logo

Shi Jing IV

Sanjak dari Negeri Young

    1. Mengapung perahu dari pohon Bo, di tengah bengawan He. Dua jambul menggelantung di dahi, dialah suamiku; aku bersumpah sampai mati tiada orang lain. O! Ibu, o! Tian, mengapa tidak memahamiku?
    2. Mengapung perahu dari pohon Bo, terapung-apung di pinggir bengawan He. Dua jambul menggelantung di dahi, dialah orang satu-satunya bagiku; aku bersumpah sampai mati tidak akan berbuat yang buruk. O! Ibu, o! Tian, mengapa tidak memahamiku?
  1. Catatan:

    Sanjak ini melukiskan penolakan Gong Jiang, janda pangeran Gong Bo (putra pangeran Wei Xi Hou 854 – 813 s.M.) dari negeri Wei yang mati muda. Ayahnya memaksa kawin lagi dengan Zhong He, adik suaminya, namun ia menolak dengan keras. Zhong He inilah yang kemudian memerintah negeri Wei (812 – 758 s.M.) dengan gelar Wei Wu Gong.

  2. 1. Di tembok ada Ci, tidak dapat disapu hilang. Cerita di dalam kamar, tidak boleh dibicarakan. Apa yang akan dibicarakan? Hanya menggelar aib.

    2. Di tembok ada Ci, tidak dapat disingkirkan. Cerita di dalam kamar, tidak boleh disebarkan. Apa yang akan disebarkan? Hanya akan berpanjang-panjang.

    3. Di tembok ada Ci, tidak dapat dikumpulkan. Cerita di dalam kamar, tidak boleh dilantunkan. Apa yang boleh dilantunkan? Hanya akan memalukan.

  3. Catatan:

    Sanjak ini sindiran terhadap ruang para selir istana negeri Wei yang hanya dipenuhi kemaksiatan yang memalukan.

    1. Hidup bersama suami sampai tua, mengenakan ikat kepala medali dan keenam permata; sungguh anggun segala geraknya; bagai gunung bagai sungai, hiasan pakaiannya sungguh bagus : namun engkau kurang kebajikan putri, apa arti semuanya itu?
    2. Betapa gemerlap dan cemerlang mengenakan jubah bergambar pegar! Rambut hitamnya banyak bagai awan, Sungguh anggun menggelantung ke bawah. Anting-antingnya dari batu kumala, sisirnya dari gading, dahinya tinggi dan demikian putih. Oh Tian Yang Maha Esa! Oh Di Yang Maha Kuasa!
    3. Betapa mewah betapa megah, baju dinas yang dikenakan! Menutup pakaian dalam yang tipis, dan pakaian luarnya dilepaskan. Betapa jernih matanya; sungguh indah dahinya, wajahnya sungguh mempesona! O! perempuan ini ratu kecantikan negeri!
  4. Catatan:

    Mengungkapkan hal yang kontras dalam diri Xuan Jiang yang cantik tetapi jahat.

    1. Kupetik batang Tang, di ladang sungai Mei. Tetapi kemana pikiranku? Kepada si cantik Meng Jiang. Ia menunjuk kepadaku ke Sang Zhong; ia akan menemuiku di Shang Gong; ia akan mendampingiku ke Qi Shang.
    2. Kupetik bulir gandum, di tepi utara Mei, tetapi kemana pikiranku? Kepada si cantik Meng Yi. Ia menunjuk kepadaku ke Sang Zhong; ia akan menemuiku di Shang Gong; ia akan mendampingiku ke Qi Shang.
    3. Kupetik batang Feng, di timur sungai Mei, tetapi kemana pikiranku? Kepada si cantik Meng Yong. Ia menunjuk kepadaku ke Sang Zhong; ia akan menemuiku di Shang Gong; ia akan mendampingiku ke Qi Shang.
  5. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan seorang laki-laki di negeri Wei yang mempunyai hubungan dengan beberapa orang putri bangsawan. Sanjak ini pun menunjukkan betapa buruk kondisi istana negeri Wei.

    1. Sungguh setia puyuh berpasangan; murai berkumpul dalam kelompoknya. Orang ini sungguh tidak baik, namun aku menganggapnya saudara!
    2. Sungguh setia murai dalam kelompoknya; puyuh setia dengan pasangannya. Orang ini sungguh tidak baik, namun aku menganggap ia penguasaku!
  6. Catatan:

    Sanjak ini bersifat sindiran, ditujukan kepada Xuan Jiang dan Huan (salah seorang putra suaminya) yang dianggap perilakunya lebih buruk dari binatang. Semuanya ini menunjukkan betapa buruk kehidupan di istana negeri Wei.

    1. Saat rasi binatang Ding (Pegasus) ada di puncaknya, dibangunlah istana di Chu. Ditetapkan berdasar bayangan matahari, dibangun puri Chu. Ditanam pohon Zhen (Hazel) dan Li (Sarangan), pohon Yi, Tong, Zi dan Qi (Pernis), dipotong dengan kapak, menjadi bahan membuat Qin (Siter) dan Se (Kecapi).
    2. Ia naik ke atas tembok tua itu, meninjau tempatnya di Chu. Ditinjaunya Chu dan Tang, dengan gunungnya yang tinggi dan menjulang: Ia turun dan memeriksa pohon-pohon besaran; dilakukan kajian sehingga diperoleh hasil kajian yang menyatakan rahmat; akhirnya semuanya menunjukkan sungguh baik.
    3. Tatkala hujan yang bagus turun, disiapkan pengantin laki-lakinya, di bawah sinar bintang pagi dipasang keretanya, berhenti di antara ladang pohon besaran. Tetapi tidah hanya itu yang ditunjukkan; di dalam hatinya pennuh pengabdian akan tugasnya, kuda jantan dan betina yang besar berjumlah tiga ribuan.
  7. Catatan:

    Sanjak ini memuji pangeran Wei Wen Gong (659 – 635 s.M.); --- tentang kerajinannya, pandangannya yang jajuh mencintai rakyat dan membangun kesejahteraan.

    1. Di timur ada pelangi, tak seorangpun berani menunjuk. Bila seorang wanita pergi (dari rumah), Ia terpisah jauh dari ayah, bunda, kakak dan adiknya.
    2. Pagi hari (pelangi) muncul di barat, dan pagi itu turun hujan. Bila seorang wanita pergi (dari rumah), Ia terpisah jauh dari ayah, bunda, kakak dan adiknya.
    3. Orang yang demikian ini, di hatinya hanya berharap menikah. Sungguh besar ia tidak percaya diri, tidak mengerti akan firman baginya.
  8. Catatan:

    Sanjak ini berisi kiasan menentang hubungan laki-laki dan perempuan yang tidak sesuai Li yang sering terjadi di istana negeri Wei.

    1. Laksana tikus, - ia mempunyai kulit; betapa manusia tanpa sikap mulia. Manusia bila tanpa sikap mulia, tidak mati untuk apa?
    2. Laksana tikus, - ia punya gigi; betapa manusia tanpa hentian. Manusia tanpa tempat hentian, tidak mati, untuk apa?
    3. Laksana tikus, - ia punya tungkai; betapa manusia tanpa Li (kesusilaan). Manusia tanpa kesusilaan, mengapa tidak segera mati?
  9. Catatan:

    Sanjak ini sindiran terhadap manusia yang tidak memiliki rasa susila; juga menyindir kehidupan orang-orang di istana pada zaman pangeran Wen di negeri Wei.

    1. Marak berkibar bendera di tiang yang berujung ekor lebu, jauh di sana di pinggir kota Jun, berhias kain sutera putih; atas empat ekor kuda yang bagus. Orang yang dipuji itu, --- apa yang dapat ia berikan?
    2. Betapa marak panji garuda, yang berkibar didekat kota Jun. Dihiasi dengan pita berwarna putih; kelima kereta dengan kuda yang bagus orang yang dipuji itu, --- apa yang akan diberikan?
    3. Betapa marak panji berbulu-bulu, berkibar di benteng kota Jun. diikatkan benang-benang sutera putih, ada enam kereta dengan kuda yang bagus. Orang yang dipuji itu, ----- Apa yang dapat diceritakan?
  10. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan betapa para pejabat negeri Wei menjemput orang-orang yang dimuliakan pada zaman raja muda Wei Wen Gong.

    1. Aku telah memacu kuda dan melecutnya, pulang untuk berbela sungkawa bagi pangeran Wei Hou. Kupacu kuda sepanjang jalan, sampai aku tiba di kota Cao. Seorang pembesar mendaki gunung dan menerobos sungai; hatiku penuh duka.
    2. Biar engkau tidak menyetujuiku, dan aku tidak dapat kembali (ke negeri Wei), Namun aku menganggapmu bersalah, dan tidak dapat melupakan harapanku. Kamu tidak dapat menyetujui rencanaku, dan aku tidak dapat kembali menyeberangi sungai; Namun aku menganggapmu bersalah, dan aku tidak dapat menekan pikiranku.
    3. Kudaki bukit yang curam, kupetik bunga Mang (sejenis Lili air), sebagai perempuan aku mempunyai banyak harapan baik. Tetapi mereka mengikuti jalan sendiri, orang-orang Xu menyalahkanku, tetapi mereka kekanak-kanakan dan tergesa-gesa menyimpulkan
    4. Aku berjalan menerobosi ladang, di antara gandum yang subur. Aku harus membawa masalah ini ke negeri besar. Siapa dapat menolong (negeri Wei)? Para pembesar dan penguasa, janganlah menghukumku. Beratus rencana dalam pikiranmu tidak menyamai jalan yang kuambil.
  11. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan pangeran Mu dari negeri Xu yang mengeluh tidak diperkenankan datang ke negeri Wei menyampaikan bela sungkawa. Istri pangeran Xu adalah salah seorang anak perempuan putri Xuan Jiang (lihat III. ix).