logo

Shi Jing XXV

Sheng Min

    1. Demikianlah mula kelahiran rakyat diawali dari ibu Jiang Yuan. Betapa rakyat itu bermula dilahirkan? Ia bersuci dan bersembahyang, mohon dilepaskan dari keadaan tidak beranak. Ia tergerak menapaki jari kaki ciptaan Tuhan, di wilayah yang besar tempat kediamannya. Ia menjadi hamil dan menyendiri; Ia melahirkan dan merawat (putranya), itulah yang kemudian bernama Hou Ji (ratu gandum).
    2. Setelah genap bulannya, putra pertamanya itu bagai anak domba. Tidak menimbulkan kejutan atau mencabik, tidak menyakiti, tidak membahayakan, menunjukkan betapa ajaib dia. Bukankah Shang Di memberkatinya? Tidakkah diterima laku suci dan sembahyangnya, sehingga demikian mudah kelahirannya?
    3. Bayi itu diletakkan di jalan sempit, lembu dan kambing menjaga dan merawatnya. Diletakkan di hutan yang luas, di situ ditemukan oleh pemotong kayu. Ditempatkan di atas es yang dingin, Burung-burung menyelimuti dengan sayapnya. Ketika burung itu pergi, Hou Ji segera menjerit. Tangisnya panjang dan keras, suaranya memenuhi jalanan.
    4. Ketika bayi itu dapat merangkak, ia nampak demikian anggun dan cerdas. Ketika ia dapat makan sendiri, ia merasa perlu bertanam kacang besar. Kacang itu subur menghijau; bibit padinya tumbuh indah; jerami dan gandumnya tumbuh kuat dan lebat; dan hasil labunya berlimpah.
    5. Pertanian yang dikelola bayi Hou Ji berlangsung sesuai Dao sehingga membantu (tumbuhnya). Disiangi rumput yang tebal, ia menaburi tanah dengan biji-bijian kuning. Dirawat benih padi hingga siap bersemi; dijadikan itu benih sehingga tumbuhlah; benih itu tumbuh dan berbulir; menjadi kuat dan bagus; padi itu merunduk dan masaklah, maka dia diangkat menjadi pangeran wilayah Tai.
    6. Ia membawakan bagi rakyat padi-padian yang bagus. Jawawut hitam dan berbiji ganda: yang besar dan merah serta putih. Luas ditanam yang hitam dan yang berbiji ganda, yang dipanen batangnya rebah di tanah. Luas ditanam yang besar merah dan putih, hasilnya dipanggul di bahunya, dibawa pulang untuk sajian sembahyang.
    7. Betapa kita menggunakannya untuk sembahyang? Sedikit gabah (beras) diambil dari lesung; sebagian diayak dan digilas. Di tempatkan di dalam mangkuk; dibersihkan dan direbus. Dilakukan kajian untuk upacara yang disucikan; diambil kayu cendana dan ditebari minyak; dilakukan kurban kambing di jalanan; disajikan daging panggang dan dibakar. Demikianlah menyambut tahun baru.
    8. Dipersembahkan sajian di mangkuk, yang dibuat dari kayu atau tanah. Segera bau harum membubung, Shang Di berkenan menerimanya. Sungguh harum sesuai musimnya! Hou Ji berkenan atas kurban ini, tidak ada yang mengeluh dan menyesal, berlanjut sampai hari ini.
  1. Catatan:

    Kidung ini bersifat menceritakan. Hikayat tentang kelahiran kakek moyang dinasti Zhou (Hou Ji) yang lahir dari ibu Jiang Yuan yang hidup pada zaman sebelum raja suci Yao dan Shun. Hou Ji kemudian menjadi menteri pertanian yang sangat ahli dalam mengelola pekerjaannya sehingga pada zaman kuno beliau selalu dihormati bersama Malaikat Bumi (Hou Tu). Hou Ji inilah yang kemudian dianggap sebagai pemula adanya kurun dinasti Zhou yang menurunkan Tai Wang, beranak Wang Ji atau Ji Li dan bercucu, Wen Wang, dan setelah sampai kepada Wu Wang menumbangkan dinasti Shang dan berdiri dinasti Zhou (1122 – 255 s.M.)

    1. Sungguh rimbun tumbuh rumpun gelagah, sepanjang petak pinggir jalan; tidak dibiarkan lembu dan kambing menginjak-injaknya. Di sini tumbuh, di sana membentuk, dengan daun yang lembut dan berkilau. Akrablah jalinan kakak dan adik, janganlah saling berjauhan. Sebagian menggelar tikar, sebagian diberi bangku.
    2. Digelar tikar dan saling bertumpu; diberikan bangku serta banyak pembantu. Disilakan para tamu yang balas menyilakan; dicuci pil dan para tamu meletakkannya. Kuah dan daging potong dibawa masuk, beserta daging panggang dan bakar; makan enak sambil bercakap santai; dilantunkan nyanyian diiringi kecapi serta tambur.
    3. Sungguh kuat busur berhias itu, disertai empat anak panah yang bagus. Dibidikkan anak panah semua tepat sasaran, para tamu berkumpul sesuai kemampuannya. Busur berhias itu penuh gambar, keempat anak panah kokoh digenggam. Dibidikkan ke tempat sasaran, dan para tamu berjajar tidak mengecewakan.
    4. Cucu piyut menghadiri pesta; disuguhkan anggur manis dan kuat. Diisi piala dengan takaran besar, dan dilakukan doa untuk yang berambut kelabu, yang berambut kelabu dan bongkok, boleh memimpin dan membantu satu sama lain; demikianlah yang tua beroleh berkah, bertambah cerah kebahagiaannya.
  2. Catatan:

    Kidung ini bersifat kias dan menceritakan. Sebuah lagu yang mengungkapkan kesukaan anugerah raja kepada sanak familinya dan digenapkan dengan lomba panah dan pesta.

    1. Aku telah mabuk dengan anggurmu; aku telah kenyang dengan kebajikanmu, (Lihat Meng-zi VI A : 17.3). Semoga Junzi (Baginda) dikaruniai berlaksa tahun! Dikau jaya bahagialah!
    2. Aku telah mabuk dengan anggurmu; santapan pemberianmu telah berada di depanku. Semoga baginda dikaruniai berlaksa tahun! Semoga dikau memancar gemilang!
    3. Semoga pancaran gemilangmu sempurna, meninggi gemerlap, sempurna memimpin! Pimpinan yang genap sempurna telah mulai. Pemeran leluhur baginda mengungkapkan restu.
    4. Apa yang direstui? “Mangkok kotak sajianmu bersih dan bagus. Kawan-kawanmu membantu menyajikan, dengan perilaku yang sangat memuliakan.
    5. ‘Perilaku yang memuliakan sungguh sesuai waktu, tidak hanya baginda tetapi juga anak-anaknya yang berbakti. Anak-anak berbakti itu tiada henti, menurunkan berkah yang abadi bagimu.
    6. ‘Apa saja yang diberkahi? Seluruh isi istanamu baginda diberkahi selaksa tahun; diberkahkan bagimu kewibawaan dan keturunan.
    7. ‘Betapa anak keturunanmu? Tian mengaruniaimu kemuliaan, bagimu baginda berlaksa tahun, firman yang gemilang itu lekat kepadamu.
    8. ‘Bagaimana semuanya melekat? Dikaruniakan bagimu istri yang gagah berani, daripadanya diturunkan anak cucu.’
  3. Catatan:

    Kidung ini bersifat menceritakan. Mengungkapkan betapa paman dan saudara raja Wen menunjukkan kepuasan hatinya usai menerima jamuan di Miao leluhurnya. Raja Tai Wang dari permaisurinya berputra Tai Bo dan Yu Zhong; dari Tai Jiang berputra bungsu Ji Li. Ji Li berputra Ji Chang yang waktu lahir ibunya menerima wahyu Dan Shu. Pangeran Tai Bo dan Yu Zhong mengetahui ayahnya bermaksud mewariskan kedudukannya kepada Ji Li yang menikah dengan putri Tai Ren (inilah yang dimaksud dengan istri yang gagah berani) dan berputra Ji Chang, karena itu kedua paman itu mengasingkan diri, memangkas rambut dan hidup sebagai orang Jing Man sehingga kehilangan hak warisnya. Demikianlah kemudian Ji Chang menjadi raja muda barat (Xi Bo) pada akhir zaman dinasti Shang.

    1. Bebek liar ada di kolam; pemeran leluhur berkenan hadir dan damai anggurmu sungguh jernih, sajian masakanmu sungguh sedap; pemeran leluhur berkenan hadir dan minum, sungguh sempurna kebahagiaan dan kemuliaannya.
    2. Bebek liar ada di tanah pasir; pemeran leluhur berkenan hadir merestui. Anggurmu sungguh berlimpah, sajian masakanmu sungguh bagus; pemeran leluhur berkenan hadir dan minum, kebahagiaan dan kemuliaan dilimpahkan.
    3. Bebek liar di atas pulau kecil; pemeran leluhur berkenan hadir menyertai. Anggurmu sungguh luar biasa, sajian masakanmu terpotong rapi; pemeran leluhur berkenan hadir dan minum, kebahagiaan dan kemuliaan diturunkan.
    4. Bebek liar di tempat airan bertemu; pemeran leluhur berkenan hadir dan dihormati. Jamuan diselenggarakan di kuil leluhur, tempat kebahagiaan dan kemuliaan diturunkan; pemeran leluhur berkenan hadir dan minum, kebahagiaan dan kemuliaannya sungguh agung.
    5. Bebek liar ada di ngarai; pemeran leluhur berhenti dan puas. Anggurmu sungguh nikmat, daging panggang dan bakarmu sungguh sedap; pemeran leluhur berkenan hadir dan minum, tidak ada lagi kesulitan selanjutnya.
  4. Catatan:

    Kidung ini bersifat kias, mengungkapkan suasana setelah upacara sembahyang di kuil leluhur saat para pemeran leluhur dijamu.

    1. Sungguh terpuji – bahagia Junzi, betapa gemilang kebajikannya. Dia mengatur rakyat dan para pejabat dengan benar, dan beroleh kemuliaan dari Tian Yang Maha Esa, yang melindungi dan mengokohkan firman, oleh Tian senantiasa diperbaharui.
    2. Kemuliaan dan beratus kebahagiaannya, beribu dan beratus ribu diwariskan, sungguh mulia dan terpuji, tepat sebagai penguasa, sebagai raja, tidak keliru tidak lengah, melihat dan mengikuti hukum yang sudah tua.
    3. Perilakunya sungguh mampu mengendalikan diri, suara kebajikannya termasyhur lestari! Tiada yang menyesali, tiada yang tidak suka, memberi jalan bagi para pejabat, menerima bahagia tanpa batas, mengatur keempat penjuru negeri!
    4. Mengatur semuanya memberi kepastian, membawakan kedamaian bagi kawan dan sahabat, beratus pangeran dan menteri mengasihinya sebagai putra Tian (kaisar). Tidak lengah menempati kedudukannya. Rakyat mendapatkan tempat hentian dalam dirinya.
  5. Catatan:

    Kidung ini bersifat menceritakan. Pujian bagi raja-raja awal dinasti Zhou yang penuh kebajikan dan dikasihi Tian; Khususnya ini ditujukan kepada raja Wen.

    1. Sungguh diagungkan rakyat pangeran Gong Liu. Tidak dapat istirahat di kediamannya, dia membagi-bagi negeri menjadi ladang; disimpan hasil ladangnya di lumbung; diikat daging kering dan padinya, ditaruh dalam paruh dan kantong, demikianlah dihimpun rakyat dan memasyhurkan kaumnya. Dengan busur dan anak panah yang siap, dengan tameng, tombak dan kapak, besar dan kecil, ia memulai perjalanannya.
    2. Sungguh diagungkan rakyat pangeran Gong Liu. Ia telah memeriksa wilayahnya; rakyatnya banyak dan berkerumun; karena perhatiannya, dibuat pernyataan, yang tidak menjadikan orang mengeluh. I naik ke puncak gunung; dan turun ke dataran. Apa yang dikenakan di sabuknya? Sepotong batu Yu dan Yao (sejenis permata), serta sarung pedang yang berhias.
    3. Sungguh diagungkan rakyat pangeran Gong Liu. Dia pergi menuju ke tempat yang bersumber seratus, dan dilihatnya dataran yang luas. Di mendaki bukit di selatan, dan melihat dataran tinggi yang luas. Dataran tinggi yang cukup untuk orang banyak. Di situ tersedia tempat untuk kediaman; di situ dapat dibangun bagi pengembara; diungkapkan maksud hatinya; kesitu ia masuk sesuai pertimbangan.
    4. Sungguh diagungkan rakyat pangeran Gong Liu. Setelah ditemukan tempat di dataran tinggi, bersama seluruh perwiranya yang berwibawa, digelarlah tikar dan ditempatkan bangku; mereka duduk di tikar dan bersandar di bangku. Diutus orang memasuki gerombolan hewan; dan menangkap babi di sana, dituangkan anggur dari Pao (tempurung labu); dan memberi mereka makan dan minum, demikianlah ia diakui sebagai penguasa yang dihormati.
    5. Sungguh diagungkan rakyat pangeran Gong Liu. Kini luas dan panjang wilayahnya, ia menentukan arah dan mendaki bukit. Ia melihat tempat yang gelap dan terang (Yin dan Yang). Juga memantau aliran dan sumber. Prajuritnya ada tiga angkatan; dipelajari wilayah rawa dan dataran; dikelola sawah ladang untuk persediaan pangan; diukur wilayah barat perbukitan; tanah Bin sungguh luas.
    6. Sungguh diagungkan rakyat pangeran Gong Liu. Dibangun kantor jawatan di Bin, menyeberang sungai Wei dengan perahu, dikumpulkan batu pengasah dan besi. Setelah kediamannya tetap dan batas-batasnya jelas, rakyat menjadi banyak dan makmur, mendiami kedua sisi lembah Huang Jian, dan naik sampai ke wilayah Guo Jian; dan penduduknya menjadi padat, dan meluas sampai ke luar wilayah Rui.
  6. Catatan:

    Kidung ini bersifat menceritakan tentang riwayat pangeran Gong Liu, keturunan ibu Jiang Yuan yang termasuk kaum You Tai yang melahirkan Qi atau lebih dikenal dengan nama Hou Ji, menteri pertanian raja Yao yang dianggap sebagai nenek moyang dinasti Zhou. Ketika dinasti Xia kehilangan negerinya pada zaman raja Tai Kang (2188 -2146 s.M) keturunan Hou Ji yang tersingkirkan dan hidup di antara orang-orang Rong Di. Gong Liu adalah keturunan Hou Ji yang hidup di pengasingan itu tetapi ia mewarisi semangat dan kemampuan seperti Hou Ji dan membangun negeri di Bin yang diceritakan dalam kidung ini. Salah seorang keturunan Gong Liu adalah Gu Gong dan Fu yang kemudian dikenal dengan gelar raja Tai Wang (raja agung) yaitu kakek daripada raja Wen. Beliau berhasil membangun negerinya dan menyejahterakan rakyat tetapi menderita serbuan orang-orang Di. Atas peristiwa ini, dari pada mengorbankan rakyat, Tai Wang pindah dari Bin ke wilayah pegunungan cikal bakal negeri dinasti Zhou.

    1. Diambil air sumber dari tempat jauh; dituangkan ke dalam bejana dan dialirkan, boleh untuk memasak nasi atau makanan. Betapa bahagia Junzi yang santun, menjadi ayah bunda rakyat!
    2. Diambil air sumber dari tempat jauh; dituangkan ke dalam bejana dan dialirkan, boleh untuk mencuci piala (anggur). Betapa bahagia Junzi yang santun, menjadi pusat perhatian rakyat!
    3. Diambil air sumber dari tempat jauh; dituangkan ke dalam bejana dan dialirkan, boleh untuk mencuci. Betapa bahagia Junzi yang santun, menjadi tempat damai bagi rakyat!
  7. Catatan:

    Kidung ini bersifat kiasan memuji betapa seorang raja yang bijak dan dapat dinamai Bapak/Ibu rakyat; kidung ini ditulis oleh pangeran Shao Kang Gong untuk memuji betapa kebajikan raja Zhou Cheng Wang (1115 – 1078 s.M.) putra raja Zhou Wu Wang (1154 – 1115 s.M)

    1. Bersantai di tanah tinggi bertiup angin dari selatan. Betapa bahagia Junzi yang santun, kesana kemari sambil menyanyi; mengiringi lagu yang kupetik.
    2. ‘Penuh semangat dikau berlenggang; sungguh puas istirahatmu. Betapa bahagia Junzi yang santun, terungkapkan penuh jati dirimu, menggenapkan kemuliaan para leluhur!
    3. ‘Tanahmu luas dan jaya, dan sungguh-sungguh dalam kesentosaan. Betapa bahagia Junzi yang santun, terungkapkan penuh jati dirimu, menjadi tuan rumah beratus roh!
    4. ‘Dikau menerima firman yang lestari, dipenuhi bahagia dan wibawa. Betapa bahagia Junzi yang santun, terungkapkan penuh jati dirimu, dengan berkah yang suci dan lestari!
    5. ‘Dikau memiliki pembantu dan pendukung, orang-orang yang berbakti dan penuh kebajikan, yang membimbingmu dan menjadi sayapmu, betapa bahagia Junzi yang santun, menjadi suri tauladan keempat penjuru.
    6. ‘Sungguh penuh wibawa dan kemuliaan, bagai batu Gui atau batu Jiang (semuanya jenis batu Yu) dikau terpuji dikau jadi harapan. Betapa bahagia Junzi yang santun, menjadi pembimbing di empat penjuru.
    7. ‘Burung Feng Huang (Phoenix) terbang di atas, gemerisik suara sayapnya, tempatmu menjadi tempat sentosa, pembantu baginda banyak terpuji pembawa berkah, siap menanti titahmu, mencintaimu, putra Tian (Tian-zhi).
    8. ‘Burung Feng Huang (Phoenix) terbang di atas, gemerisik suara sayapnya, tempatmu menjadi tempat sentosa, pembantu baginda banyak terpuji pembawa berkah, menanti amanat baginda, untuk mengasihi demikian banyak orang.
    9. ‘Burung Feng Huang melantunkan nadanya, dari punggung bukit tinggi. Tumbuhlah pohon Wutong (Firmiana Simplex), Di punggung bukit lereng timur. Semuanya tumbuh subur; dan harmoni dengan lantun suara nada.
    10. ’Kereta sang Junzi, sungguh-sungguh banyak. Kuda sang Junzi, sungguh baik-baik terlatih dan tangkas. Kuciptakan beberapa sanjak, untuk melanjutkan nyanyianmu.’
  8. Catatan:

    Kidung ini mengandung kias. Diciptakan oleh pangeran Shao Gong untuk raja Zhou Cheng beroleh kejayaan dan membawakan kesejahteraan bagi rakyat dan para pembantunya.

    1. Sungguh berat beban rakyat, hanya sedikit kesejahteraan diperoleh. Mari kita sayangi negeri tengah (Zhong Guo) ini, untuk menyayangi keempat penjuru. Jangan kita malas penuh tipu daya dan hanya menyanjung, sehingga tanpa sadar berbuat tidak baik, demi menekan para perampok dan pemeras, yang tanpa memiliki rasa takut akan kecerahan (kehendak Tian). Bersikap lunaklah kepada yang jauh (Rou Yuan), dan membantu yang dekat (Neng er); demi mengokohkan raja kita.
    2. Sungguh berat beban rakyat, hanya sedikit beroleh waktu tenang. Mari kita sayangi negeri tengah ini, menjadi tempat berhimpun rakyat. Jangan kita malas penuh tipu daya dan hanya menyanjung, sehingga para pengacau berhati-hati, demi menekan para perampok dan pemeras; tidak menjadikan rakyat khawatir. Jangan sia-siakan jerih payahmu, sehingga raja dapat tenang.
    3. Sungguh berat beban rakyat, hanya sedikit beroleh istirahat. Mari kita sayangi ibukota ini, menjadi negeri-negeri di empat penjuru tenang. Jangan kita malas penuh tipu daya dan hanya menyanjung, sehingga menjadikan berhati-hati orang yang hanya tahu kepentingan sendiri, demi menekan para perampok dan pemeras, tidak membiarkan mereka berbuat jahat. Mari kita hormat, khidmat dalam perilaku, sehingga mendekatkan orang yang bajik.
    4. Sungguh berat beban rakyat, hanya sedikit beroleh ketenangan. Mari kita sayangi negeri tengah ini, menjadikan kekhawatiran rakyat hilang. Jangan kita malas penuh tipu daya dan hanya menyanjung, sehingga orang yang berbuat banyak kejahatan berhati-hati, dan menekan para perampok dan pemeras, tidak membiarkan mereka berbuat jahat. Tidak mengalahkan mereka yang lurus, biarpun anda hanya anak kecil. Karyamu sungguh luas dan besar.
    5. Sungguh berat beban rakyat, hanya sedikit rasa sentosa. Mari kita sayangi negeri tengah ini, sehingga dimana-mana tidak menanggung derita. Jangan kita malas penuh tipu daya dan hanya menyanjung, sehingga para penghisap berhati-hati, dan menekan para perampok dan pemeras, sehingga mereka yang benar tidak memberontak. Raja menghendakimu seperti batu Yu, maka kuberikan kecaman besar ini.
  9. Catatan:

    Kidung ini bersifat menceritakan. Pada saat timbul kekacauan yang mengakibatkan penderitaan; beberapa pejabat penting memanggil pengikutnya mengikuti mereka melakukan reformasi di ibukota serta menyingkirkan orang-orang yang hanya bertipu muslihat dan penjilat. Diperkirakan kidung ini ditulis oleh pangeran Shao Mu Gong (keturunan pangeran Shao Kang Gong). Peristiwa ini terjadi pada zaman raja Zhou Li Wang (878 -827 s.M.) yang sewenang-wenang sehingga hampir menumbangkan dinasti Zhou.

    1. Shang Di (khalik semesta alam) telah menjadi murka, rakyat di bawah penuh penderitaan. Kata-kata yang kamu ucapkan tidak benar; rencana kerjamu tidak jauh. Kamu tidak menghayati bimbingan nabi; ketulusanmu tidak menjadi kenyataan. Rencanamu tidak menjangkau jauh, dan kulakukan kecaman besar (Da Jian) ini.
    2. Tian telah menurunkan bencana, janganlah berpuas diri. Tian telah mulai bertindak, janganlah acuh tak acuh. Bila kata-katamu benar selaras, rakyat akan bersatu padu. Bila kata-katamu lembut dan baik, rakyat akan memiliki ketetapan hati.
    3. Biar tugasku berbeda, aku adalah hambamu. Aku datang untuk mengingatkan, dan kamu acuh tak acuh. Kata-kataku menyangkut masalah penting, janganlah dijadikan bahan tertawa. Rakyat zaman dahulu ada kata-kata. ‘Mintalah nasihat kepada tukang potong rumput dan kayu bakar.’ (Xun Yu Chu Rao).’
    4. Tian telah melaksanakan tekanan; jangan lakukan tipu muslihat. Orang tua ini bicara dengan tulus; tetapi kamu anak muda penuh kesombongan. Janganlah dianggap ini hanya kata-kata orang renta, dan kamu membuat gunjingan yang menyedihkan. Kesulitan itu akan berlipat bagai nyala api, yang tidak dapat ditolong dengan obat.
    5. Tian telah menunjukkan murkaNya; janganlah bersombong atau menjilat, dan meninggalkan laku susila, sehingga orang baik hanya menjadi pemeran mayat. Rakyat telah mengeluh dan merintih, dan kita tidak meneliti apa sebabnya. Keruntuhan dan kekacauan telah menghabiskan semangat hidup, dan kita tidak berwelas asih kepada orang banyak.
    6. Tian telah mencerahkan rakyat, bagai seruling bambu meningkahi peluit tembikar; bagai paduan suara batu Zhiang dan Gui; seperti kamu mengambil dan membawa pergi sesuatu, bawalah pergi dengan tanpa gaduh. Pencerahan untuk rakyat sungguh mudah. Rakyat banyak yang menjadi rusak batin, jangan tegakkan rusak batinmu.
    7. Orang yang baik adalah pagar; rakyat banyak adalah tembok; Negara besar adalah tabir; keluarga besar adalah penopang dinding luar; kebajikan yang penuh kasih membawakan kesejahteraan; kaum keluarga adalah benteng. Janganlah benteng itu rusak; jangan sampai terkucil penuh ketakutan.
    8. Hormatlah akan kemarahan Tian, jangan berani hanya bermain dan bermalas. Hormatlah akan perubahan sikap Tian, jangan berani memperturut kesenanganmu. Hou Tian (Tuhan Yang Maha Besar) sungguh gemilang, yang akan mengikutimu kemanapun. Hou Tian maha melihat, dan mengikutimu kemanapun mengembara dan bermalas.
  10. Catatan:

    Kidung ini bersifat menceritakan seorang pejabat tua berduka mengungkapkan berbagai kesulitan terjadi. Mengeluhkan pejabat-pejabat lain dan menasihati mereka yang mengabaikan tugas kewajibannya. Kidung ini diperkirakan dibuat pada zaman raja Zhou Li Wang yang memerintah sewenang-wenang dan memperturut kesenangannya.