang batu kumala bulat itu di tangannya, menyampaikan amanat dengan berkata, “Penguasaku telah mengutusku menyampaikan batu kumala untuk mulut ini.” Petugas penjaga tamu masuk dan melapor dengan berkata, “Tuanku yang yatim telah menanti anda.” Pembawa batu kumala itu masuk naik pendapa lewat tangga dan menyampaikan amanat yang ditugaskan kepadanya. Anak itu memberi hormat dengan bai, dilanjutkan dengan Qi Sang. Pembawa batu kumala itu lalu berlutut dan menempatkan batu kumala itu di sebelah tenggara peti jenazah, di atas tikar dari rumput Wei (Phragmites); tetapi bila penguburan telah dilaksanakan, batu kumala itu diletakkan di atas tikar dari rumput Pu (Typha). Setelah dikerjakan, petugas itu turun kembali ke tempatnya. Zai Fu (kepala pelayan), dengan masih mengenakan jubah istananya, dan masih menggunakan sepatu perkabungan, menaiki tangga barat dan berlutut dengan wajah menghadap ke barat, mengambil batu kumala itu, lalu turun lewat tangga yang sama dan berjalan menuju timur (tempat untuk menyimpan).

  53. Petugas yang diwajibkan membawa pakaian kubur berkata, “Penguasaku mengutus saya untuk membawa pakaian kubur.” Petugas penerima tamu lalu masuk dan melapor; lalu keluar dan berkata, “Tuanku yang yatim menanti anda.” Utusan yang membawa pakaian kubur itu pertama-tama mengambil topi yang atasnya persegi (Mian) serta jubahnya. Dengan tangan kirinya memegang leher baju atasnya, dan dengan tangan kanannya memegang pinggang, lalu masuk, naik ke pendapa, menyampaikan amanatnya dengan berkata, “Penguasaku telah mengirim saya dengan pakaian kubur.” Anak yang berkabung itu memberi hormat dengan bai dan melanjutkan dengan Qi Sang, dan utusan pembawa barang itu meletakkannya di timur peti jenazah. Utusan itu lalui turun dan menerima topi kulit yang warnanya menyerupai kepala burung gereja, serta pakaiannya di bawah pinggiran atap pintu. Disitu ia memberikan barang-barang yang diamanatkan itu. Anak yang berkabung itu memberi hormat dengan Bai dan Qi Shang. Pertama-tama memberi topi kulit dan baju itu di tengah balairung. Naik lewat tangga barat, lalu menerima pakaian istana, di pendapa menerima pakaian hitam yang dipotong persegi, yang diterima di kaki tangga sebelah barat. Disitu anak yang berkabung itu kembali memberi hormat dan dilanjutkan dengan Qi Sang. Utusan itu lalu turun keluar dan kembali ke tempat. Lima orang Zai Fu mengambil barang-barang itu dan turun lewat tangga barat, lalu berjalan pergi ke timur. Mereka mengambil semuanya itu dengan wajah menghadap ke barat.

  54. Kepala utusan itu menyuruh agar disiapkan kereta kuda, dengan membawa Gui (papan batu kumala tanda perintah) berkata, “Penguasaku menugaskan saya menyerahkan kereta dan kuda ini.” Petugas penerima tamu masuk memberitahu kepada pemimpin perkabungan lalu keluar menyampaikan amanat dengan berkata, “Putera yatim, si Anu sedang menanti anda.” Rombongan kuda kuning dan kereta besar diperlihatkan di jalan besar yang ada di utara balairung pusat; dengan memegang Gui, ia menyerahkan semuanya itu. Semua pengurus kudanya berdiri di bawah, di jalanan sebelah barat kereta. Anak yang berkabung itu menerima dengan Bai dilanjutkan Qi Sang. Ia lalu berlutut dan meletakkan lambang kedudukannya di sudut, di sebelah tenggara peti mati. Kepala pelayan lalu mengambil lambang kedudukan itu dan berjalan menuju ke timur.

  55. Orang yang ditugaskan menyampaikan amanat itu wajahnya senantiasa menghadap ke arah peti jenazah dan putera yang berkabung menghormat dengan Bai dan Qi Sang. Orang yang ditugaskan itu lalu berlutut dengan wajah menghadap ke arah barat dan meletakkan barang-barang yang diamanatkan sebagai pemberian yang berupa Bi itu. Kepala penerima tamu dan pembantu-pembantunya dengan membawa lambang kedudukannya naik lewat tangga barat untuk mengambil barang-barang itu, wajahnya juga menghadap barat. Lalu turun lagi juga lewat tangga barat. Para pembantu yang ditugaskan membawa kereta dan kuda, keluar, dan kembali ke tempatnya di luar gerbang.

  56. Kepala tamu lalu menyampaikan harapannya dengan berkata, “Penguasaku yang banyak kekurangan sedang melaksanakan upacara persembahan di Zong Miaonya, tetapi tidak dapat datang dan turut melakukan upacara di sini, lalu mengutus saya, Si Anu, hamba yang tua untuk membantu memegang tali (penarik kereta mati).” Petugas penerima tamu melaporkan dan kembali lagi dengan amanat, “Putera yatim sedang menanti anda.” Utusan itu lalu masuk dan mengambil tempat di gerbang kanan. Para pembantunya semua mengikuti dan berdiri di sebelah kirinya, di timur. Penangung jawab upacara mengenalkan tamu itu dan naik ke ruang pendapa untuk menerima perintah penguasanya, lalu turun dan berkata, “Putera yatim memberanikan diri untuk menolak kehormatan yang anda maksudkan dan mohon anda kembali ke tempat.” Utusan itu sebaliknya menjawab, “Penguasaku menugaskan saya wajib tidak merendahkan diri menjadi pengunjung atau tamu. Saya memberanikan diri menolak harapan anda.” Penanggung jawab upacara (Zong Ren) lalu melaporkan jawaban itu dan kembali dan berkata kepada utusan itu, “Putera yatim memberanikan diri berkukuh menolak maksud anda. Harap anda berkenan kembali ke tempat.” Tamu itu kembali menjawab bahwa penguasanya kukuh menolak. Amanat dari keluarga berkabung itu diulangi dan jawabannya demikian pula; setelah itu dari keluarga yang berkabung berkata, “Karena beliau berkukuh menolak maksud kami, saya memberanikan diri dengan penuh hormat mengikuti harapannya.”

  57. Utusan itu lalu berdiri di gerbang barat, dan para pembantunya di bagian kirinya menghadap ke barat. Putera yatim (Gu) turun lewat tangga timur lalu menghormat dengan Bai. Selanjutnya mereka bersama naik dan menangis. Masing-masing melonjak-lonjak tiga kali untuk saling menanggapi. Tamu utusan itu lalu keluar diantar oleh keluarga yang berduka sampai keluar pintu, dan saling memberi hormat dan Qi Sang.

  58. Bila penguasa negeri sedang berkabung untuk orang tuanya, (para pejabat) yang juga berkabung untuk orang tuanya tidak berani menerima kunjungan belasungkawa (dari negeri lain).

  59. Bila keluarga luar (dari pihak perempuan) ada di dalam kamar dengan wajah menghadap ke selatan; para pembantu kecil menggelar tikar; petugas doa, dengan mengenakan seragam dinasti Shang, menggelar sabuk, selempang dan kain penutup atas; para pejabat yang menjadi petugas bercuci tangan, berdiri di sebelah utara jambangan; jenazah dipindahkan ke sebelah utaranya dan diberi pakaian. Setelah pengenaan pakaian, kepala pembantu melaporkan hal itu. Putera yang berkabung, dengan memegang peti jenazah, melonjak-lonjak. istrinya dengan wajah menghadap ke timur juga memegang peti mati, lalu berlutut; kemudian ia berdiri dan melonjak-lonjak.

  60. Ada tiga hal dalam perkabungan seorang pejabat biasa, yang sama dengan ketentuan dalam perkabungan seorang Tianzi (Kaisar): obor yang tetap dinyalakan sepanjang malam (menjelang peti jenazah akan diberangkatkan ke kuburan); menugaskan orang-orang mendorong kereta jenazah; dan menjaga agar jalanan bebas dari orang yang berlalu lalang.