logo

Shi Jing X

Sanjak dari Negeri Tang

    1. Jangkrik ada di dalam ruangan, dua tahun akan berakhir. Bila kini kita tidak bergembira, hari dan bulan akan meninggalkan, tetapi marilah tidak berbuat keterlaluan; marilah kita utamakan tugas-tugas dalam kedudukan; Janganlah liar bergembira dalam kesukaan. Insan mulia (Liang Shi) bertekun merenung.
    2. Jangkrik ada di dalam ruangan, dan tahun akan berlalu. Bila kini kita tidak bergembira, hari dan bulan akan berlalu, tetapi marilah tidak berbuat keterlaluan; Marilah kita berpikir keluar; janganlah liar bergembira dalam kesukaan. Insan mulia (Liang Shi) senantiasa rajin.
    3. Jangkrik ada di dalam ruangan, dan kereta-kereta tidak terpakai. Bila kini kita tidak bergembira, hari dan bulan akan berlalu, tetapi marilah tidak berbuat keterlaluan; marilah kita memprihatinkan orang-orang yang bersedih; janganlah liar bergembira dalam kesukaan. Insan mulia (Liang Shi) senantiasa damai tenteram.
  1. Catatan:

    Negeri Tang adalah negeri waris Baginda Yao yang hidup pada zaman purba itu dan merupakan wilayah yang luas dan besar tempat berkembangnya negeri Jin dan menjadi pemasok upeti yang besar dinasti Zhou sampai munculnya negeri Qin. Baginda Zhou Jing Wang pada tahun 1106 s.M menganugerahkan tanah ini kepada saudaranya yang bernama Shu Yu. Sanjak no.1 ini bersifat menceritakan bagaimana kehidupan rakyat negeri Jin saat diperintah oleh pangeran Jin Xi Hou yang memerintah pada tahun 889 -822 s.M.

    1. Di pegunungan ada pohon elm berduri, di lembah basah ada pohon elm putih. Dikau telah mempunyai jubah, tetapi tidak mau mengenakan; dikau telah mempunyai kereta dan kuda, tetapi dikau tidak mau mengendarai. Dikau akan jatuh karena kematian, dan orang lain menikmatinya.
    2. Di pegunungan ada pohon Kao, di lembah basah ada pohon Niu. Dikau mempunyai halaman dan ruang dalam, tetapi dikau tidak membasahi dan menyapu. Dikau mempunyai tambur dan lonceng, tetapi dikau tidak mau menabuh dan mengetuk. Dikau akan jatuh karena kematian, dan orang lain akan memilikinya.
    3. Di pegunungan ada pohon pernis, di lembah bawah ada kacang-kacangan. Dikau mempunyai anggur dan makanan, mengapa tidak ada hari menabuh tambur dan kecapi, keduanya memberikan gembira dan bahagia, dan memperpanjang hari. Dikau akan jatuh karena kematian, dan orang lain akan memasuki kamarmu.
  2. Catatan:

    Sanjak ini bersifat sindiran dan ditujukan kepada pangeran Jin Zhao Hou (745 – 739 s.M) yang tidak mau menikmati apa yang dimiliki dan membiarkan kematian merenggut dan memberikan semuanya kepada orang lain.

    1. Di antara gelombang air, tegak batu putih dengan megahnya. Dengan membawa jubah sutera putih, berkerah merah tua, kami akan mengikutimu ke Wo. Setelah kita bertemu Junzi, tidakkah merasa gembira?
    2. Di antara gelombang air, tegak batu putih berkilau. Dengan membawa jubah sutera putih, berkerah merah dan bersulam, kami akan mengikutimu ke Gu. Setelah kita bertemu Junzi, kepedihan apa masih tinggal?
    3. Di antara gelombang air nampak jelas batu putih. Telah kudengar titahmu, dan tidak berani memberitahu orang lain.
  3. Catatan:

    Sanjak ini bersifat sindiran. Sanjak ini mengisahkan tentang komplotan pemberontak yang membunuh pangeran Jin Zhao Hou pada tahun 739 s.M.; yang dimaksudkan Junzi ialah paman Jin Zhao Hou yang diberi gelar Cheng Shi (Guru Yang Sempurna) dan Huan Shu (paman Huan); yang mengatasi pemberontakan itu dan mengangkat putra Jin Zhao Hou yang bergelar Jin Xiao Hou (739 – 724 s.M) menggantikannya.

    1. Setandan tangkai merica, besar dan menghijau memenuhi keranjang. Di sana dia, perkasa dan besar tiada banding. O! tangkai merica! Betapa tumbuh jauh meluas!
    2. Setandan tangkai merica, besar dan menghijau memenuhi kedua tanganmu. Di sana dia, perkasa dan agung. O! tangkai merica! Betapa tumbuh jauh meluas!
  4. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kiasan untuk memuliakan dan memuji kekuatan Huan Shu (paman pangeran Jin Zhao Hou) yang meramalkan keluarga itu akan menjadi besar.

    1. Diikat erat kayu bakar; dan tiga bintang nampak di langit. Senja ini senja apa, itukah saat aku melihat insan yang baik? Aduh! Aduh! Aku akan mendapatkan insan mulia (Liang Ren) ini!
    2. Diikat erat onggokan rumput; dan tiga bintang nampak dari sudut rumah. Senja ini senja apa, saat kami bertemu dengan yang tidak terduga? Aduh! Aduh! saat kami bertemu dengan yang tidak terduga!
    3. Diikat erat tumpukan duri; dan tiga bintang nampak dari pintu. Senja ini senja apa, Saat kami melihat keindahan ini? Aduh! Aduh! Saat kami bertemu suasana seindah ini!
  5. Catatan:

    Sanjak ini bersifat sindiran. Suami dan istri menyatakan kesukaannya ketika bertemu secara tidak terduga. Tiga bintang itu nampak pada senja musim rontok. Yang nampak di atas rumah pada tengah malam dan melewati pintu setelah tengah malam itu. Bait pertama nampaknya dinyanyikan oleh mempelai perempuan, bait kedua dinyanyikan para tamu dan bait ketiga dinyanyikan kedua mempelai.

    1. Ada sebatang pohon Pir kuning kemerahan, daunnya rimbun menghijau. Aku berjalan sendrian tanpa kawan; Adakah itu karena tiada orang lain yang peduli? Namun tiada orang yang seperti para putra ayahku. O! Dikau pengembara, mengapa tiada yang mempedulikanku? Orang yang tanpa kakak dan adik, mengapa tiada yang menolongku?
    2. Ada sebatang pohon Pir kuning kemerahan, namun daunnya demikian rimbun. Aku berjalan tiada orang mempedulikan; Adakah itu karena tiada orang lain yang peduli? Namun tiada orang yang seperti margaku. O! dikau pengembara, mengapa tiada yang mempedulikanku? Orang yang tanpa kakak dan adik, mengapa tiada yang menolongku?
  6. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kiasan, melukiskan ratapan seseorang yang disingkirkan dari keluarga dan tidak diakui. Dalam catatan sejarah sanjak ini ditujukan untuk pangeran Jin Zhao Hou yang tidak disukai oleh paman dan keluarganya.

    1. Baju dari bulu domba dan berlengan dari kulit macan tutul, engkau telah memperlakukan kami dengan tidak baik. Tidak dapatkah kami mendapatkan orang yang lain? Hanya karena ingat leluhurmu.
    2. Baju dari bulu domba dan berlengan dari kulit macan tutul, engkau telah memperlakukan kami dengan kejam. Tidak dapatkah kami mendapatkan orang yang lain? Hanya karena ingat kebaikan-kebaikan yang kuterima.
  7. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan tentang keluhan beberapa pejabat tinggi karena mendapat perlakuan tidak baik dari penguasanya. Meski demikian mereka tetap menyatakan kesetiaannya.

    1. Su – su betebaran bulu burung bebek liar, saat mereka di semak-semak pohon Ek (Bao Xu). Tugas kerajaan tidak boleh berlambat-lambat, dan kami tidak dapat bertanam gandum dan jawawut, Apa yang boleh menjadi sandaran ayah dan bunda? O! Dikau TIAN Yang Maha Suci (Cang Tian)! Kapankah kami mendapat tempat kembali?
    2. Su – su beterbangan sayap burung bebek liar, saat mereka diam di semak bidara (Bao Ji). Tugas kerajaan tidak boleh berlambat-lambat, dan kami tidak dapat bertanam padi dan gandum, Apa yang boleh untuk makan ayah dan bunda? O! Dikau TIAN Yang Maha Suci! Kapankah kami dapat lepas dari penderitaan ini?
    3. Su – su berderet jalan bebek liar, dan berkumpullah mereka di semak pohon besaran. Tugas kerajaan tidak boleh berlambat-lambat, dan kami tidak dapat bertanam padi dan gandum, apa yang boleh untuk makan ayah dan bunda? O! Dikau TIAN Yang Maha Suci! Kapankah kami dapat kembali ke tugas sehari-hari?
  8. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan ratapan kepada raja dinasti Zhou atas perilaku sewenang-wenang pangeran Jin Hou (Jin Wu Gong – mulai memerintah 706 s.M) yang mangkat pada tahun 677 s.M.

    1. Bagaimana dikatakan tidak punya jubah? Ia menuntut tujuh permintaan; itu baik kalau mendapatkan jubah darimu. Itu akan membawa ketenteraman dan berkah.
    2. Bagaimana dikatakan tidak punya jubah? Ia menuntut enam permintaan; itu baik kalau mendapatkan jubah darimu. Itu akan membawa ketenteraman yang lestari.
  9. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan permintaan kepada rombongan utusan raja agar pangeran Jin Wu Gong mendapatkan pengakuan. Ini terjadi pada tahun 678 s.M., tapi setahun kemudian Jin Wu Gong telah mangkat.

    1. Ada pohon pir sebatang kara, tumbuh di kiri jalan. Insan susilawan itu! Mungkin ia ngin datang kepadaku. Di lubuk hatiku, aku mencintainya; betapa aku wajib menyiapkan minum dan makannya?
    2. Ada pohon pir sebatang kara, tumbuh di jalan menjadi petunjuk. Insan susilawan itu. Mungkin ia ingin datang bercengkrama. Di lubuk hatiku, aku mencintainya; betapa aku wajib menyiapkan minum dan makannya?
  10. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kiasan tentang seorang yang prihatin karena kemiskinannya dan merasa tidak mampu bagaimana harus berkumpul dengan orang yang dimuliakannya. Penafsir sanjak ini memperkirakan keprihatinan itu karena pangeran Jin Wu Gong yang tidak bersedia menerima orang-orang yang bijak.

    1. Tumbuh tanaman Ge, dikerumuni semak berduri; tumbuhan Lian menjalar memenuhi padang. Orang yang kumuliakan tiada lagi di sini, dengan siapa aku dapat berdiam? – Aku sendirian.
    2. Tumbuh tanaman Ge, berkembang menutupi pohon Ji; ; tumbuhan Lian menjalar memenuhi makam. Orang yang kumuliakan tiada lagi di sini, dengan siapa aku dapat berdiam? – Aku melepaskan lelah sendirian.
    3. Betapa indah bantal dari tanduk! Betapa menakjubkan selimut bersulam! Orang yang kumuliakan tiada lagi di sini, dengan siapa dapat aku berdiam? – Aku berkabung sendirian.
    4. Melewatkan hari musim panas, melewatkan malam musim dingin, seratus tahun kemusian, baru aku pulang ke rumahnya.
    5. Melewatkan malam musim dingin, melewatkan hari musim panas, seratus tahun kemudian, baru aku pulang ke kamarnya.
  11. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kiasan dan menceritakan tentang seorang istri yang berkabung untuk suaminya menolak mendapatkan penghiburan sampai ia sendiri mati. Menurut kata pengantarnya sanjak ini dikaitkan dengan pangeran Jin Xian Gong (676 – 650 s.M ) yang banyak melakukan peperangan sehingga banyak menimbulkan kematian.

    1. Petiklah kayu manis, petiklah kayu manis, di puncak gunung Shou Yang? Kalau orang bercerita, Jangan begitu saja percaya; kesampingkanlah lebih dahulu, kesampingkanlah lebih dahulu. Jangan begitu saja menyetujui; dan bila orang bercerita, bagaimana mereka mendapatkannya?
    2. Petiklah tumbuhan Ku (sejenis obat yang pahit), petiklah tumbuhan Ku, di kaki gunung Shou Yang? Kalau orang bercerita, Jangan begitu saja menyetujui; kesampingkanlah lebih dahulu, kesampingkanlah lebih dahulu. Jangan begitu saja menyetujui; dan bila orang bercerita, bagaimana mereka mendapatkannya?
    3. Petiklah tumbuhan Feng (mostar), petiklah tumbuhan Feng, di timur gunung Shou Yang? Kalau orang bercerita, Jangan begitu saja kau dengar; kesampingkanlah lebih dahulu, kesampingkanlah lebih dahulu. Jangan begitu saja menyetujui; dan bila orang bercerita, bagaimana mereka mendapatkannya?
  12. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kiasan, nasihat untuk hati-hati terhadap pemfitnah.