logo

Shi Jing II

Sanjak dari Negeri Pangeran Shao di Selatan

    1. Sarang burung murai di sana; merpati mendiaminya. Putri muda akan pulang; beratus kereta menjemput.
    2. Sarang burung murai di sana; merpati memilikinya. Putri muda akan pulang; beratus kereta mengiringi.
    3. Sarang burung murai di sana; merpati mengisinya. Putri muda akan menikah; beratus kereta menggenapkan
  1. Catatan:

    Raja Wen setelah pindah ke Feng, membagi negeri Zhou menjadi dua bagian. Yang sebagian didiami oleh putranya yang bernama Dan (Nabi Ji Dan) bergelar pangeran Zhou. Yang sebagian lagi didiami putranya yang bernama Shi bergelar pangeran Shao.

    1. Dikumpulkan batang-batang kayu putih selatan (Fan), di tepi kolam sebuah pulau kecil, itu digunakan, untuk karya sang pangeran.
    2. Dikumpulkan batang-batang kayu putih selatan, di lembah sepanjang aliran, itu digunakan, untuk keperluan kuil pangeran.
    3. Dengan ikat kepala memperhatikan arah tinggi, pagi-pagi sekali, ia telah di kuil pangeran; dengan ikat kepala menggantung ke bawah, ia kembali pulang.
  2. Catatan:

    Sanjak ini mengenai seorang istri pangeran yang rajin membantu menyiapkan upacara sembahyang.

    1. Yao-yao suara serangga rumput, belalang berloncatan. Bila aku tidak bertemu Junzi, bergejolak pedih hatiku. Biarlah aku menemuinya, setelah bertemu dengannya, tenteram hatiku terasa.
    2. Aku daki bukit selatan, kukumpulkan pohon pakis kura. Sebelum aku bertemu Junzi, Prihatin aku dipenuhi kepedihan. Setelah aku menemuinya, hatiku menjadi gembira.
    3. Aku daki bukit selatan, kukumpulkan pohon pakis. Sebelum aku bertemu Junzi, hatiku dipenuhi kepedihan. Biarlah aku menemuinya, setelah bertemu, damai hatiku.
  3. Catatan:

    Sanjak ini melukiskan kepedihan seorang istri yang tidak dapat bertemu suaminya yang sering bertugas keluar.

    1. Dikumpulkan banyak-banyak rumput Pin, di sepanjang tebing lembah selatan. Dikumpulkan batang-batang rumput di kolam, di genangan yang ditinggalkan banjir.
    2. Ia menyimpan apa yang dikumpulkan, dikeranjang persegi dan bulat; ia merebusnya, di dalam bejana berkaki tiga.
    3. Ia melanjutkan persiapan, di bawah jendela ruang kuil leluhur. Siapa yang meniliknya, tak lain putri muda yang dimuliakan.
  4. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan kerajinan dan kemuliaan seorang istri dalam menyiapkan penaikan sajian sembahyang.

    1. Ini pohon pir manis yang rapuh, jangan digunting jangan pula dikapak, Di situ pangeran Shao Bo berdiam.
    2. Ini pohon pir manis yang rapuh, jangan digunting jangan dipatahkan biar sebatang, Di situ pangeran Shao Bo beristirahat.
    3. Ini pohon pir manis yang rapuh, jangan digunting jangan pula dibengkokkkan batangnya, Di situ pangeran Shao Bo berhenti.
  5. Catatan:

    Pangeran Shao Bo bernama Bo Yi Kao, putra Wen Wang (1184 – 1134 s.M.). karena rakyat mencintainya, pohon ditanam untuk memperingati beliau di tempat kediamannya. Demi menyelamatkan ayahnya ia menjadi korban kesewenang-wenangan raja Zhou dari dinasti Shang.

    1. Jalan basah penuh embun: --- Tidakkah aku dapat berjalan pagi-pagi? Begitu banyak embun di jalan.
    2. Siapa berkata burung gereja tidak berparuh? Betapa dapat menerobos rumahku? Siapa berkata engkau belum berumah? Betapa engkau dapat memaksaku ke penjara? Biarpun engkau memaksaku masuk penjara, ruang rumahmu tidak cukup.
    3. Siapa berkata tikus tidak bergigi? Betapa dapat menerobos tembokku? Siapa berkata engkau belum berumah? Betapa engkau dapat memaksaku ke penjara? Meski engkau memaksaku masuk penjara, aku tidak akan mengikutimu.
  6. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan seorang gadis yang menolak kawin paksa: menurut tafsir lama seorang gadis dari ngeri Shen dijanjikan untuk menikah dengan pangeran Negeri Feng, dikatakan gadis itu menolak karena mas kawinnya tidak lengkap sehingga kalau ia pulang ke rumah calon suaminya itu akan seperti masuk penjara.

    1. Ia mengenakan baju dari kulit kambing dan domba, dengan dilapisi sutera panca warna. Pulang makan dari istana, betapa mudah ia memilikinya.
    2. Kulit kambing dan domba, dengan sutera panca warna. Betapa mudah ia memiliki, pulang makan dari istana.
    3. Kulit kambing dan domba yang telah dijahit, dihiasi sutera panca warna. Betapa mudah ia miliki, pulang makan dari istana.
  7. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan seorang pejabat dari istana tertentu yang hidupnya sangat santai.

    1. Guntur menggelegar menjauh, di sisi selatan Gunung Nan Shan ! Mengapa ia pergi jauh dari sini, tidak beranikah istirahat sejenak? Pangeranku yang susilawan! Pulanglah! Pulanglah!
    2. Guntur menggelegar menjauh, Di lereng gunung Nan Shan! Mengapa ia pergi jauh dari sini, tidak beranikah istirahat sejenak? Pangeranku yang susilawan! Pulanglah! Pulanglah!
    3. Guntur menggelegar menjauh, di kaki gunung Nan Shan! Mengapa ia pergi jauh dari sini, tidak beranikah istirahat sejenak? Pangeranku yang susilawan! Pulanglah! Pulanglah!
  8. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan tentang seorang istri yang masih muda tatkala mendengar Guntur terkenang kepada suaminya yang bertugas di tempat jauh.

    1. Buah Mei berjatuhan dari pohonnya; tinggal tujuh buah di tangkainya! Bagi pria yang mencariku, inilah saat yang membawa berkah!
    2. Buah Mei berjatuhan dari pohonnya; tinggal tiga buah di tangkainya! Bagi pria yang mencariku, inilah waktunya!
    3. Buah Mei berjatuhan dari pohonnya; telah kuhimpun di dalam keranjang. Bagi pria yang mencariku, adakah itu hanya omongan.
  9. Catatan:

    Berdasar tradisi lama orang muda menikah pada musim semi. Saat buah Mei berjatuhan adalah musim panas; seorang perawan diharapkan sudah menikah pada umur 20 tahun dan seorang perjaka sebelum umur 30 tahun.

    1. Bergemerlap bintang-bintang kecil, tiga – lima buah ada di timur. Begitu cepat jalannya malam; Hanya pada malam buta bersama pangeran. Nasibku tidak sama.
    2. Bergemerlap bintang-bintang kecil, ada bintang Can (orion) dan Ang (pleiiades). Begitu cepat jalannya malam; Harus kuusung selimut dan bantal. Nasibku sungguh tidak sama
  10. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan nasib seorang istri muda (selir) yang hanya diperkenan ke tempat suaminya pada dini hari dan kemudian harus pergi lagi, tradisi kuno yang sangat memprihatinkan.

    1. Cabang Bengawan Jiang berputar kembali. Ketika sang putri menikah, tidak menyertakan kami. Tidak menyertakan kami; kemudian menyesal.
    2. Bengawan Jiang ada pulaunya. Ketika sang putri menikah, tidak mengajak kami. Tidak mengajak kami; kemudian ia tertekan batinnya.
    3. Bengawan Jiang bercabang sungai Tuo. Sang putri saat menikah, tidak mau mendekati kami. Tidak mau mendekati kami; kemudian menghempaskan perasaannya sambil bernyanyi.
  11. Catatan:

    Sanjak ini bersifat sindiran, pelipur lara seorang istri yang cemburu karena suaminya yang pedagang menikah lagi di tempat yang sangat jauh.

    1. Di hutan tergeletak bangkai rusa (Jun), terbungkus rumput putih. Ada putri mendambakan musim semi, dan seorang laki-laki tampan menjadikannya resah.
    2. Di hutan terdapat semak belukar; di hutan tergeletak rusa mati, dan rumput putih mengikatnya. Ada gadis bagai batu kumala.
    3. Berjalannya lambat lemah gemulai; Tidak menggerakkan sapu tanganku; tidak menjadikan anjingku menyalak.
  12. Catatan:

    Seorang putri terbuai oleh godaan seorang putra; tetapi, sang putri tetap mampu memegang kebajikan, tetap menjaga kesuciannya seperti sebuah batu Yu (batu kumala).

    1. Betapa subur dan segar, itulah bunga Tang Di! Tidakkah itu mengungkapkan kemuliaan dan harmoni, bukankah itu kereta putri baginda.
    2. Betapa subur dan segar, itulah bunga pohon Tao atau Li ! Itulah cucu putri baginda Ping Wang, putra pangeran Qi Hou.
    3. Bagai menggunakan pancing, benang sutera menjadi talinya, itulah putra pangeran Qi Hou, cucu putri baginda Ping Wang
  13. Catatan:

    Sanjak ini melukiskan cucu putri baginda Zhou Ping Wang (769- 719 s.M.) dengan putra pangeran Qi Hou. Tali sutera menggambarkan tali pancing yang mengikatkan kedua sejoli membangun keluarga bahagia.

    1. Betapa kuat dan subur gelagah itu tumbuh; dengan sebatang anak panah ia bidik lima babi jantan. Ah… itulah Zou Yu!
    2. Betapa kuat dan subur tumbuh pohon Peng; dengan sebatang anak panah ia bidik lima babi jantan. Ah… itulah Zou Yu!
  14. Catatan:

    Sanjak ini memuji kehebatan seorang pemburu bernama Zou Yu.

    *) Di dalam kitab Lun Yu XVII : 10, Nabi Kongzi memberi komentar tentang perlunya memahami sanjak Zhou Nan dan Shao Nan untuk dapat memahami kehidupan masyarakat pada permulaan zaman dinasti Zhou.