logo

Shi Jing XXX

Lagu Puja Negeri Lu

    1. Tambun – besar kuda jantan itu; di dataran perbatasan yang jauh. Tentang kuda yang tambun dan besar itu; ada yang hitam berekor putih; ada yang kuning cerah; ada yang hitam mulus; ada yang kuning kecokelatan; seluruh kereta menakjubkan. Pikirannya menerawang jauh; --- terbayang kuda, yang demikian bagus.
    2. Tambun – besar kuda jantan itu; di dataran perbatasan yang jauh. Tentang kuda yang tambun dan besar itu; ada yang belang hitam – putih; ada yang belang, kuning – putih; ada yang kuning kemerahan, ada yang belang abu-abu; seluruh kereta sangat kokoh. Pikirannya tiada akhir; --- terbayang kuda, yang demikian tangkas.
    3. Tambun – besar kuda jantan itu; di dataran perbatasan yang jauh. Tentang kuda yang tambun dan besar itu; ada yang belang seolah bersisik, ada yang putih bersurai hitam, ada yang hitam bersurai putih; semuanya jinak pada keretanya, pikirannya tiada pernah lelah; --- terbayang kuda yang demikian itu.
    4. Tambun – besar kuda jantan itu; di dataran perbatasan yang jauh. Tentang kuda yang tambun dan besar itu; ada yang berwarna krem; ada yang merah – putih; ada yang berbulu kaki putih; ada yang bermata bagai ikan; semuanya kuda yang gagah berani. Pikirannya tidak melantur; --- terbayang kuda yang demikian terkendali.
  1. Catatan:

    Lagu puja ini bersifat menceritakan memuji seorang pangeran negeri Lu yang senantiasa menaruh perhatian tentang kudanya. Pangeran itu bernama Shen yang kemudian diberi gelar Lu Xi Gong (659 – 627 s.M.).

    1. Sungguh tambun – kuat, tambun – kuat, tambun kuat, pasangan cokelat kemerahan yang meluncur cepat. Siang malam pejabat di istana, di istana yang demikian cerah cemerlang. Mereka bagai sekawan bangau, terbang meninggi lalu turun. Tambur-tambur berbunyi panjang; usai minum lalu bangkit dan menari; --- karena bertambahlah kegembiraan.
    2. Sungguh tambun – kuat, tambun – kuat, tambun kuat, rakitan kuda itu. Siang – malam pejabat di istana, bersama pangeran minum anggur. Mereka bagai sekawan bangau, yang terbang meninggi. Tambur bertalu-talu; usai minum, mereka pulang; --- karenanya bertambahlah kegembiraan.
    3. Sungguh tambun – kuat, tambun – kuat, tambun – kuat, pasangan abu-abu meluncur cepat. Siang – malam pejabat di istana, berjamu bersama pangeran. ‘Demikianlah dan seterusnya, semoga tahun-tahun berlimpah. Semoga pangeran senantiasa mengutamakan kebaikan, dan berlanjut sampai anak – cucunya!’ --- karenanya bertambahlah kegembiraan.
  2. Catatan:

    Lagu puja ini bersifat kias; mengungkapkan kebahagiaan hubungan pangeran dengan menteri dan pejabatnya; --- Mereka membahas pekerjaan, pesta bersama, dan para menteri dan pejabat mengungkapkan harapan baiknya.

    1. Sungguh menyenangkan kolam paruh lingkaran, dan kita kumpulkan seledri yang di atasnya. Pangeran Lu Hou berkunjung kesitu, kita lihat panji naganya. Panjinya berkibar ditiup angin, kelinting kudanya berdenting harmoni. Yang kecil maupun yang besar; mengikuti sang pangeran ke situ.
    2. Sungguh menyenangkan kolam paruh lingkaran, dan kita kumpulkan ganggang di atasnya. Pangeran Lu Hou berkunjung kesitu, dengan kudanya yang nampak gagah, kudanya sungguh gagah, kemasyhurannya berpendar. Ia lemah lembut dan tersenyum; dengan sabar mengungkapkan petunjuknya.
    3. Sungguh menyenangkan kolam paruh lingkaran, dan kita kumpulkan rumput air (Yuan). Pangeran Lu Hou berkunjung kesitu, di situ ia minum. Ia minum anggur bagus; semoga dikaruniai usia lanjut yang sukar didapat! Semoga ia senantiasa hidup dalam jalan suci, untuk mengabdikan hidup bagi rakyat!
    4. Sungguh mulia pangeran Lu Hou, penuh hormat menggemilangkan kebajikan, Sungguh berhati-hati sungguh berwibawa, menjadi suri tauladan rakyat. Sungguh-sungguh tulus dalam kehidupan sipil maupun militer, pancarannya mengagungkan para leluhur. Dalam segala hal penuh bakti, menjadikan dirinya dipenuhi berkah.
    5. Cerah bijak pangeran Lu Hou, benar-benar menggemilangkan kebajikan, telah dibangun gedung akademi dengan kolam paruh lingkaran, orang-orang Huai Yi benar-benar tunduk. Para panglima harimaunya mempersembahkan di sini telinga kiri musuh. Para pemeriksanya bijak bagai Gao Yao, melakukan tugasnya di sini.
    6. Perwiranya sangat banyak, benar-benar memiliki kebajikan yang luas, barisannya berderap maju, mengusir orang-orang di selatan dan timur. Sungguh agung dan perkasa, tanpa gaduh tanpa pamer, tanpa dihadapkan kepada hakim, di sini ditunjukkan kemampuannya.
    7. Betapa mereka menarik busur-busurnya! Dan anak panahnya berluncuran! Kereta perangnya meluncur cepat, yang berjalan kaki maupun yang berkereta tiada yang merasa lelah! Ditundukkan orang-orang Huai Yi, menjadikan mereka tidak melawan! Sungguh kokoh kuat rencanamu, dan seluruh orang Huai Yi menyerah!
    8. Burung-burung hantu datang beterbangan, dan hinggap di pohon-pohon sekitar kolam; dimakannya buah besaran penuh selera, terdengarlah kicau burung nan merdu. Demikian sadar orang-orang Huai Yi; mereka datang mempersembahkan batu-batu mulia, batok kura-kura besar dan gading dan sejumlah besar berbagi logam dari selatan.
  3. Catatan:

    Lagu puja ini bersifat kias dan menceritakan; berisi pujian untuk menghormati pangeran Lu Hou (Lu Xi Gong) tentang perhatiannya terhadap lembaga pendidikan Negara sehingga negeri Lu mencapai kejayaan. Ia telah membangun dan memugar lembaga pendidikan Negara yang telah ada.

    1. Kuil suci sungguh tenang, sungguh kokoh dibangun dengan kecakapan sempurna! Terbayang bunda Jiang Yuan, kebajikannya tidak menyimpang. Shang Di (Tuhan Khalik Semesta Alam) memberkati; tanpa bencana tanpa bahaya, segera setelah tiba bulannya, dilahirkan Hou Ji. Atasnya diturunkan beratus berkah, dipahami betapa jawawut yang tumbuh cepat dan lambat, betapa mula-mula bertanam kacang, kemudian gandum. Segera dibangun negeri meski hanya bawahan. Diajak rakyat bertanam dan memanen, jawawut biasa dan untuk upacara, padi dan jawawut hitam; dikembangkan meliputi seluruh negeri, demikian melanjutkan karya Yu.
    2. Di antara keturunan Hou Ji adalah baginda Tai Wang, mendiami di wilayah selatan gunung Qi saat itu dinasti Shang mulai pudar. Sampai kepada masa baginda Wen dan Wu yang melanjutkan karya Tai Wang, Tibalah saat Tian menghendaki, terjadi peristiwa di padang Mu Ye. ‘Jangan mendua, hati jangan bimbang;’ (Wu Er Wu Yu) ‘Shang Di menyertaimu.’ (Shang Di Lin Ru) Ditundukkan bala tentara dinasti Shang; keberhasilan karena perbuatan baik bersama. Berkatalah raja (Cheng Wang), ‘Oh Pamanku (Zhou Gong), akan kuangkat putra sulungmu, menjadi pangeran di negeri Lu. Akan kutambah luas wilayahmu untuk menjadi pembantu dan pendukung dinasti Zhou.’
    3. Sesuai titahnya diangkatlah pangeran pertama negeri Lu, dijadikan Hou (pangeran peringkat dua) di timur, dianugerahkan gunung dan sungai, tanah – ladang, serta negeri bawahan (Fu Yong). Yang adalah keturunan pangeran Zhou Gong, dengan panji-panji naga untuk sembahyang, dengan tali kekang yang lentur dan lunak. Musim semi – musim rontok tak pernah dilalaikan; dinaikkan sembahyang tanpa salah. Kehadirat Hou Di Tuhan Yang Maha Besar – Maha Kuasa, dan kepada leluhur agung Hou Ji, dipersembahkan korban, merah dan mulus. Semuanya berkenan diterima, turunlah banyak berkah. Pangeran Zhou Gong dan para moyang agung, semuanya merestuimu.
    4. Musim rontok dilaksanakan sembahyang Chang, dengan lembu jantan yang pada musim panas tanduknya telah dibalut. Lembu yang putih dan lembu yang kuning; disajikan dengan megah; babi panggang, daging iris, dan sayur; diatur pada mangkuk bambu dan kayu, dan di atas kuda-kuda; lengkap dengan segenap penari. Anak – cucu yang berbakti diberkati. Dengan kemuliaan dan kemakmuran! Menjadikanmu panjang usia dan baik, --- melestarikan wilayah timur ini lestarilah negeri Lu, tidak berkurang tidak roboh, tak tergetarkan, tidak terganggu! Menjadikan kokoh persahabatan tiga generasi, bagai bukit, bagai pegunungan!
    5. Ada seribu kereta perang pangeran kita, wadah merah tua dan hijau tempat sepasang tombak dan busur. Prajurit yang berjalan tigapuluh ribu orang, ketopong bertali merah. Demikian banyak prajuritnya, menghadapi orang-orang Rong dan Di, dan menghukum orang-orang Jing dan Shu, maka tiada yang berani menghadang kita. Dikaruniai kejayaan dan keberhasilan. Dikaruniai panjang usia dan sejahtera! Sampai rambut kuning dan punggung berkerut. Orang-orang tua itu senantiasa tetap mengabdi kepadamu! Menjadikan kamu jaya dan agung! Dikaruniai panjang usia, sehat dan baik, berlaksa, beribu tahun, sampai Mei Shuo (alis panjang usia), tidak mengalami bahaya!
    6. Menjulang tinggi gunung Tai Shan, dilihat dari negeri Lu. Kita miliki pula wilayah Gui dan Meng dalam damai; dan meluas sampai batas ke batas timur, negeri-negeri di sepanjang laut. Orang-orang Huai Yi datang berdamai, tiada yang tidak menurut. Demikianlah perbuatan baik pangeran Lu Hou. Akan terlindungi wilayah Fu dan Yi, meluas sampai wilayah Xu; sampai kepada negeri-negeri sepanjang pantai. Orang-orang Huai, Yi, Man dan Mo, sampai kepada suku-suku Yi yang lebih ke selatan. Tiada yang tidak tunduk, tiada yang berani tidak memenuhi panggilan, demikian patuhnya kepada pangeran Lu Hou.
    7. Tian mengaruniai berkah besar untuk pangeran, melindungi negeri Lu sampai beralis panjang usia. Berdiam di Chang dan Xu dan memulihkan wilayah pangeran Zhou Gong. Pangeran Lu Hou menyelenggarakan jamuan dan bergembira, bersama istri yang dikasihi dan ibu yang telah lanjut usia; beserta para pembesar dan pejabat. Seluruh wilayah Negara utuh, menerima banyak berkah, sampai rambut kuning, serta gigi kanak-kanak. Pohon cemara (Song) dari Cu Lai, pohon Cypress (Bo) dari Xin Fu, ditebang dan diukur, dibelah dalam berbagai ukuran; Pohon Song untuk pilar-pilar yang besar; kamar-kamar yang megah. Sungguh agung kuil yang baru, yang dikerjakan oleh Xi Si sangat besar dan luas, menanggapi harapan berlaksa rakyat.
  4. Catatan:

    Lagu puja ini untuk memuliakan raja Lu Xi Gong yang berhasil menjadikan negeri Lu memperoleh kejayaan kembali seperti zaman pangeran Zhou Gong. Lagu puja ini mungkin ditulis pada saat Lu Xi Gong memugar Miao Agung negeri Lu setelah keberhasilannya.