logo

Shi Jing VIII

Sanjak dari Negeri Qi

    1. ‘Ayam jantan telah berkokok; balairung istana telah penuh.’ Tetapi itu bukan kokok ayam, itu suara lalat hijau.
    2. ‘Di timur sudah terang; di istana telah berkumpul.’ Tetapi itu bukan timur yang terang, itu cahaya bulan yang baru keluar.
    3. ‘Serangga menggerombol beterbangan; memang manis tidur bermimpi bersamamu, tetapi rombongan pejabat telah beranjak pulang, semoga mereka tidak membenci aku dan kamu.’
  1. Catatan:

    Negeri Qi adalah sebuah Negara bagian yang dianugerahkan Zhou Wu Wang kepada Shang Fu salah seorang menteri besarnya yan terkenal sebagai Tai Gong Wang dengan ibukota Ying Qiu provinsi Shandong di sebelah utara negeri Lu. Sanjak di atas menceritakan kegelisahan istri pangeran Qi Hou membangunkan suaminya utnuk menghadiri sidang di istana.

    1. Betapa cekatan dikau! Menemuiku di pinggir bukit Nao, bersama mengejar dua ekor babi jantan berumur 3 tahun. Engkau menghormatiku dengan Yi, dan mengatakan aku cekatan juga.
    2. Betapa hebat kemampuanmu! Bertemu denganku dijalan ke Nao, bersama mendorong dua ekor babi jantan. Menghormatiku dengan Yi, dan mengatakan aku pandai.
    3. Betapa sempurna kecakapanmu! Menemuiku di selatan Nao, bersama kita mengejar dua ekor serigala. Menghormatiku dengan Yi, dan mengatakan aku sungguh terampil.
  2. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan dua orang pemburu negeri Qi yang saling memuji satu kepada yang lain. Peristiwa ini terjai pada zaman pangeran Qi Hou yang bergelar Qi Ai Gong (934 – 894 s.M) yang sangat suka berburu.

    1. Ia menantiku di Zhu (ruang antara pintu dan tabir). Penutup telinganya bertali sutera polos, dan ditambahkan padanya Batu Hua yang indah.
    2. Ia menantiku di Ting (pendapa). Penutup telinganya bertali sutera hijau. Dan ditambahkan padanya bati Ying yang indah.
    3. Ia menantiku di Tang (ruang utama). Penutup telinganya bertali sutera kuning. Dan ditambahkan padanya batu Ying yang indah.
  3. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan seorang mempelai putri tentang pertemuan pertamanya dengan mempelai laki-laki.

    1. Matahari ada di timur, dan gadis elok memukau itu ada di kamarku. Ia ada di kamarku; ia masuk mengikuti tapak kakiku.
    2. Rembulan ada di timur, dan gadis elok memukau itu memasuki pintu ruangku; ia bergegas keluar mengikuti langkah tapak kakiku.
  4. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan perselingkuhan yang sering terjadi dalam kehidupan para pejabat di negeri Qi.

    1. Sebelum terang di Timur, kukenakan pakaianku terbalik; dengan pakaian mash terbalik, sudah ada panggilan dari istana.
    2. Sebelum menjelang fajar di timur, kukenakan pakaianku terbalik; dengan pakaian mash terbalik, sudah ada panggilan dari istana.
    3. Engkau pagari kebun dengan batang-batang pohon Liu, dan orang yang sembrono berdiri dengan berani. Tidak mempedulikan waktu malam; kalau tidak terlalu pagi tentu sangat terlambat.
  5. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan dan kias yang melukiskan betapa tidak keteraturan istana negeri Qi.

  6. *Ditujukan kepada pangeran Qi Hou yang bergelar Qi Xian Gong (697 -685 s.M)

    1. Betapa tinggi agung gunung selatan, seekor serigala jantan di sana mengendap-endap. Jalan ke negeri Lu mudah dan datar, dan putri negeri Qi pulang ke tempat suaminya. Karena ia pulang ke tempat suaminya, mengapa engkau masih memikirkannya?                     *Ditujukan kepada pangeran Lu Huan Gong (711 – 660 s.M.)
    2. Pasangan sepatu itu dibuat dari ganggang panca warna (Ge), tali topinya dibuat serasi; jalan ke negeri Lu mudah dan datar, putri negeri Qi berjalan melewati jalan itu. Karena ia sudah jalan di situ, mengapa engkau masih mengikutinya?
    3. Mengapa engkau meneruskan bertanam jerami? Ladang itu harus diberi garis bujur dan garis lintang. Bagaimana tata cara mengambil istri? Pertama wajib memberitahukan kepada ayah bunda. Setelah memberitahukan, Mengapa enkau masih memanjakan keinginannya?
    4. Bagaimanakah cara membelah kayu bakar? Tanpa kapak tidak dapat dilakukan. Bagaimana cara mengambil istri? Tanpa telangkai (Mei) tidak dapat dilakukan. Bila itu telah dilakukan, mengapa engkau membiarkannya berbuat keterlaluan?
  7. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kiasan menyindir perilaku hina putri Wen Jiang yang telah menjadi permaisuri pangeran Lu Huan Gong (menikah pada tahun 708 sM dengan pangeran Lu Huan Gong yang bernama Gui), dalam hubungannya dengan kakak tirinya: --- Pangeran Qi Xiang Gong

    1. Jangan mencoba menggarap sawah terlalu luas, rumputnya akan tumbuh menghijau. Jangan memikirkan orang yang jauh, jerih payah hatimu akan menjadi kepedihan.
    2. Jangan mencoba menggarap sawah terlalu luas, rumputnya akan tumbuh menjadi-jadi. Jangan memikirkan orang yang jauh, jerih payahmu akan menjadi kesabaran hati.
    3. Betapa muda betapa lembut, anak yang berkuncung dua itu! Bila engkau membinanya tidak terlalu lama, lihat ia telah mengenakan topi!
  8. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kiasan menyindir pangeran Qi Xiang Gong yang penuh ambisi tetapi tidak punya kemampuan dan di dalam bait 3 mengkiaskan akan tumbuh besarnya sang putra yang akan jauh melebihinya: Qi Huan Gong (685 – 645 s.M.), yang akan menjadi raja muda pemimpin (Ba).

    1. Ling-ling suara kelinting anjing berburu, orang (pemilik) nya elok dan berbudi.
    2. Pergilah anjing bercincin rangkap, orangnya elok dan baik.
    3. Pergilah anjing yang bercincin rangkap tiga, orangnya elok dan cakap
  9. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan. Memuji anjing berburu di negeri Qi dan pemiliknya. Sanjak ini ditujukan kepada pangeran Qi Xiang Gong yang gemar berburu agar pandai-pandai mengendalikan anjing buruannya.

    1. Terumbu rusak ada di tanggul, di dalamnya ada ikan Fang dan Guan. Putri negeri Qi telah pulang, pengiringnya bagai awan.
    2. Terumbu rusak ada di tanggul, di dalamnya ada ikan Fang dan Guan. Putri negeri Qi telah pulang, pengiringnya bagai hujan.
    3. Terumbu rusak ada di tanggul, Ikannya keluar dengan bebas. Putri negeri Qi telah pulang, pengiringnya bagai aliran air.
  10. Catatan:

    Sanjak ini bersifat kias ditujukan kepada putri Wen jiang yang dengan bebas pergi pulang dan mengecam pangeran Lu Huan Gong yang lemah dan tidak mampu mengendalikan istrinya. Demikian pula kepada putranya Lu Zhuang Gong (693 – 660 s.M) yang sama lemah seperti ayahnya yang tidak dapat mengendalikan ibunya.

    1. Ia memacu jalan keretanya cepat-cepat, tirai bambu dianyam persegi dengan kulit berwarna merah. Jalan negeri Lu mudah dan datar, putri negeri Qi berangkat petang hari.
    2. Keempat ekor kudanya sungguh bagus, dengan tali kekang lunak menggelantung. Jalan negeri Lu mudah dan datar, putri negeri Qi bergembira dan puas.
    3. Air sungai Wen melimpah luas; banyak orang berjalan menyeberang. Jalan negeri Lu mudah dan datar, dan putri negeri Qi bergerak tanpa peduli.
    4. Air sungai Wen mengalir menyapu, berkerumun orang berjalan. Jalan negeri Lu mudah dan datar, dan putri negeri Qi maju dengan santai.
  11. Catatan:

    Sanjak ini menceritakan putri Wen Jiang yang tanpa malu menemui kakak tirinya.

    1. O! demi dia yang tampan dan cakap! Betapa tinggi dan gagah! Dengan dahinya yang demikian bagus! Dengan mata yang demikian indah! Dengan kemampuan kakinya yang demikian cepat! Dan dengan kemampuannya dalam memanah!
    2. O! demi dia yang demikian termasyhur! Matanya yang indah dan jernih! Sikapnya yang demikian sempurna! Sepanjang hari memanah mengenai sasaran! Tanpa pernah keluar dari bulan-bulanannya! Itulah kemenakan laki-lakiku!
    3. O! demi dia yang demikian bagus! Cahaya mata dan dahinya betapa elok! Tariannya demikian mencekam! Memanahnya tepat sasaran! Keempat anak panah mengena tempat yang sama! Orang yang mampu melawan pengacau!
  12. Catatan:

    Sanjak ini bersifat menceritakan, memuji pangeran Lu Zhuang Gong yang demikian tampan, santun dan cakap dalam memanah tetapi tidak mampu mengendalikan perilaku ibunya.